Bacaan Tawasul Arab Latin, Ketahui Pengertian dan Jenisnya
Tawasul adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Tawasul adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bacaan Tawasul Arab Latin, Ketahui Pengertian dan Jenisnya
Seorang Muslim tentu tak ingin mendapati dirinya menyimpang, jauh dari ajaran agama, dan jauh dari Allah SWT. Muslim yang ingin menjaga keimanannya akan terus berusaha mencari cara agar tetap dekat dengan Sang Pencipta. Upaya mendekatkan diri kepada Allah ini dalam Islam disebut dengan istilah tawasul.
Salah satu tujuan bertawasul agar segala hajatnya dikabulkan oleh Allah SWT. Tawasul dilakukan melalui berdoa dengan perantara orang-orang pilihan Allah, seperti Rasulullah, para wali, dan ulama. Para Ulama yang menganjurkan budaya tawasul adalah dari mazhab Imam Syafi'i.
Perintah untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT juga tercantum dalam salah satu ayat Al-Qur'an yang artinya,
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung." (Q.S Al Maidah: 35).
Berikut pengertian tawasul serta bacaan-bacaan doa yang dapat Anda lafalkan, mengutip Liputan6 dan Dream.
-
Apa itu tawasul? Tawasul adalah sebuah cara untuk mencari syafaat dan memohon kepada Allah melalui orang-orang saleh.
-
Bagaimana cara baca tawasul hajat? Astaghfirullahal’adziim (3 x)Asy-hadu allaa-ilaaha illallah wa asy-hadu anna Muhammadar-rosulullah.'Ala hadzihin niyati wa’ala kulli niyatin sholihah, ilaa hadrotin nabiyil-Musthofa Muhammadin shollallahu alaihi wasalam, wa ‘alaa aalihi wa azwajihi wadzurriyyatihi wa ahli baitihil-kirom ajma ‘iin, Syai-u lillahi lahumul-faatihah, (baca surat al-Fatihah) Tsumma ila hadroti jami-‘i ash-habi rosulillahi shollallahu alaihi wasalam, khusushon sayyidina Abu Bakar Shidiq wa ‘Umarobnil-Khothob, wa ‘Utsmanabni ‘Affan, wa ‘Ali bin Abi Tholib wa ‘ala baqiyati min shohabatihi ajma’iin, wa ila jami’il-anbiya-i, wal mursalin, was Syuhadaa-i, was-Sholihin, wal-‘ulamaa-il-‘aamilin, wal-Malaa-ikatil-Muqorrobin, wal-Karubiyyin, war-Ruhaniyyin, wal-Karomal-Kaatibin wa li sayyidina Malaa-ikati: Jibril, Mika-il, Isrofil, ‘Izro-il, wa hamalatil-‘arsyi ‘alaihimussalam ajma’iin. Syai-u lillahi lahumul Faatihah, (baca surat al-Fatihah). Tsumma ila hadroti jami’i Awliya-illahi mingkulli waliyyin wa waliyatin, mimmasyaariqil-ardhi ila maghoribiha, fi barriha wa bahriha wa jami’i Awliya-i tis’ah Qoddasallohu sirrohum, wa Khushushon ila Hadroti Sulthon Awliya-i, Sayidina Syekh ‘Abdul-Qodir Al-Jailani, Shohibil-Karromah wal-Ijazah, Qoddasa llohu sirrohu, Tsumma Ila Arwahi jami’i Aba-ina, wa ummahatina, wa jaddina, wa jaddatina, wa kholina wa kholatina, wa ‘ammina wa ‘ammatina, wa jami’i ustadzina wa asatidzatina, wa masyayikhina wa masyayikhi masyayikhina, wa lijami’i jama’atina, wa zaujina wa zaujatina wa auladina wa banatina wa dzurriyatina wa ikhwanina minal-muslimina wal-muslimat wal-mukminina wal-mukminat, wa liman hadhoro fi hadzal-majlisi minal-mukminin, Rohmatullahi ta’ala ‘alaina wa ‘alaihim ajma’in. Syai-ul lillahi lana wa lahum ajma’in Al-faatihah, (baca surat al-Fatihah)
-
Apa itu tasawuf? Tasawuf adalah dimensi mistik Islam yang berfokus pada pengembangan spiritual batiniah individu. Hal ini sering disebut sebagai jantungnya Islam, karena menekankan pengembangan hubungan yang mendalam dan pribadi dengan Tuhan melalui berbagai praktik spiritual.
