Kisah Nabi Yunus Singkat, Lengkap dengan Doa yang Dipanjatkan
Nabi Yunus AS diutus oleh Allah SWT untuk mengajak penduduk Ninawa agar beriman.
Nabi Yunus AS diutus oleh Allah SWT untuk mengajak penduduk Ninawa agar beriman.
Kisah Nabi Yunus Singkat, Lengkap dengan Doa yang Dipanjatkan
Nabi Yunus adalah salah satu nabi dan rasul utusan Allah SWT yang bertugas mengajak kaum Ninawa di daerah Mosul, Irak, agar menyembah dan beriman kepadaNya.
Kaum Ninawa adalah penyembah berhala pada saat itu, dan mereka menolak dakwah Nabi Yunus. Mereka tetap berkeras hati dalam kekafiran dan kesesatan.
Nama Nabi Yunus disebut dalam Al-Quran sebanyak 4 kali, masing-masing pada Surat An-Nisa 163, Al-An’am 86, Yunus 98 dan Ash-Shaffaat 139. Yunus ibn Mata adalah nabi yang diutus di negeri Nainawa, negeri yang berada di wilayah Mosul Irak. Pada abad modern ini Mosul dikenal sebagai wilayah penghasil minyak yang sangat besar.
Seperti Nabi dan Rasul lain sebelumnya, Yunus menyeru penduduk Ninawa untuk hanya menyembah Allah SWT semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun. Tetapi mereka menolak dan menentang Nabi Yunus. Nabi Yunus merasa marah dan kecewa dengan sikap kaumnya yang tidak mau mendengarkan seruannya. Ia pun pergi meninggalkan mereka tanpa izin dari Allah SWT.
Nabi Yunus pergi meninggalkan Nainawa menuju Halab (Aleppo) di Suriah, dan terus menuju Yafa Palestina menuju pantai laut tengah, berencana berlayar menuju Tarsyisy di Tunis.
Sebelum pergi, Yunus mengancam kaumnya, kalau mereka tetap saja durhaka, tidak lama setelah dia pergi nanti akan turun azab menimpa mereka sehingga mereka akan binasa.
Nabi Yunus naik ke sebuah kapal yang akan berlayar ke tempat lain. Namun, di tengah perjalanan, kapal itu mengalami badai hebat yang mengancam keselamatannya. Para penumpang kapal memutuskan untuk mengundi siapa yang harus dilempar ke laut agar kapal bisa ringan dan selamat.
Undian itu jatuh kepada Nabi Yunus sebanyak tiga kali. Nabi Yunus pun bersedia untuk terjun ke laut sebagai korban.
Nabi Yunis Ditelan Ikan Paus
Allah SWT tidak membiarkan Nabi Yunus tenggelam di laut. Allah SWT menyuruh seekor ikan paus untuk menelan Nabi Yunus tanpa mencelakakannya. Nabi Yunus pun masuk ke dalam perut ikan paus dan berada di dalamnya selama beberapa hari.Di dalam perut ikan paus, Nabi Yunus merasakan gelap, sempit, dan dingin. Ia pun menyesali perbuatannya yang meninggalkan kaumnya tanpa izin Allah SWT. Ia pun berdoa dengan penuh kesungguhan dan ketulusan kepada Allah SWT. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang mendengar permohonan Nabi Yunus AS. Dia memerintahkan ikan paus untuk melepaskan Nabi Yunus ke daratan. Setelah diselamatkan dari ikan paus, Nabi Yunus AS kembali ke kota Ninawa dan melanjutkan tugas dakwahnya.
