Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Apresiasi dan sangsi soal Konvensi Demokrat

Apresiasi dan sangsi soal Konvensi Demokrat KLB Partai Demokrat. ©2013 Merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Gagasan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menggelar konvensi, patut diapresiasi. Jika gagasan itu terwujud, Partai Demokrat akan menjadi partai terbuka dalam pengajuan calon presiden. Sebab, katanya, konvensi tidak hanya diikuti oleh kader partai, tetapi juga orang luar.

Tetapi, bagaimana memilih satu calon presiden dari sekian banyak orang yang berminat, merupakan masalah mendasar. Di sinilah gagasan SBY itu tidak diketahui, atau belum jelas, sehingga mengundang komentar sinis para pesaingnya. Bisa dimengerti karena konteks politik Indonesia tak gampang mengadopsi konvensi.

Sebagaimana diketahui, konvensi pencalonan presiden adalah tradisi politik Amerika Serikat yang sudah berlangsung hampir 200 tahun. Tradisi ini muncul setelah negara itu menerapkan sistem pemilu mayoritarian (di sini secara salah kaprah disebut sistem distrik) dalam memilih Senat, DPR, dan presiden.

Penggunaan sistem mayoritarian itu menciptakan sistem dua partai, karena dari sekian banyak partai hanya dua menonjol: Partai Demokrat dan Partai Republik. Karena penguasaan pendukung, suara, maupun kursi, maka dua partai itu seakan memiliki hak khusus mengajukan calon presiden. Padahal secara hukum, partai lain juga bisa mengajukan calon, bahkan seseorang bisa menjadi calon independen.

Untuk menentukan calon presiden itulah Partai Demokrat dan Partai Republik, menggelar konvensi. Jadi, konvensi adalah forum partai untuk memilih calon presiden yang akan diajukan dalam pemilu presiden. Lalu siapa yang memilih calon presiden di forum itu? Mereka adalah para utusan partai yang berasal dari setiap negara bagian.

Dalam konvensi Partai Demokrat terdapat 4.233 utusan, sedang konvensi Partai Republik terdapat 2.380. Para utusan itu dipilih melalui pemilihan pendahuluan yang dilakukan oleh masing-masing partai. Para utusan itu dipilih anggota partai masing-masing, di setiap daerah pemilihan, yang tersebar di negara bagian.

Seseorang akan ditetapkan menjadi calon presiden Partai Demokat, apabila dia mendapat dukungan minimal 2.166 utusan dalam Konvensi Partai Demokrat. Sedangkan di Partai Republik calon presiden harus mendapatkan dukungan minimal 1.191 utusan dalam Konvensi Partai Republik.

Nah, dalam konteks konvensi gagasan SBY, siapa yang akan memilih calon presidennya Partai Demokrat? Atau, siapa peserta konvesi Partai Demokrat yang memiliki hak untuk memilih calon presidennya Partai Demokrat?

SBY belum pernah membicaran soal sistem pemilihan dalam konvensi partainya. Konvensi Partai Golkar 2004 diikuti oleh pengurus kabupaten/kota, provinsi dan pusat, yang masing-masing memiliki suara dengan kadar berbeda. Apakah konvensi Partai Demokrat akan seperti itu?

Wakil Ketua Mejelis Tinggi Marzuki Alie mengatakan, konvensi Partai Demokrat akan berbeda dengan konvensi Partai Golkar 2004, dalam soal bagaimana memilih calon presiden. Namun, seperti SBY, Marzuki juga belum menjelaskan sistem pemilihan kira-kira seperti apa.

Malah Marzuki bilang, jika peminat banyak, proses nominasinya bisa dilihat berdasarkan survei elektabilitas. Nah, jika nominasi calon berdasarkan survei elektabilitas, mengapa harus ada konvensi? Bukankah akan lebih hemat, jika DPP Partai Demokrat langsung menetapkan calon presiden berdasarkan hasil survei?

Katakanlah mekanisme partai akhirnya berhasil menetapkan beberapa calon untuk dipilih dalam konvensi. Lalu partai juga berhasil menetapkan siapa-siapa peserta konvensi dan siapa-siapa yang berhak memilih calon presiden, sehingga akhirnya konvensi berhasil memilih satu-satunya calon presiden dari Partai Demokrat.

Pertanyaannya, bagaimana nasib calon itu, jika Partai Demokrat gagal meraih 20% suara atau 25% kursi dalam pemilu DPR, sebab undang-undang mengharuskan partai politik atau gabungan partai politik pengusung paangan calon presiden harus memenuhi persyaratan itu? Bagaimana jika partai politik yang diajak berkoalisi menolak calonnya Partai Demokrat?

