Begal, spekulasi, dan wibawa Jokowi
Merdeka.com - Maraknya aksi-aksi kawanan begal belakangan ini, membuat saya bertanya-tanya: kok rasanya kayak hidup di era Orde Baru. Penuh misteri pada saat elit politik berebut kuasa. Masih ingat, peristiwa pembunuhan dukun santet di Banyuwangi?
Awalnya, Februari 1998, pembunuhan dukun santet dianggap peristiwa kriminal biasa. Lalu terus berulang dan mencapai puncak pembantaian massal pada September 1998. Pemda mencatat 115 dukun santet mati, tim pencari fakta NU malah sebut angka 147.
Meskipun polisi dan tim pencari fakta NU menyebut ciri-ciri pelaku pembantaian dengan jelas, namun hingga saat ini tidak diketahui jati dirinya. Mereka bekerja dalam tim: datang tiba-tiba, cepat bertindak, lalu lenyap. Punya teknik tinggi dalam membunuh.
-
Siapa yang membuat Presiden Jokowi gemas? Akhirnya, pertunjukan lucu Ameena sukses membuat semua orang terkesan, termasuk Presiden Jokowi yang menyaksikannya dari kursi utama.
-
Kata-kata lucu Jokowi apa yang menggambarkan perjuangan melawan kesulitan? “Saya hanyalah semut yang harus melawan gajah-gajah yang punya segalanya.“
-
Kenapa Jokowi blusukan ke pasar? Saat blusukan ke pasar, Jokowi juga turut cek harga kebutuhan pokok
-
Apa yang Jokowi lakukan di Solo? Kini Jokowi dan Iriana kembali menjadi warga biasa di RT 07 RW 08 Kelurahan Sumber, Kecamatan, Solo.Setelah kembali menetap di Solo, pria kelahiran 21 Juni 1961 dan istrinya akan dilibatkan dalam kegiatan warga seperti pertemuan RT dan lainnya.
-
Bagaimana Jokowi ingin tingkatkan kesejahteraan rakyat? 'Pak Joko Widodo menetapkan kebijakan akan menghentikan, menjual kekayaan kita dalam bentuk mentah dengan murah ke luar negeri,' ujar Prabowo.
-
Siapa Ajudan Presiden Jokowi? Kapten Infanteri Mat Sony Misturi saat ini tengah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo.
Mereka bekerja sistematis, tetapi misterius. Tidak diketahui motifnya, juga dalangnya.
Dalam situasi seperti itu, maka yang berkembang adalah spekulasi: pertama, pembantaian dukun santet adalah permainan intelijen untuk mengalihkan perhatian publik; kedua, peristiwa Banyuwangi merupakan buah pertikaian elit politik Jakarta, untuk membuktikan kedikdayaan satu kelompok atas kelompok lainnya.
Bagaimana dengan aksi kelompok begal? Mungkin mereka tidak terlatih sebagaimana pembunuh dukun santet Banyuwangi. Tetapi kejadian yang tiba-tiba marak di sana sini, membuat otak kita berpikir macam-macam: jangan-jangan ini digerakkan?
Jika polisi sudah mengidentifikasi berbagai macam kelompok begal, mengapa tidak bisa mencegahnya? Mengapa polisi tiba-tiba tampil gagah bersiap menghadapi kawanan begal, sampai-sampai mobil patrlolinya ditulis “anti begal”? Tetapi mengapa aksi-aksi kawanan begal itu tak berhenti? Mengapa justru masyarakat sendiri yang kerap berhasil melumpuhkan kawanan begal?
Apabila tidak ada penjelasan yang masuk akal dari maraknya pembegalan itu, wajar jika akal sehat kita juga ikut berspekulasi: jangan-jangan begal-begalan ini adalah mainan intelijen belaka. Sekadar mengalihkan perhatian publik dari pertarungan elit politik.
Sekali lagi, harus ada penjelasan yang masuk akal berdasarkan bukti-bukti yang memadai, sehingga kita sampai pada kesimpulan begal-begalan ini murni perisitwa kriminal. Jika tidak, ya jangan salahkah orang lebih percaya pada beragam spekulasi.
