Tuliskan Faktor-Faktor yang Memicu Perkelahian Antar Pelajar Beserta Contohnya
Perkelahian antar pelajar sering dikaitkan dengan perilaku negatif/menyimpang hingga pelanggaran hukum.
Perkelahian antar pelajar sering dikaitkan dengan perilaku negatif/menyimpang hingga pelanggaran hukum.
Tuliskan Faktor-Faktor yang Memicu Perkelahian Antar Pelajar Beserta Contohnya
Perkelahian antar pelajar masih kerap ditemukan di beberapa daerah, khususnya di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan beragam dampak termasuk adanya korban di antara para pelaku perkelahian itu sendiri. Umumnya perkelahian antar pelajar yang terjadi di sebuah daerah tersebut adalah tradisi turun temurun.
Masalah ini sering dikaitkan dengan perilaku negatif/menyimpang dan bahkan sering dikaitkan dengan pelanggaran hukum yang berujung pada tindak pidana. Kasus-kasus tersebut seringnya terjadi di kota besar seperti, Jakarta, Bandung, Surabaya dan tidak menutup kemungkinan kota-kota yang lebih kecil juga melakukannya karena perkembangan internet yang semakin maju.
Maraknya perkelahian antra pelajar dari tahun ke tahun selalu membawa korban mulai dari luka ringan, harus dirawat di rumah sakit, sampai ada beberapa yang meregang nyawa. Lalu apa sebenarnya yang menjadi penyebab hal ini? Berikut kami tuliskan faktor-faktor yang memicu perkelahian antar pelajar beserta contohnya yang penting diketahui.
-
Kenapa dua kelompok pemuda ini berkelahi? Dua kelompok pemuda yang bentrok tersebut ialah dari kelompok Markus (21) dengan kelompok Jony (24). Awalnya, terjadi saling caci maki antara Markus dan Jony melalui via whatsapp dan akhirnya saling tantang. Karena, sebelumnya permasalahan tersebut terjadi karena keduanya saling memperebutkan seorang perempuan.
-
Kenapa teman sebaya bisa memicu kenakalan remaja? Pengaruh teman sebaya, yang bisa menekan atau membujuk remaja untuk ikut berperilaku negatif atau melawan otoritas.
-
Kenapa konflik terjadi? Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
-
Kenapa anak-anak sering bertengkar? Anak-anak yang sering terpapar pertengkaran orangtua lebih cenderung memperlakukan orang lain dengan permusuhan. Mereka sering menyelesaikan pertengkaran dengan saudara mereka menggunakan taktik yang sama dengan yang mereka lihat dari orangtua mereka.
-
Bagaimana cara konflik muncul? Konflik berasal dari bahasa Latin 'configure' yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
-
Apa penyebab utama tawuran pelajar di Jakarta? Tidak ada alasan yang jelas mengapa sering terjadi tawuran antar pelajar di Jakarta. Namun biasanya penyebab utama tawuran adalah adanya singgungan antar pelajar, seperti saling ejek, saling hina, dan mengaku paling menguasai wilayah yang dilalui pelajar dari sekolah lain.
Faktor-Faktor yang Memicu Perkelahian Antar Pelajar dan Contohnya
Ciri remaja atau pelajar yang terlibat perkelahian antar sesamanya diduga dipengaruhi oleh beragam kondisi seperti lingkungan tempat tinggal, kedekatan dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya, hubungan dengan peer group serta akses untuk melihat kekerasan di media visual seperti tayangan di media sosial.
Berikut ini kami tuliskan faktor-faktor yang memicu perkelahian antar pelajar yang paling umum, dilansir dari jurnal Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta;
Penyebab yang Berasal dari Faktor Internal
1. Mengalami krisis identitas (identity crisis)
Penyebab tawuran yang pertama yaitu karena remaja atau pelajar tersebut sedang mengalami krisis identitas. Identitas diri yang dicari remaja adalah bentuk pengalaman terhadap nilai-nilai yang akan mewarnai kepribadiannya.
Jika tidak mampu menemukan atau menginternalisasi nilai-nilai positif ke dalam dirinya, serta tidak dapat mengidentifikasi dengan figur yang ideal, maka akan berakibat buruk, yakni munculnya penyimpangan-penyimpangan perilaku tersebut.
