Sejarah Terbentuknya Geopark Dieng, Terdiri dari Tiga Episode Letusan
Keanekaragaman geologi Dieng dibentuk oleh sebuah proses alam yang cukup lama.
Keanekaragaman geologi Dieng dibentuk oleh sebuah proses alam yang cukup lama.
Geopark Dieng merupakan situs warisan geologi yang sebagian besar wilayah kawasannya berada di kompleks wisata Dataran Tinggi Dieng.
Merujuk pada istilah “geopark” sendiri, maka di dalam kawasan itu terdapat Situs Warisan Geologi (Geosite), Warisan Geologi (Geoheritage), Keragaman Geologi (Geodiversity), Keanekaragaman Hayati (Biodiversity), dan Keragaman Budaya (Cultural Diversity).
Mari kita bahas terkait Geodiversity dari Geopark Dieng. Mengutip fgmi.iagi.or.id, para ahli geologi membagi Geopark Dieng ke dalam tiga episode letusan.
Pada fase awal, terjadi letusan besar Gunung Dieng yang menimbulkan Depresi Batur sebagai kaldera raksasa (plato) Dieng.
Sisa morfologi (bentuk) yang terlihat adalah dengan adanya morfologi Gunung Prau sebagai salah satu pagar dari kaldera tersebut.
Pada episode letusan kedua, terjadi dampak terbentuknya morfologi tinggian yang menjadi perbukitan kerucut vulkanik serta ada pula morfologi rendahan akibat depresi yang kemudian membentuk cekungan. Perbukitan kerucut inilah yang saat ini tampak dengan adanya Bukit Sikunir, Gunung Pakujawa, Gunung Bisma, dan kompleks Batu Ratapan Angin.
Morfologi rendahan yang terbentuk pada episode kedua ini menghasilkan cekungan yang kemudian terisi air.
Saat ini cekungan yang terisi air berbentuk telaga di antaranya Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Menjer, Telaga Merdada, Telaga Cebong, Telaga Dringo, dan Telaga Sewiwi. Ada pula Sumur Jalatunda yang secara morfologi terbentuk dari hasil cekungan itu.
Pada beberapa daerah, cekungan ini membentuk patahan-patahan yang kemudian menjadi air terjun yang kini dikenal dengan nama-nama seperti Curug Sikarim, Surug Sirawe, Curug Sigenting, dan Curug Merawu.
Lalu pada episode ketiga, terjadi letusan pada titik-titik kawah aktif pada letusan sebelumnya.
Untuk saat ini, periode episode ketiga ini masih berlangsung. Beberapa titik kawah aktif itu di antaranya kawah Sikendang, Kawah Sikidang, Kawah Sileri, Kawah Candradimuka, serta Kawah Timbang.
Mengutip fgmi.iagi.or.id, batuan yang ada pada kawah tersebut sebagian besar sudah terubahkan menjadi batuan alterasi akibat adanya aktivitas vulkanik yang mengubah batuan tersebut.
Pada umumnya, bagian kawah itu juga terdapat geyser atau semburan mata air panas.
Geopark Meratus disebut menyimpan banyak keajaiban alam.
Baca SelengkapnyaSecara geologi situs ini terbentuk dari batu gamping koral dengan keadaan pesisir tanjung berupa pantai bertebing karang terjal hingga landai.
Baca SelengkapnyaSyawalan itu digelar di puncak bukit. Puluhan ribu warga hadir dalam acara itu
Baca SelengkapnyaBejana ini diduga merupakan barang impor pada masa kuno.
Baca SelengkapnyaTeramati kolom abu setinggi 800 meter dari puncak gunung dan guguran material ke arah Besuk Kobokan.
Baca SelengkapnyaArkeolog Bongkar Dugaan Nenek Moyang Manusia Adalah Pelaut Ulung yang Bisa Bikin Perahu dan Punya Bahasa
Baca SelengkapnyaTujuan praktik penumbalan manusia ini masih menjadi misteri.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah penjelasan para paleontologi mengenai anjing laut dan singa laut yang tidak dapat hidup sepenuhnya di air.
Baca SelengkapnyaJembatan yang satu ini konon menjadi jembatan tertua yang ada di Pulau Sumatera.
Baca Selengkapnya