-
Apa itu tawasul Yasin? Tawasul adalah berdoa atau memohon yang dilakukan dengan suatu wasilah. Wasilah inilah yang dijadikan sebagai perantara untuk mendekatkan diri pada Allah, agar suatu permohonan dapat dikabulkan. Secara umum, doa tawasul yasin banyak diamalkan sebelum tahlil, yaitu mengkhususnya bacaan Al Fatihah kepada Rasulullah, para sahabat, orang mukmin, dan para ahli kubur.
Mengenal Apa Itu Tawasul
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tawasul adalah memohon atau berdoa kepada Allah SWT dengan perantara nama seseorang yang dianggap suci dan dekat kepada Tuhan.
Tawasul dapat diartikan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, mengikuti petunjuk Rasul-Nya dan mengamalkan seluruh amalan yang dicintai dan diridhai-Nya.
Tawassul menurut bahasa, yakni Al-wasilah berarti segala hal yang dapat menyampaikan dan mendekatkan kepada sesuatu. Sedangkan menurut istilah, yaitu segala hal yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah SWT yaitu berupa amal kebaikan atau ketaatan yang disyariatkan.
Tujuan utama dari membaca tawasul untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan agar segala hajatnya dikabulkan oleh Allah SWT.
Terdapat bacaan doa tawasul yang mustajab untuk dibaca kepada kekasih Allah SWT. Namun, tidak semua tawasul diperbolehkan. Lantas, bagaimana cara tawasul yang benar? Dan bagaimana bacaan dari tawasul yang dianjurkan?
Jenis Tawasul yang Dianjurkan
Meskipun dijadikan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, rupanya ada tawasul yang menyimpang dari agama Islam.
Jadi, alangkah baiknya untuk memahami bagaimana tawasul yang dianjurkan dan bagaimana tawasul yang dilarang. Tawasul artinya mengambil perantara untuk tersampainya hajat atau doa. Namun, tidak semua tawasul diperbolehkan. Ada beberapa orang yang salah dalam memahami tawasul. Mereka bertawasul dengan orang-orang yang sudah meninggal atau menjadikan orang-orang yang telah meninggal sebagai perantara. Inilah jenis tawasul yang dilarang, yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kesyirikan.
Tawasul yang diperbolehkan adalah yang ditetapkan oleh syariat. Di antaranya:
1. Bertawasul dengan nama-nama Allah atau asmaul husna. Hal ini diperkuat dengan adanya dalil:
“Hanya milik Allah asmaul husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu…” (Q.S Al A’raf: 180)
Bertawasul dengan asmaul husna dan sifat-sifat Allah ini juga dilakukan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana hadis berikut:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam doa beliau: “…Aku memohon dengan setiap nama-Mu, yang Engkau memberi nama diri-Mu dengannya, atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu makhluk-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau sembunyikan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu…” (HR. Ahmad)
2. Bertawasul dengan amal shalih. Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT berfirman,
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S Al Baqarah : 127).
Adapun hadis terkait tawasul ini dapat Anda temukan dalam kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua. Mereka bertawasul dengan amal shalih yang mereka lakukan berupa berbuat baik kepada kedua orang tua, meninggalkan perbuatan zina, dan menunaikan hak orang lain, maka Allah mengabulkan doa mereka sehingga mereka dapat keluar dari gua karena tawasul dalam doa yang mereka lakukan.
3. Bertawasul dengan doa orang yang masih hidup. Allah SWT berfirman yang mengisahkan anak-anak Nabi Ya’qub ‘alaihis salaam,
“Mereka berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)." (Q.S Yusuf : 97).
Sedangkan dalil lain terkait bentuk tawasul ini terdapat dari perkataan Umar bin Khottob kepada Al ‘Abbas bin ‘Abdul Muthollib, paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggal dunia,
“Ya Allah, sesungguhnya kami bertawassul kepada-Mu lewat perantaraan Nabi-Mu, maka turunkanlah hujan pada kami. Dan sekarang kami bertawassul kepada-Mu lewat perantaraan paman Nabi kami, maka turunkanlah pula hujan pada kami.” (HR. Bukhari).
