Sejarah Terbentuknya Geopark Dieng, Terdiri dari Tiga Episode Letusan
Keanekaragaman geologi Dieng dibentuk oleh sebuah proses alam yang cukup lama.
Keanekaragaman geologi Dieng dibentuk oleh sebuah proses alam yang cukup lama.
Sejarah Terbentuknya Geopark Dieng, Terdiri dari Tiga Episode Letusan
Geopark Dieng merupakan situs warisan geologi yang sebagian besar wilayah kawasannya berada di kompleks wisata Dataran Tinggi Dieng.
Merujuk pada istilah “geopark” sendiri, maka di dalam kawasan itu terdapat Situs Warisan Geologi (Geosite), Warisan Geologi (Geoheritage), Keragaman Geologi (Geodiversity), Keanekaragaman Hayati (Biodiversity), dan Keragaman Budaya (Cultural Diversity).
-
Bagaimana Geopark Merangin terbentuk? Kemudian, benua ini terpecah menjadi daratan Tiongkok Utara dan Selatan. Selama zaman karbon, wilayah Tiongkok dan Indochina terpisah dan bertabrakan yang membentuk Superterrane.
-
Bagaimana bebatuan di Geopark Silokek terbentuk? Yang paling utama, geopark ini terdapat situs bebatuan purbakala yang sudah ratusan juta tahun dan sudah melewati tiga periode dalam skala waktu geologi. Tertua, ada batu yang sudah terbentuk sejak zaman Paleozoikum kira-kira 299 juta sampai 252 juta tahun yang lalu.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
-
Bagaimana api biru di Dieng muncul? Pembakaran gas belerang bawah permukaan tanah menghasilkan api biru yang menakjubkan di malam hari di kawah Sikidang.
-
Apa yang menjadikan Dataran Tinggi Dieng unik? Dieng merupakan sebuah kaldera raksasa yang dikelilingi oleh gunung-gunung sepertu Gunung Prau, Gunung Bismo, Bukit Sikunir, Gunung Pakujawa, serta kompleks Gunung Butak, Dringo, Petarangan.
Mari kita bahas terkait Geodiversity dari Geopark Dieng. Mengutip fgmi.iagi.or.id, para ahli geologi membagi Geopark Dieng ke dalam tiga episode letusan.
Pada fase awal, terjadi letusan besar Gunung Dieng yang menimbulkan Depresi Batur sebagai kaldera raksasa (plato) Dieng.
Sisa morfologi (bentuk) yang terlihat adalah dengan adanya morfologi Gunung Prau sebagai salah satu pagar dari kaldera tersebut.
Pada episode letusan kedua, terjadi dampak terbentuknya morfologi tinggian yang menjadi perbukitan kerucut vulkanik serta ada pula morfologi rendahan akibat depresi yang kemudian membentuk cekungan. Perbukitan kerucut inilah yang saat ini tampak dengan adanya Bukit Sikunir, Gunung Pakujawa, Gunung Bisma, dan kompleks Batu Ratapan Angin.
Morfologi rendahan yang terbentuk pada episode kedua ini menghasilkan cekungan yang kemudian terisi air.
Saat ini cekungan yang terisi air berbentuk telaga di antaranya Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Menjer, Telaga Merdada, Telaga Cebong, Telaga Dringo, dan Telaga Sewiwi. Ada pula Sumur Jalatunda yang secara morfologi terbentuk dari hasil cekungan itu.
Pada beberapa daerah, cekungan ini membentuk patahan-patahan yang kemudian menjadi air terjun yang kini dikenal dengan nama-nama seperti Curug Sikarim, Surug Sirawe, Curug Sigenting, dan Curug Merawu.
Lalu pada episode ketiga, terjadi letusan pada titik-titik kawah aktif pada letusan sebelumnya.
Untuk saat ini, periode episode ketiga ini masih berlangsung. Beberapa titik kawah aktif itu di antaranya kawah Sikendang, Kawah Sikidang, Kawah Sileri, Kawah Candradimuka, serta Kawah Timbang.
Mengutip fgmi.iagi.or.id, batuan yang ada pada kawah tersebut sebagian besar sudah terubahkan menjadi batuan alterasi akibat adanya aktivitas vulkanik yang mengubah batuan tersebut.
Pada umumnya, bagian kawah itu juga terdapat geyser atau semburan mata air panas.