UGM Usulkan Dieng Jadi Taman Bumi Nasional, Begini Fakta di Baliknya
Selain pariwisata, potensi lain dataran tinggi Dieng adalah energi panas bumi yang cukup besar. Karena inilah kawasan itu diusulkan jadi Taman Bumi Nasional
Dataran tinggi Dieng telah lama dikenal sebagai kawasan wisata dengan berbagai daya tariknya. Potensi wisata dapat ditemui di Dataran Tinggi Dieng mulai dari peninggalan candi, danau, pegunungan, kawah, sampai pemandian air hangat.
Di samping itu, potensi besar lainnya dari dataran tinggi Dieng adalah energi panas bumi yang cukup besar. Hal inilah yang menjadi dasar Universitas Gadjah Mada (UGM) mengusulkan kawasan dataran tinggi Dieng sebagai Taman Bumi Nasional.
-
Kenapa Dieng disebut sebagai Geopark? Merujuk pada istilah 'geopark' sendiri, maka di dalam kawasan itu terdapat Situs Warisan Geologi (Geosite), Warisan Geologi (Geoheritage), Keragaman Geologi (Geodiversity), Keanekaragaman Hayati (Biodiversity), dan Keragaman Budaya (Cultural Diversity).
-
Apa itu Geopark Dieng? Geopark Dieng merupakan situs warisan geologi yang sebagian besar wilayah kawasannya berada di kompleks wisata Dataran Tinggi Dieng.
-
Bagaimana Geopark Dieng terbentuk? Keanekaragaman geologi Dieng dibentuk oleh sebuah proses alam yang cukup lama.
-
Dimana lokasi Geopark Dieng? Geopark Dieng merupakan situs warisan geologi yang sebagian besar wilayah kawasannya berada di kompleks wisata Dataran Tinggi Dieng.
-
Di mana letak Dieng? Kawasan ini terletak di dataran tinggi yang menjadikannya sebagai tempat yang sempurna untuk menikmati pemandangan pegunungan yang menakjubkan dan udara segar yang menyegarkan.
-
Apa yang membuat Dieng terkenal? Dieng terkenal karena keindahan alamnya yang memukau.
"Saya kira pentingnya ilmu geologi untuk mentransformasikan legenda-legenda tentang panas bumi di Dieng menjadi penjelasan ilmiah," ujar Dosen Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM Pri Utami dikutip dari ANTARA pada Senin (9/9).
Berikut selengkapnya:
Lapangan Panas Bumi
Pri Utami menjelaskan bahwa proses bumi yang berlangsung di Dieng terihat begitu nyata sehingga siapapun dapat mempelajarinya. Menurutnya, hal ini bisa dikaitkan dengan konteks sejarah di mana sebelum ilmu dan teknologi panas bumi berkembang, nenek moyang di Dieng telah mengemas nilai-nilai pelestarian lingkungan di wilayah itu. Selain itu, para mahasiswa juga bisa menjadikan kawasan itu sebagai lapangan panas bumi.
“Mahasiswa juga melihat peluang efisiensi pemanfaatan energi panas bumi, dan perlunya pembenahan tata guna lahan di area panas bumi yang juga telah menjadi tujuan wisata dan perkebunan tanaman pangan," kata pakar panas bumi UGM ini.
Jadi Tempat Peringatan Hari Bumi
Pada 22 April lalu, dataran tinggi Dieng dipilih menjadi tempat peringatan Hari Bumi tingkat Provinsi Jawa Tengah. Dalam sambutannya pada acara itu, Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat mengatakan bahwa Dieng punya potensi besar dalam hal energi panas bumi.
Hal yang sama diyakini Pj Gubernur Jateng, Nana Sudjana. Ia mengatakan kawasan Dieng akan didorong untuk menjadi geopark berskala nasional bahkan internasional.
"Kita sedang mengupayakan status posisi dari dataran tinggi Dieng, dengan terus melakukan proses untuk menaikan status Dieng dari geoheritage menjadi geopark nasional, akan kita perjuangkan go internasional," tegasnya dikutip dari Wonosobokab.go.id.
Kaldera Raksasa
Dikutip dari Wikipedia, pada dasarnya Dieng merupakan sebuah kaldera raksasa yang dikelilingi oleh gunung-gunung sepertu Gunung Prau, Gunung Bismo, Bukit Sikunir, Gunung Pakujawa, serta kompleks Gunung Butak, Dringo, Petarangan. Di permukaan kaldera dataran Dieng banyak ditemukan aktivitas vulkanik pada berbagai kawah yang masih aktif mengeluarkan gas. Selain itu, juga terdapat kawah yang sudah tidak aktif yang sekarang menjadi sebuah telaga seperti Telaga Warna, Telaga Cebong, Telaga Pengilon, Telaga Merdada, dan Telaga Dringo.
Dari sisi demografi, hal ini bisa membahayakan penduduk sekitar karena pernah terjadi bencana letusan kawah Sinila tahun 1979 yang merenggut ratusan nyawa. Dari sisi biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik diteliti karena sumber-sumber air panas di dekat kawah terdapat spesies mikroorganisme termofilik yang berpotensi menyingkap kehidupan awal di muka bumi ini.