Jika para remaja tidak mendapatkan panutan yang baik atau keyakinan sendiri atas identitasnya, maka mereka cenderung mencari identitas yang sedang trend di lingkungan sekitarnya, dan apabila ia kebetulan di lingkungan yang buruk atau antar remaja dengan kekerasan, maka kemungkinan besar para remaja ini akan melakukan hal yang serupa.
2. Memiliki kontrol diri yang lemah (weakness of self control)
Penyebab tawuran berikutnya yaitu karena remaja memiliki control diri yang lemah. Kontrol diri merujuk pada ketidakstabilan emosi, emosi ini meliputi mudah marah, frustrasi, dan kurang peka terhadap lingkungan sosialnya.
Sehingga ketika menghadapi masalah, mereka cenderung melarikan diri atau menghindarinya, bahkan lebih suka menyalahkan orang lain, dan kalaupun berani menghadapinya, biasanya memlih menggunakan cara yang paling instan atau tersingkat untuk memecahkan masalahnya.
3. Tidak mampu menyesuaikan diri (self mal adjustment)
Penyebab tawuran selanjutnya yang berasal dari faktor internal atau dari dalam diri sendiri yaitu karena tidak mampu menyesuaikan diri. Pelajar yang melakukan tawuran biasanya tidak mampu melakukan penyesuaian dengan lingkungan yang kompleks, seperti keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai perubahan di berbagai kehidupan lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.
4. Pengaruh gengsi
Memahami penyebabperkelahian antar pelajar adalah adanya gengsi dalam dirinya yang sangat tinggi. Meski bukan diungkap berdasarkan penelitian, fakta lapangan menyebut penyebab tawuran pelajar terutama laki-laki adalah pengaruh gengsi. Mereka yang memilih mundur dan memilih cara aman saat mendapat tantangan akan dianggap sebagai pecundang atau cupu.
Penyebab yang Berasal dari Faktor Eksternal
1. Pengaruh media
Dilansir dari verywell mind, penyebab tawuran atau kekerasan pada remaja bisa dipengaruhi oleh media. Penelitian oleh Research Institute of Moral Education, College of Psychology, Nanjing Normal University, Nanjing, China menunjukkan bahwa kekerasan di media mempengaruhi remaja dan dapat menyebabkan mereka bertindak agresif.
Meskipun sulit untuk menentukan apakah kekerasan di media mengarah langsung ke kekerasan remaja, penelitian telah menunjukkan bahwa bermain video game kekerasan meningkatkan pikiran dan perilaku agresif.
Faktanya, sebuah penelitian menemukan bahwa video game kekerasan tidak hanya meningkatkan perilaku agresif. Mereka juga meningkatkan pikiran marah serta meningkatkan detak jantung dan tekanan darah peserta.
2. Pengawasan Orang Tua Tidak Memadai
Ketika orang tua tidak memberikan pengawasan yang memadai, remaja cenderung akan melakukan perilaku agresif atau aktivitas kriminal. Tanpa pengawasan orang dewasa, remaja tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat pilihan yang baik atau untuk mengenali risiko.
Akibatnya, para remaja ini cenderung berteman dengan orang yang salah, mengambil risiko yang tidak perlu, dan bereksperimen dengan hal-hal yang tidak diizinkan oleh orang tua yang terlibat.
Ketika orang tua terlalu permisif, anak-anak mereka seringkali tidak memiliki motivasi untuk berprestasi di sekolah dan bahkan mungkin berhenti memedulikan masa depan mereka. Secara keseluruhan, remaja membutuhkan disiplin yang adil dan tegas serta interaksi yang konsisten dan arahan dari orang tua. Ketika orang tua mengambil peran aktif dalam kehidupan remaja mereka, itu mengurangi kemungkinan kekerasan remaja.
3. Tekanan teman sebaya
Tekanan teman memainkan peran penting dalam kekerasan remaja sebagai penyebab tawuran, terutama karena anak-anak lebih cenderung terlibat dalam perilaku berisiko atau kekerasan ketika mereka bertindak sebagai sebuah kelompok.