Konvensi memang gagasan menarik, tetapi penerapannya di sini bisa menimbulkan banyak masalah karena konteks sistem kepartaian, sistem pemilu, dan sistem pemerintahan yang berbeda dari Amerika. (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
40 Kata-kata Pemilu Lucu, Lawakan Ringan yang Penuh Makna
40 Kata-kata Pemilu Lucu, Lawakan Ringan yang Penuh Makna

Kata-kata pemilu lucu ini bisa jadi hiburan menghadapi suasana politik yang seringkali tegang dan serius.

Baca Selengkapnya
Contoh Cerita Anekdot Lucu dan Menyindir, Penuh Pesan Moral
Contoh Cerita Anekdot Lucu dan Menyindir, Penuh Pesan Moral

Cerita anekdot lucu hadir sebagai senjata ampuh yang mampu mengundang tawa dari siapa pun yang mendengarnya.

Baca Selengkapnya
Suka Anti-Mainstream, Komeng Blak-blakan soal Fotonya yang Viral di Surat Suara
Suka Anti-Mainstream, Komeng Blak-blakan soal Fotonya yang Viral di Surat Suara

Komeng sempat menceritakan awal mula foto tersebut di surat suara.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Momen Prabowo 'Memelas' Minta Jangan Dikasih Nilai Jelek di Dialog Kadin
VIDEO: Momen Prabowo 'Memelas' Minta Jangan Dikasih Nilai Jelek di Dialog Kadin

Dalam pembukaan, Prabowo memohon tidak diberi nilai jelek dalam acara ini.

Baca Selengkapnya
Kocak Abis! Potret Komeng Rangkul 'Rakyat Kecil' Pasca Heboh Pemilu 2024, Ternyata Sudah Dilakukan Sejak Dulu
Kocak Abis! Potret Komeng Rangkul 'Rakyat Kecil' Pasca Heboh Pemilu 2024, Ternyata Sudah Dilakukan Sejak Dulu

Ketika sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba sang pembawa acara 'FYP' menyebutkan adanya rakyat kecil yang ingin menagih janji dari Komeng.

Baca Selengkapnya
Kelakar Komeng Usai Resmi Dilantik Jadi Anggota DPD RI
Kelakar Komeng Usai Resmi Dilantik Jadi Anggota DPD RI

Saat ditanya soal persiapan pelantikan Komeng malah menjawab dengan candaan.

Baca Selengkapnya
Jawaban Kocak Komeng 'Uhuy' Dilirik Maju Pilkada Depok: Saya Aja di DPD Belum Pelantikan, Harusnya Mungkin Cepetikan
Jawaban Kocak Komeng 'Uhuy' Dilirik Maju Pilkada Depok: Saya Aja di DPD Belum Pelantikan, Harusnya Mungkin Cepetikan

Komeng mengaku saat ini masih menunggu perkembangan untuk dilakukan pelantikan sebagai DPD.

Baca Selengkapnya
Jokowi Singgung Banyak Drama Jelang Pilpres, Anies: Biasa-Biasa saja
Jokowi Singgung Banyak Drama Jelang Pilpres, Anies: Biasa-Biasa saja

Jokowi Singgung Banyak Drama Jelang Pilpres, Anies: Biasa-Biasa saja

Baca Selengkapnya
Cerita Komeng Sejak Lama Mimpi Jadi Anggota Dewan
Cerita Komeng Sejak Lama Mimpi Jadi Anggota Dewan

Wajah Komeng di kertas suara DPD RI Dapil Jawa Barat bikin salfok warga

Baca Selengkapnya
Cerita Lengkap di Balik Foto Agak Lain Komeng di Surat Suara DPD
Cerita Lengkap di Balik Foto Agak Lain Komeng di Surat Suara DPD

Dalam potret yang beredar, Komeng tampil berpose nyeleneh yang bikin para masyarakat tertawa. Ternyata ada sebuah cerita di balik foto agak lain Komeng ini.

Baca Selengkapnya
Hampir 3 Jam Ikut Pelantikan DPD, Komeng Berkelakar Merasa Ngantuk Hanya Duduk
Hampir 3 Jam Ikut Pelantikan DPD, Komeng Berkelakar Merasa Ngantuk Hanya Duduk

Komeng berkelakar merasa ngantuk setelah menghadiri pelantikan Anggota DPD RI periode 2024-2029 di Kompleks Parlemen, Jakarta.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Ekspresi Senator Komeng dan Ahmad Dhani Hadiri Pelantikan Prabowo-Gibran di Gedung DPR/MPR
VIDEO: Ekspresi Senator Komeng dan Ahmad Dhani Hadiri Pelantikan Prabowo-Gibran di Gedung DPR/MPR

Komeng tertangkap kamera asyik bercanda dengan rekan-rekannya. Dia terlihat tertawa lepas

Baca Selengkapnya