Timnas Raih Hasil Buruk Selama Bulan November, Pelatih Legendaris Ini Bandingkan Perspektif Sepak Bola Brazil dan Indonesia
Pelatih legendaris ini bandingkan perspektif sepak bola Brazil dan Indonesia.
Pelatih legendaris ini bandingkan perspektif sepak bola Brazil dan Indonesia.
Timnas Raih Hasil Buruk Selama Bulan November, Pelatih Legendaris Ini Bandingkan Perspektif Sepak Bola Brazil dan Indonesia
Selama bulan November ini, timnas Indonesia, baik itu senior maupun kelompok umur, mengalami serentetan hasil buruk.
Timnas Indonesia U-17 gagal melaju ke babak 16 besar Piala Dunia U-17 setelah hanya memperoleh dua poin dalam fase grup, hasil 2 kali imbang dan 1 kali kalah dalam tiga pertandingan.
Sementara itu timnas senior mengalami satu kali kekalahan atas Iraq 1-5 dan imbang melawan Filipina 1-1 dalam dua pertandingan awal Kualifikasi Piala Dunia 2026. Dengan kata lain, tidak satupun pertandingan Timnas Indonesia berakhir dengan kemenangan.
Terkait hasil minor ini, pelatih legendaris asal Brazil, Jacksen F. Tiago berbagi perspektifnya soal sepak bola, terutama bagaimana perspektif orang-orang Brazil dan Indonesia tentang karier di sepak bola.
Pria Brazil yang pernah melatih Timnas Indonesia itu mengatakan bahwa saat seseorang di Brazil sudah terjun ke sepak bola, maka ia akan mengerahkan seluruh tenaga dan fokusnya di olahraga itu. Karena menganggap sepak bola adalah salah satu pintu untuk memperbaiki derajat hidup keluarga.
Sementara itu para pemain Indonesia masih belum bisa sepenuhnya mencurahkan waktu untuk sepak bola.
Hal itu terbukti dari para pemain yang terikat status dengan instansi lain, baik itu di dunia pemerintahan, militer, hingga pekerjaan sampingan lain.
Oleh karena itu, Jacksen menilai bahwa salah satu perbedaan yang cukup mencolok antara sepak bola Brazil dengan Indonesia adalah aspek profesionalitas.
Sementara kebanyakan pemain di Indonesia berpikir bahwa sepak bola hanya sekedar hiburan, bukan profesi utama.
“Para pemain Brazil tidak begitu. Kalau bekerja di dunia sepak bola, ya fokus 100 persen di sepak bola. Sehingga setiap aktivitas sepak bola sebagai kesempatan untuk bisa meningkatkan kesejahteraannya bersama keluarga,"
kata Jacksen dikutip dari ANTARA pada Rabu (22/11).
Selain itu, Jacksen juga menyebut bahwa setiap klub di Brazil punya psikolog terutama untuk pembinaan usia dini karena seorang pemain muda dianggap sebagai sebuah aset yang sangat berharga bagi klub. Sehingga semua infrastruktur yang dibutuhkan pemain untuk berkembang tersedia.
“Kami di Brazil biasanya berlatih pada pukul 15.00. Namun para pemain sudah datang ke klub sejak pukul 10.00. Setelah datang mereka masuk laboratorium terlebih dahulu untuk cek kesehatan, kemudian makan siang. Selanjutnya para pemain beristirahat lalu melanjutkan aktivitas di pusat kebugaran sebelum melanjutkan aktivitas di lapangan,”
Terang Jacksen terkait aktivitas keseharian para pemain sepak bola Brazil.
Pria yang memulai karier sepak bola di Indonesia sejak tahun 1994 itu berharap klub-klub di Indonesia bisa memulai fokus membina pemain usia dini sebagai proyek jangka panjang. Namun tidak dipungkiri, itu semua butuh dana. Namun Jacksen melihat Indonesia belum punya visi ke arah sana.
Menurutnya, masih jarang sekali ada klub yang benar-benar mengambil pemain di usia 15 tahun dan dijadikan proyek hingga pemain itu berusia 19 tahun lalu disiapkan tampil di tim senior.
“Hal itu masih jarang ada. Hanya beberapa klub yang punya ide seperti itu di Indonesia,” pungkas Jacksen dikutip dari ANTARA.