Tawasul dalam Al-Qur'an
Penjelasan tawasul dalam Islam bisa dilihat dalam Al-Quran pada surat Al-Maidah ayat 35, yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."
Para ulama bersepakat tawasul diperbolehkan dengan perantaranya adalah amal sholeh. Contohnya, ketika umat Islam mengerjakan salat dan membaca Al-Qur'an. Tawasul yang dimaksud pada ayat tersebut, yaitu melakukan amalan sholeh agar setiap doa tawasul hajat yang dipanjatkan bisa terkabul.
Para ulama membagi tawasul menjadi dua jenis. Pertama, tawasul yang sesuai dengan syariat, di mana didasarkan pada dalil-dalil Al-Qur'an atau Hadis yang sahih. Kedua, tawasul yang tidak dibenarkan, yaitu bertawasul kepada Allah SWT dengan sesuatu yang tidak sesuai syariat.
Tawasul yang disepakati oleh ulama Islam bertujuan untuk mencapai sesuatu dengan cara yang benar, tidak mendekatkan seorang Muslim untuk melakukan hal sirik kepada Allah SWT. Sementara itu, tawasul yang tidak dibenarkan biasanya akan menjurus kepada hal sirik, misalnya dengan tawasul dengan menyembah dewa, laut, batu-batuan, ataupun hewan.
Bertawasul Melalui Rasulullah SAW
Umat Islam meyakini barang siapa mencintai Rasulullah, maka akan dicintai oleh Allah SWT.
Sebab Rasulullah adalah kekasih Allah SWT, inilah yang menjadi dasar diperbolehkannya bertawasul kepada Rasulullah SAW. Bertawasul kepada Rasulullah SAW dilakukan agar segala hajatnya terkabul.
Terdapat doa tawasul kepada Nabi Muhammad Saw dan seluruh para nabi seperti yang dijelaskan Imam Nawawi dalam Kitab Al Kawakib Al Durriyah fi Tarajum Al Sadah Al Shufiyah:
Allahumma inni atawajjahu ilaika bijaahi nabiyyika muhammadin shollallaahu ‘alaihi wa sallama wa bi abawaina adama wa hawwa-a ‘alaihimas salaam wa ma bainahuma minal anbiyaa-i wal mursaliina. Iqdhi haajati... (sebutkan hajatnya)
Artinya:
“Ya Allah, aku menghadapkan diriku kepada-Mu dengan kedudukan Nabi-Mu, Muhammad Saw, dan dengan kedua orang tua kami, Adam dan Hawa, dan dengan para nabi dan rasul di antara keduanya. Penuhi hajatku... (sebutkan hajatnya).”
Bacaan Tawasul Singkat
Terdapat doa atau bacaan tawasul yang biasa digunakan orang-orang dalam melakukan tawasul.
Bacaan atau doa dalam bertawasul sebagai berikut:
1. Istigfar sebanyak 3x
اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ
Astagfirullahalazim (3x)
Artinya: "Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
2. Kalimat Syahadat
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.
Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah."
