Tangis Tawa Perempuan Suporter Sepak Bola
Pengalaman jadi perempuan suporter sepak bola berkelindan dengan hal-hal seru, tapi juga dibersamai kejadian-kejadian tak mengenakkan.
Pengalaman jadi perempuan suporter sepak bola berkelindan dengan hal-hal seru, tapi juga dibersamai kejadian-kejadian tak mengenakkan.
Mendukung tim kesebelasan secara langsung di stadion jadi salah satu ekspresi cinta para penggemar klub sepak bola. Pengalaman ini tak hanya memberikan hal-hal seru, tapi juga jadi pintu gerbang suporter menjadi korban kekerasan.
Dita (bukan nama sebenarnya) hobi menonton tim kesebelasan favoritnya sejak remaja. Tak hanya menonton laga kandang Persebaya di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), ia pernah ke sejumlah kota seperti Bantul dan Malang untuk menyaksikan laga tandang klub sepak bola favoritnya itu.
Pengalamannya jadi perempuan suporter sepak bola berkelindan dengan hal-hal seru, tapi juga dibersamai kejadian-kejadian tak mengenakkan. Dita mengaku selalu senang mendukung Persebaya secara langsung di stadion, namun loyalitasnya itu juga jadi pintu gerbang pelecehan seksual hingga sakit asma yang kini dideritanya.
Berdasarkan data yang kami himpun melalui kuesioner terbuka, Dita adalah satu dari tiga responden yang pernah menjadi korban serangan fisik seksual di Stadion GBT.
“Aku sering datang ke stadion mepet (waktu pertandingan), di lokasi cek tiket pasti sedang ramai dan desak-desakan. Itu dimanfaatkan (pelaku) untuk grepe-grepe (memegang area sensitif korban), terus mereka bilang enggak sengaja,” ungkap Dita saat dihubungi Merdeka melalui panggilan WhatsApp, Kamis (31/8/2023) malam.
Salah satu bagian tubuhnya yang sensitif dipegang orang tak dikenal. Ia mengalami pelecehan seksual sebanyak dua kali pada waktu berbeda di Stadion GBT. Kedua peristiwa itu terjadi di area pengecekan tiket dan dilakukan oleh oknum Bonek (fans laki-laki Persebaya) yang tidak ia kenal.
Menurut Dita, semua suporter perempuan berpotensi jadi korban pelecehan seksual saat berada di tengah kerumunan seperti waktu pengecekan tiket. Adapun potensi kerumunan suporter semakin tinggi pada laga pertemuan dua tim besar (big match), terutama yang punya sejarah rivalitas.
“Jargon seduluran selawase (saudara selamanya) itu perlu dipertanyakan, aku enggak pernah diejek atau dilecehkan suporter lawan, tapi oleh sesama Bonek,” terang gadis yang berstatus sebagai mahasiswa itu dengan nada tegas.
Dita juga sering menerima ujaran merendahkan dari oknum Bonek saat berada di dalam stadion. Antara lain diejek sok cantik hingga disinggung karena atribut suporter yang ia kenakan. Adapun pelaku pelecehan seksual maupun ujaran merendahkan merupakan laki-laki dan tidak dikenal oleh Dita.
Sepanjang pembicaraan membahas pengalaman jadi korban kekerasan di Stadion GBT, Dita berulang kali mengajak para suporter berani bicara jika mengalami pelecehan atau kekerasan. Misalnya dengan memvideo pelaku untuk kemudian memviralkan di media sosial hingga menegur pelaku secara langsung di TKP (Tempat Kejadian Perkara) agar yang bersangkutan malu dan tidak mengulangi perbuatannya. Menurut Dita, jika para korban pelecehan atau kekerasan di lingkungan stadion diam saja, kejadian serupa akan terus terulang dan jumlah korban semakin banyak.
Adapun berdasarkan data yang kami himpun melalui kuesioner terbuka menunjukkan kekerasan paling banyak dialami responden adalah pelecehan lisan non seksual seperti kata-kata kotor hingga gertakan bernada mengancam. Sebanyak 18 suporter dari 99 responden pernah menjadi korban pelecehan lisan non seksual seperti kata-kata kotor hingga gertakan bernada mengancam.
Kasus kekerasan terbanyak kedua yang terjadi di Stadion Gelora Bung Tomo adalah serangan fisik seksual, korbannya sebanyak 16 orang. Para korban mengaku kena lemparan botol, tembakan gas air mata, dorong-dorongan saat ricuh atau keluar stadion.
Berbeda dengan Dita, Humayrotur Roki’ah, pendiri eks komunitas Bonita Mama Kece mengaku tidak pernah menerima ujaran merendahkan atau jadi korban pelecehan seksual dari sesama Bonek maupun pihak lain saat berada di Stadion GBT. Namun, ia tak menampik jika ada oknum-oknum Bonek reseh yang mengganggu suporter perempuan di stadion.
Perempuan yang akrab disapa Neng Tutuk itu mengaku selalu memilih Tribun VIP saat mengajak anak-anaknya menonton sepak bola di Stadion GBT. Menurut dia, tribun ini lebih aman dan nyaman untuk perempuan dan anak-anak. Misalnya dari segi fasilitas, keberadaan toilet di Tribun VIP lebih bersih dibanding toilet tribun biasa. Tribun ini juga menyediakan toilet khusus difabel. Suporter di Tribun VIP juga bisa membeli makanan di stan-stan dekat pintu masuk tribun, sehingga mereka tak perlu khawatir akan lapar atau haus sepanjang pertandingan sepak bola berlangsung.
