FOTO: Perjuangan Pak Midun Bersepeda Malang-Jakarta untuk Tragedi Kanjuruhan, Tangisnya Pecah Saat Tiba di GBK
Pak Midun menangis setibanya di sana dan melakukan sujud syukur di samping sepedanya.
Hal tak terduga lainnya pun sempat terjadi setiba di komplek GBK. Simak selengkapnya!
FOTO: Perjuangan Pak Midun Bersepeda Malang-Jakarta untuk Tragedi Kanjuruhan, Tangisnya Pecah Saat Tiba di GBK
Setelah bersepeda selama 12 hari dari Malang, pria bernama Miftahuddin Ramli, atau akrab disapa Pak Midun, akhirnya tiba di kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Tangis Pak Midun pecah setibanya di GBK. Dia terlihat melakukan sujud syukur di samping sepedanya.
Pak Midun memulai aksinya bersepeda dari Malang ke Jakarta pada 3 Agustus 2023. Aksinya tersebut dilakukan untuk mengingatkan banyak orang bahwa kasus Tragedi Kanjuruhan belum sepenuhnya tuntas karena masih belum ada rasa keadilan bagi para korban dan keluarga yang kehilangan.
Sementara, sepeda yang digunakan Pak Midun dalam aksi solidaritasnya ini bukanlah sepeda biasa.
Sepeda tersebut sudah dimodifikasi dan dilengkapi sebuah keranda hitam bertuliskan 'Justice for Kanjuruhan'.
Ditolak Masuk SUGBK
Setibanya di kompleks GBK, Pak Midun dan sepedanya tidak bisa memasuki ring 1 Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Aparat keamanan yang bertugas hanya mengizinkan Pak Midun memasuki SUGBK, tetapi tidak dengan sepedanya yang membawa keranda Tragedi Kanjuruhan.
"Kalau saya masuk sendiri ngapain, itu yang lebih penting (sepeda yang dibawanya). Mereka tidak menghendaki saya masuk. Tapi saya yakin itu bukan kehendak mereka yang bertugas, saya paham. Yang penting saya sudah menjalankan nazar saya,"
kata Midun, Senin (14/8/2023).
Midun pun akhirnya memilih untuk tetap berada di luar pagar dan tak menginjakkan kakinya ke dalam ring 1 SUGBK.
Ucapkan Terima Kasih untuk Seluruh Suporter
Sepanjang perjalanan bersepeda dari Malang ke Jakarta, Pak Midun singgah ke stadion-stadion di setiap kota yang dilaluinya. Dia menemui para suporter untuk menjalin silaturahmi dan menyebarkan salam perdamaian.
"Alhamdulillah, sambutan dan pengawalan mereka seperti tidak ada sekat dan tidak ada rivalitas," ujar Midun.
Pak Midun mengungkapkan, para suporter yang ditemuinya ikut membantu mengawalnya secara estafet dan memberikan dukungan.
"Saya juga tidak mungkin kuat (bersepeda) sampai sini. Kekuatan saya didoakan oleh mereka, didoakan keluarga korban yang sampai sekarang masih memperjuangkan proses hukum," tutur Midun.