Sepeninggal Nabi Yunus, penduduk Ninawa ternyata mulai menyadari kesalahan mereka. Mereka mulai khawatir akan turunnya azab dari Allah SWT seperti yang diancamkan oleh Yunus. Akhirnya mereka bertobat dan mau mengikuti seruan Nabi Yunus, tetapi Yunus sudah terlanjur meninggalkan mereka. Karena mereka sudah beriman, Allah SWT tidak jadi menurunkan azab kepada mereka. Iman telah menyelamatkan mereka dari azab Allah SWT. Allah SWT berfirman:
فَلَوۡلَا كَانَتۡ قَرۡيَةٌ ءَامَنَتۡ فَنَفَعَهَآ إِيمَٰنُهَآ إِلَّا قَوۡمَ يُونُسَ لَمَّآ ءَامَنُواْ كَشَفۡنَا عَنۡهُمۡ عَذَابَ ٱلۡخِزۡيِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَمَتَّعۡنَٰهُمۡ إِلَىٰ حِينٖ ٩٨
Artinya: “Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia,
dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (Q. S. Yunus 10: 98).
Oleh sebab itu, sekembalinya Nabi Yunus setelah ditelan ikan paus, dakwahnya diterima oleh kaumnya. Penduduk Ninawa bertobat serta kembali taat kepada Allah SWT.
Doa Nabi Yunus AS
Mengutip laman Liputan 6, berikut doa Nabi Yunus AS. Allah ‘Azza Wajalla menyebutkannya dalam Al-Qur’an,وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ
Artinya: “(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, ‘Tidak ada tuhan yang berhak disembah, selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.’” (QS. Al-Anbiya: 87).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda dalam sebuah hadis,
دعوةُ ذي النُّونِ إذ دعا وهو في بطنِ الحوتِ لا إلهَ إلَّا أنتَ سبحانَك إنِّي كنتُ من الظالمينَ فإنَّه لم يدعُ بها رجلٌ مسلمٌ في شيءٍ قطُّ إلَّا استجاب اللهُ له
Artinya: “Doa Nabi Yunus ‘alaihissalam tatkala beliau terperangkap di perut ikan adalah “laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadz dzaalimiin”. Sungguh, tidaklah seorang muslim membacanya terus menerus, kecuali Allah akan kabulkan keinginannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 3505)
Doa ini mengandung pengakuan seorang hamba akan kesempurnaan uluhiyah Allah ‘Azza Wajalla. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu,
فأقر لله تعالى بكمال الألوهية، ونزهه عن كل نقص، وعيب وآفة، واعترف بظلم نفسه وجنايته
Artinya: “Di dalam doa ini, Nabi Yunus ‘alaihissalam mengakui kesempurnaan dan keesaan Allah dalam hal peribadahan yang khusus untuk-Nya, menyucikan-Nya dari segala macam bentuk kekurangan, aib, dan cacat. Serta mengakui diri sendiri sebagai seorang yang berlaku zalim (berbuat salah).” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 529)
Tidak ada hal yang lebih agung dibandingkan pengakuan seorang hamba akan keesaan Allah ‘Azza Wajalla atau tauhidnya. Karena itulah tujuan diciptakan manusia. Allah ‘Azza Wajalla berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Al-Hakim At-Tirmidzi rahimahullahu menyebutkan keutamaan doa ini,
العَبْد إِذا وَحده وَنفى عَنهُ الشّرك ثمَّ نزهه عَمَّا رَآهُ عَلَيْهِ من السوء واعترف بِأَنَّهُ من الظَّالِمين تكرم عَلَيْهِ ربه وتفضل على العَبْد فَلم يخيبه فِيمَا أمل وَرَجا وَكَذَلِكَ وعد الله فِي تَنْزِيله الْكَرِيم
Artinya: “Tatkala seorang hamba mengesakan Allah, tidak melakukan kesyirikan, kemudian menyucikannya dari segala macam keburukan, dan mengakui dirinya sebagai hamba yang zalim, maka Allah akan muliakan ia dan beri keutamaan, Allah tidak akan menyia-nyiakan harapan dan keinginannya. Demikianlah yang Allah janjikan di dalam Al-Qur’an yang mulia.” (Nawadir Al-Ushul fii Ahadits Al-Rasul, 2: 24). Wallahu A’lam.