Suporter di Tribun VIP lebih kondusif, tidak ada kebiasaan menyanyikan yel-yel sepanjang pertandingan sebagaimana suporter di tribun-tribun lain.
(Foto: Wahyu Andinia)
Dina dan Lala yang baru pertama kali menonton laga sepak bola secara langsung mengaku nyaman berada di Tribun VIP Stadion GBT. Tak mengidentifikasi dirinya sebagai Bonita, Dina dan Lala berangkat ke Stadion GBT karena diajak suami masing-masing.
Menurut Lala, sang suami selalu membeli tiket Superfans (VIP) saat mengajak anaknya yang masih balita menonton laga Persebaya di Stadion GBT. Sementara suami Dina, Edy Irawan mengaku selalu memilih Tribun VIP saat pergi menonton sendiri maupun mengajak keluarga. Menurut Edy, Tribun VIP membuat ia bisa menonton tim kesebelasan favoritnya dengan lebih aman dan nyaman.
Meski demikian, Tribun VIP bukan tanpa cela. Koordinator Bonek Green Nord 27, Husin Ghozali alias Cak Conk menceritakan pernah ada satu kasus suporter Tribun VIP Stadion GBT melempar lumpia ke lapangan.
Saat suporter dari Tribun VIP berlaku tidak tertib, suporter dari tribun-tribun lain tidak melakukan aksi sedemikian rupa.
“Kalau selama ini stan-stan makanan hanya ada di Tribun VIP karena para penonton dinilai lebih tertib, enggak juga,” ujar Cak Conk saat dihubungi melalui panggilan WhatsApp, Sabtu (9/9/2023).
Selain itu, satu masalah yang tak kunjung terselesaikan adalah bau tak sedap sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo yang sering tercium dari dalam Stadion GBT. Berdasarkan pantauan kami di lapangan, saat bau sampah menguar, beberapa suporter menutup hidung dengan jersey yang dikenakan atau masker.
“Kami menyebutnya parfum,” tutur Cak Conk sembari tertawa.
4. Ketahui jalur evakuasi jika terjadi kericuhan
5. Bagi pemula, sebaiknya tidak menonton sendirian
6. Datang dan pulang lebih awal untuk hindari kerumunan
7. Obat-obatan pribadi (jika dibutuhkan)
Sebaliknya, berikut adalah hal-hal yang harus Anda hindari saat menonton sepak bola di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya:
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner secara terbuka kepada jurnalis, suporter, tim ofisial, dan masyarakat umum yang memiliki pengalaman menonton sepak bola di Stadion Maguwoharjo Sleman dan Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya. Kuesioner dibagikan mulai 7 Juni 2023 hingga 6 Agustus 2023. Kami menargetkan 200 sampel dengan margin error 10 persen. Ada 215 responden yang mengisi kuesioner, namun hanya 203 responden yang memenuhi kriteria sampel. Adapun kriteria sampel terpenuhi apabila responden memiliki pengalaman langsung menonton sepak bola di Stadion GBT dan/atau Maguwoharjo, serta menjawab seluruh pertanyan.
Dari 203 responden yang memenuhi kriteria, rinciannya sebanyak 90 responden pernah menonton sepak bola di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, 74 responden pernah menonton sepak bola di Stadion Maguwoharjo Sleman, dan 39 responden pernah menonton sepak bola di kedua stadion tersebut.
Adapun latar belakang dari 203 responden terdiri dari 154 suporter, 5 pemain sepak bola, 41 jurnalis, dan 3 orang terdiri dari ofisial tim, fotografer, serta masyarakat umum.
Riset:
Sirojul Khafid & Rizka Nur Laily Muallifa
Fotografer:
Sirojul Khafid, Rizka Nur Laily Muallifa, Faizal Insani, Wahyu Andinia, Wahyu Hestiningdiah, Hendra Permana
Desainer Grafis:
Rizka Nur Laily Muallifa
*Karya ini merupakan bagian dari program Jaring Aman yang diselenggarakan Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) bersama TIFA Foundation dan Human Right Working Group (HRWG)
Suporter bola memiliki peran penting dalam menyemangati tim kesayangan mereka.
Baca SelengkapnyaRombongan tersebut berhamburan mengejar pengguna lain yang terindikasi sebagai suporter sepakbola.
Baca SelengkapnyaMenjadi jurnalis perempuan yang meliput sepak bola bak dua mata pisau berlawanan. Pada satu sisi bisa memperoleh kemudahan, tapi bisa juga jadi korban kekerasan
Baca SelengkapnyaKlub kebanggaan Sumatra Barat ini kembali berkompetisi di Liga 1 Indonesia musim 2024/2025.
Baca SelengkapnyaMilo mengatakan ia bersedia melatih Persis karena punya visi yang sama meski durasi kontraknya hanya empat bulan.
Baca SelengkapnyaMenjadi anak tunggal bukan alasan dirinya mudah menggapai kesuksesan.
Baca SelengkapnyaCinta kasih adik terhadap kakak kadang terjalin dengan cara yang tak biasa.
Baca SelengkapnyaKekerasan dalam sepak bola masih jadi PR berat bagi Indonesia. Sejak tahun 1994 hingga 1 Oktober 2022, sebanyak 230 nyawa melayang karena sepak bola.
Baca SelengkapnyaTebak-tebakan adalah permainan seru yang mengasah otak.
Baca Selengkapnya