Spekulasi juga yang kini menghinggapi pikiran banyak orang saat menyaksikan sepak terjang Presiden Jokowi dalam menyelesaikan kemelut KPK vs Polri. Berkali-kali Jokowi bilang, hentikan kriminalisasi. Tetapi para jenderal di Mabes Polri seakan tidak mendengar peringatan Jokowi. Kriminalisasi terhadap pimpinan KPK dan penggerak anti korupsi, tetap jalan, bahkan semakin meluas dan intensif.
Spekulasi positif menyatakan, Presiden Jokowi sengaja membiarkan para jenderal polisi di Mabes Polri menjalankan aksi-aksi kriminalisasi. Dengan cara ini, presiden akan tahu, siapa jenderal yang loyal, siapa jenderal yang tidak. Pada saatnya nanti Jokowi akan bertindak. Sebab tidak mungkin Jokowi terus membiarkan kehormatannya diamputasi.
Spekulasi positif ini memang tidak beda jauh dari dengan harapan. Ya karena, kita semua berharap Jokowi benar-benar menghentikan aksi-kasi kriminalisasi yang memang tidak dikehendakinya. Kita semua berharap punya presiden yang terjaga wibawanya.
Harapan itu bukan mimpi di siang bolong. Rekam jejaknya sebagai kepala pemerintahan menunjukkan hal itu. Baik saat menjadi walikota Solo maupun gubernur DKI Jakarta, Jokowi selalu memberi kesempatan kepada stafnya untuk memperbaiki diri. Jokowi pun memberi macam-macam arahan. Tetapi ketika kesempatan memperbaiki diri itu tidak dijalankan, maka Jokowi pun bersikap tegas: pecat!
Namun selain yang berspekulasi positif, banyak juga yang berspekulasi negatif. Ini pandangan pesimistik atas kepemimpinan Jokowi di masa depan. Kemampuan Jokowi dalam memimpin republik belum mencukupi. Pengalaman menjadi walikota dan gubernur belum seberapa jika dibandingkan dengan kompleksitas masalah nasional.
Di Solo dan DKI Jakarta, Jokowi bisa langsung pecat pejabat pemda yang bermasalah; namun di nasional, Jikowi harus membahasnya dengan wakil presiden, menteri, dan dewan jabatan. Di Solo dan DKI Jakarta, Jokowi bisa langsung menyelesaikan urusan politik dengan anggota DPRD; di nasional, tidak cukup membahas urusan politik dengan DPR, tetapi yang lebih penting harus berbaik-baik dengan ketua partai.
Ketika banyak pihak harus diajak bicara sebelum putusan diambil, Jokowi tidak hanya membutuhkan banyak waktu – sehingga waktu blusukan berkurang – tetapi juga memerlukan banyak pengetahuan dan kebajikan.
Sebagai presiden, Jokowi tidak hanya berser-seri saat mengurusi ekonomi dan bisnis, tetapi juga harus bergembira ria saat mengurusi hukum dan politik. Nah, apakah Jokowi punya antusiasme yang sama untuk menghadapi semua urusan?
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaDia tak mau stabilitas ekonomi terganggu hanya karena situasi tahun politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengakui banyak pelaku bisnis wait and see karena khawatir situasi politik
Baca SelengkapnyaMenteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menghadiri kuliah umum digelar IPDN di Jatinangor, Kamis (11/7)
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengakui banyak pelaku bisnis wait and see karena khawatir situasi politik memanas menjelang pencoblosan Pemilu 2024.
Baca Selengkapnya"Banyak permasalahan rakyat yang harus diselesaikan," kata Jokowi
Baca SelengkapnyaSeharusnya, kata Jokowi, yang disajikan dalam tahun politik adalah pertarungan gagasan.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menilai banyak drama di tahun politik.
Baca SelengkapnyaDia melihat masyarakat riang gembira berbondong-bondong ke TPS.
Baca SelengkapnyaJokowi mengingatkan Pemda agar program-program harus berorientasi kepada hasil, sehingga ada return ekonomi.
Baca SelengkapnyaJokowi Singgung Banyak Drama Jelang Pilpres, Anies: Biasa-Biasa saja
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) menilai banyak drama di tahun politik jelang pemilihan presiden 2024.
Baca Selengkapnya