3. Pengantar
سْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ
اِلَى حَضَرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَاَلِهِ وَاَزْوَا جِهِ وَاَوْلاَ دِهِ وَذُرِّيَّا تِهِ الْفَتِحَةْ…
Bismillaahirrahmaanir rahiim
Ilaahadharatin nabiyyil musthofaa shollallahu ‘alaihi wa sallama, wa aahlihi wa azwajihii wa aulaadihi wa dzurriyyatihi. Al fatihah. (Dilanjutkan dengan Al-Fatihah)
Artinya: "Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, kepada yang terhormat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terpilih, kepadanya segenap keluarga para istri dan anak cucu beliau, bacaan al fatihah kami tujukan untuk beliau…" (Dilanjutkan dengan Al-Fatihah)
اِلَ حَضَرَاتِ اِخْوَا نِهِ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَاءِ
وَاَلشَّهَدَاءِ وَاَلصَّا لِحِيْنَ وَاَلصَّحَا بَةِوَ التَّا بِعِيّنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَا
مِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَ جَمِيْعِ الْمَلَئِكَةِ الْمُقَرَّ بِيْنَ خُصُوْصًا سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَيْدِ الْقَادِرِا لْجَيْلَا نِى
. الْفَاتِحَةْ
Ilaa hadhorooti ikhwaanihi minal anbiyaa’I wal mursaliina wal auliyaa’I wash syuhadaa’I wash shoolihiina wash shohaabati wat taabi’iina wal ulamaa’il aamiliina walmushonni final mukh’lishina wa jamii’il malaa ikatil muqorrobiina khusuushon sayyidinaa asy syaikhi’abdil qoodiril jailaani. Al Fatihah. (Dilanjutkan dengan Al-Fatihah)
Artinya: "Kepada yang terhormat para handai taulan dari para nabi dan rasul, para wali, para syuhada’, orang orang saleh, para sahabat, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas dan kepada segenap malaikat yang mendekatkan diri kepada Allah, terutama kepada penghulu kita syaikh Abdul Qadir Jailani". (Dilanjutkan dengan Al-Fatihah)
ثُمَّ اِلَي حَضَرَاتِ اِخْوَا نِهِ مِنَ الْاَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْاَوْلِيَاءِ وَاَلشَّهَدَاءِ وَاَلصَّا لِحِيْنَ وَاَلصَّحَا بَةِوَ التَّا بِعِيّنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَا مِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَ جَمِيْعِ الْمَلَئِكَةِ الْمُقَرَّ بِيْنَ خُصُوْصًا سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَيْدِ الْقَادِرِا لْجَيْلَا نِى . الْفَاتِحَةْ
Tsumma ilaa hadhorooti ikhwaanihi minal anbiyaa’I wal mursaliina wal auliyaa’I wash syuhadaa’I wash shoolihiina wash shohaabati wat taabi’iina wal ulamaa’il aamiliina walmushonni final mukh’lishina wa jamii’il malaa ikatil muqorrobiina khusuushon sayyidinaa asy syaikhi’abdil qoodiril jailaani. Al Fatihah. (Dilanjutkan dengan al-Fatihah)
Artinya: “Kemudian kepada yang terhormat para handai taulan dari para nabi dan rasul, para wali, para syuhada’, orang-orang saleh, para sahabat, para ulama yang mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas dan kepada segenap malaikat yang mendekatkan diri kepada Allah, terutama kepada penghulu kita syaikh Abdul Qadir Jailani.”
اِلَى جَمِيْعِ اَهْلِ الْقُبُوْرِ مِنَا لْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْ مِنَاتِ مِنْ مَشَارِ قِالْاَرْضِ وَمَغَا رِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِ هَا خُصُوصًا اَبَاءَ نَاوَ اُمَّهَا تِنَا وَاَجْدَا دَنَاوَ جَدَّا تِنَا وَمَشَا يِخَنَا وَمَشَا يِخَ مَشَا يِخِنَا وَاَسَا تَذَةِ اِسَاتِذَ تِنَ (وَحُصُوْصًا اِلَى الرُّحِ …) وَلَمِنِ اجْتَمَعْنَا هَهُنَا بِسَبَبِهِ . الْفَتِحَةْ
Ilaa jamii’ii ahlil qubuuri minal muslimiina wal muslimaati walmu’miniina walmu’minaati min masyaariqil ardhi wa maghooribihaa barrihaa wa bahrihaa khususon aabaa anaa wa umma haatinaa wa ajdaadanaa wa jaddaatinaa wa masyaayikhonaa wa masyaayikho masyaayikhinaa wa asaatidzatinaa wa khushuushoon ilarruhi (…) wa limini ijtama’naa haa hunaa bi sababihi. Al-Fatihah. (dilanjutkan dengan al-Fatihah)
Artinya: “Kepada segenap ahli kubur kaum muslimin laki laki dan perempuan, kaum mukminin laki laki dan perempuan dari timur dan barat, baik yang ada di darat maupun di laut, terutama kepada para bapak dan ibu kami, para nenek laki laki dan perempuan kami, kepada syaikh kami dan syaikhnya syaikh kami, kepada gurunya guru kami, dan kepada orang yang menyebabkan kami sekalian berkumpul di sini.”