Remaja yang biasanya tidak agresif atau melakukan kekerasan sendiri sering merasa diberdayakan saat berada dalam kelompok.
Selain itu, remaja lebih cenderung menjadi kasar atau agresif saat mereka merasa tertekan. Mereka juga mungkin melakukan kekerasan untuk mempertahankan tempat mereka dalam grup. Tekanan teman sebaya dapat membuat remaja terlibat dalam perilaku pengambilan risiko.
4. Komunitas dan Lingkungan
Tempat tinggal remaja juga dapat berdampak pada mereka dan mengarahkan mereka untuk bertindak lebih agresif. CDC menunjukkan beberapa faktor risiko komunitas untuk kekerasan pemuda termasuk berkurangnya peluang ekonomi, tingkat kejahatan yang tinggi, dan lingkungan yang tidak terorganisir secara sosial.
Selain itu, penelitian dari American Psychologist menunjukkan bahwa kekerasan remaja dapat menjadi bentuk "keadilan jalanan" sebagai jawaban atas kurangnya perlindungan polisi di beberapa lingkungan.
Ketika ini terjadi, remaja mungkin berusaha mengamankan lingkungan dengan menggunakan kekerasan sebagai cara untuk menertibkan daerah tersebut. Akibatnya, kekerasan pemuda sering kali bermanifestasi sebagai kekerasan geng, perang wilayah, perang senjata, dan jenis kekerasan lainnya.
5. Rivalitas Antar Sekolah
Rivalitas umumnya dipicu oleh sentimen negatif di antara kedua pihak. Inilah penyebab tawuran pelajar sebenarnya, ketika kedua rival dipertemukan, maka tawuran akan sangat berisiko terjadi.
Cara Mengatasi Perkelahian Antar Pelajar
Anak muda yang bertindak agresif atau kasar kemungkinan besar sedang bergumul dengan perasaannya atau bisa jadi itu adalah reaksi terhadap sesuatu yang mereka alami dan mungkin mereka simpan sendiri.
Apakah perilaku ini adalah sesuatu yang tidak terduga? Di sisi lain, apakah itu sesuatu yang mungkin telah meningkat seiring dengan perkembangan mereka? Penting untuk mencoba membuat garis waktu kapan dan bagaimana hal itu dimulai dan pemicu apa yang bisa menjadi katalisator. Berikut alternatif cara mengatasi tawuran dari berbagai lini:
1. Pihak pemerintah melalui Dinas Pendidikan menetapkan berbagai kebijakan yang dapat mengakomodasi penangan secara komprehensif. Seperti yang pernah dilakukan Dinas Pendidikan DKI Jakarta pada tahun 2002 sampai tahun 2005 tawuran mulai berkurang karena pada saat itu Dinas Pendidikan DKI Jakarta memberikan instruksi kepada seluruh sekolah khususnya SLTA agar tiap-tiap sekolah siswanya mengikuti kegiatan kesiswaan dengan sistem mentoring.
2. Pihak sekolah melalui guru BK dibantu elemen sekolah lainnya bekerjasama dengan orang tua, dapat melakukan beberapa langkah berikut:
-Identifikasi siswa-siswa yang berisiko terlibat tawuran agar mendapatkan perhatian khusus.
- Memberikan pendidikan moral, sekaligus pendidikan tentang dampak kenakalan remaja.
- Setiap guru wajib menjadi seorang figur yang baik, sabar yang dapat dicontoh oleh para pelajar.
- Memberikan perhatian (sebagai wujud dukungan sosial di sekolah) dan motivasi yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri.
- Memfasilitasi para pelajar untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat sesuai bakat dan minatnya. Semua potensi yang dimiliki setiap siswa harus diidentifikasi dan dikembangkan serta diakomodir pertumbuhannya.
- Membentuk kelompok fasilitator teman sebaya. Salah satu bentuk bantuan yang dapat dipikirkan oleh konselor yang bekerja dengan remaja adalah membentuk program fasilitator teman sebaya.
3. Pihak orang tua, diharapkan dapat memberikan perhatian dan motivasi yang cukup kepada remaja. Orang tua juga harus bersikap terbuka agar remaja tidak segan menyatakan keluh kesahnya, baik ketika menghadapi masalah maupun saat merasakan kegembiraan.