Psikolog Ungkap Fakta di Balik Dua Ibu Bunuh Anak Kandung di Jember, Depresi hingga Terlalu Cinta
Pada Juni 2023, Jember digegerkan dengan dua kasus ibu bunuh anak kandungnya.
Insiden ini jadi pengingat pentingnya kesehatan mental
Psikolog Ungkap Fakta di Balik Dua Ibu Bunuh Anak Kandung di Jember, Depresi hingga Terlalu Cinta
Peringatan. Tulisan ini tidak untuk ditiru. Apabila Anda merasa mengalami depresi, segeralah cari bantuan orang lain atau profesional.
Pada Juni 2023, Jember digegerkan dengan dua kasus ibu bunuh anak kandungnya.
Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Jember Muhib Alwi menilai fenomena ibu membunuh anak kandung kemungkinan karena faktor terlalu cinta. Sang ibu bisa saja tidak ingin sang anak menderita sehingga diajak mati.
Ibu pertama, Maimunah (46) warga Desa Harjomulyo Kecamatan Silo membunuh anaknya yang masih berusia 6 tahun pada Jumat 9 Juni 2023. Ibu kedua, Husnul Khotimah (31) Warga Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang ditemukan tewas gantung diri pada Sabtu (17/6/2023) setelah membunuh dua anak kandungnya. (Foto: Freepik)
Muhib menjelaskan, depresi yang dialami seseorang disebabkan karena tidak bisa menerima keadaan yang sedang dialaminya. Baik kondisi internal maupun eksternal sehingga menyebabkan stres.
“Penerimaan ini juga bergantung dengan kecerdasan emosi yang ada dalam dirinya,” terang psikolog itu di Jember, Kamis (22/6/2023), dikutip dari liputan6.com.
Cinta Ibu
Seorang ibu depresi yang membunuh anaknya kemungkinan karena terlalu sayang. Dia tidak ingin anaknya terus menderita dengan kondisi yang dialaminya saat ini.
Sang ibu melihat kondisi anak yang serba kekurangan atau menderita, sehingga untuk mengakhiri kesulitan itu, akhirnya memilih cara membunuh anak.
“Agar finish sampai di sini kehidupannya, dan pindah pada kehidupan lain,” terang Muhib.
Ekspresi Terlalu Cinta
Akibat terlalu cinta , seseorang melakukan tindakan yang tidak rasional. Hal ini merupakan tindakan perilaku lekat sang ibu pada anaknya.
“Ini tidak rasional bagi kita, tapi bagi mereka yang depresi, mungkin ini alasan yang tepat,” ungkap Muhib. (Foto: Freepik)
Depresi atau stres rentan menyerang para ibu usai melahirkan. Tak hanya itu, ibu rumah tangga yang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah juga kerap mengalami depresi.
Profesor konseling kesehatan mental klinis di Argosy University, Melinda Paige, mengatakan perasaan terisolasi, kehilangan tujuan dan identitas, serta kurangnya interaksi sosial menjadi pemicu depresi pada ibu rumah tangga, sebagaimana dikutip dari halodoc.com. (Foto: Freepik)
Kehilangan Identitas Diri
Mengatur rumah tangga bukan perkara gampang, menjaga anak-anak kecil, mengatur situasi rumah tangga, butuh kesehatan fisik prima dan mental stabil. Waktu yang terkuras karena mengurus rumah tangga membuat ibu mengabaikan kebutuhannya sendiri. Hal ini bisa memicu sang ibu kurang menghargai dirinya sendiri.
Rasa rendah diri, terutama lebih besar tekanannya saat seorang perempuan yang awalnya bekerja kemudian berubah status menjadi ibu rumah tangga. Kehilangan identitas dan kemandirian sebagai perempuan pekerja bisa jadi pemicu depresi. (Foto: Freepik)