Pakai Transportasi Perahu, Begini Kehidupan Unik Masyarakat Gili Ketapang

Merdeka.com - Gili Ketapang merupakan salah satu pulau kecil di Selat Madura yang terkenal dengan keindahannya. Di kalangan wisatawan domestik maupun mancanegara, eksotisme Gili Ketapang sudah tak perlu diragukan lagi. Pulau ini menjadi salah satu andalan wisata bahari di Jawa Timur.

Secara administratif, Pulau Gili Ketapang berada di Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pulau kecil yang juga sebuah desa itu berada sekitar 8 km di lepas laut utara Probolinggo. Dikutip dari unggahan pemilik akun Heriyanto Subekti di grup facebook JJT (Jelajah Jawa Timur), masyarakat Desa Gili Ketapang memiliki sejumlah keunikan.

Mulai dari alat transportasi perahu yang bentuknya khas, musala keramat, hingga menawarkan anak-anak perempuannya kepada para wisatawan perjaka yang datang berlibur.

Perahu Unik

©2020 Merdeka.com/Facebook Heriyanto Subekti

Masyarakat Gili Ketapang memiliki alat transportasi laut berupa perahu. Bentuk perahu ini terbilang unik dengan adanya tempat khusus untuk berbagai bawaan termasuk hewan. Di Kalimantan, perahu jenis ini biasanya disebut Klotok.

Ada bagian perahu berupa dek bawah, yang biasanya digunakan untuk tempat hewan seperti kambing atau barang bawaan lain seperti kayu, minyak tanah, es batu, dan lain sebagainya.

Musala Keramat

©2020 Merdeka.com/brilio.net

Di pulau ini, juga terdapat banyak musala dan masjid. Salah satu musala yang terkenal keramat yakni Guo Kucing. Konon, di sekitar musala yang terletak di sebelah utara agak ke timur itu dulunya banyak ulama bermukim. Setiap kali hari besar Islam, kawasan ini selalu ramai dan meriah.

Selain itu, dari pagi sampai menjelang magrib, anak-anak Pulau Gili Ketapang terbiasa berkegiatan di laut. Mereka baru akan beranjak jika azan magrib sudah tiba.

Promosikan Anak Gadis

©2020 Merdeka.com/snorkelingprobolinggo.com

Warga Pulau Gili Ketapang dikenal ramah. Mereka terbiasa menyambut para wisatawan dengan tangan terbuka dan kehangatan persaudaraan. Bahkan, tak jarang mereka menceritakan anak-anak gadisnya kepada para wisatawan.

“Maaf setiap kami datang kesana selalu diajak ngomong warga setempat utamanya yg memiliki anak gadis yg tdk segan2 memberi tahukan dalam bahasa dan logat tertentu yg intinya (mari datanglah kesini ajak teman2 yg masih bujang saya ada anak2 gadis) maksudnya promo istilah sekarang,” tulis Heriyanto Subekti. (mdk/rka)