Bila orang tidak waras menguasai partai
Merdeka.com - Kita boleh saja jengkel, benci, marah, bahkan antipati terhadap partai politik. Tetapi apa boleh buat, praktik demokrasi selalu membutuhkan partai politik. Padahal kita terlanjur percaya, demokrasilah yang dapat menunjukkan jalan kebaikan bersama dalam negara-bangsa ke depan.
Demokrasi memang bukan satu tatanan sempurna untuk mengatur peri kehidupan manusia. Namun sejarah di mana pun membuktikan, bahwa demokrasi sebagai model kehidupan bersama memiliki peluang paling kecil dalam menistakan kemanusiaan.
Akan tetapi dalam konteks keindonesiaan kini dan nanti, kita menghadapi problem pelik dalam mengembangkan demokrasi. Ya, itu tadi: partai politik kita bermasalah; sampai-sampai orang partai politik sendiri pun membenci kehidupan kepartaiannya.
-
Apa yang dibahas dalam pertemuan Golkar? “Yang intinya, menginginkan Hasta Karya ini solid, kami sampaikan bahwa sampai saat ini seluruh organisasi Hasta Karya “Hasilnya adalah memberikan kewenangan penuh pada Ketua Umum Golkar Bapak Airlangga Hartarto untuk menentukan arah kebijakan, langkah-langkah yang akan diambil terkait dengan pilpres, pileg, dan pilkada,“ tegas Ketum MKGR.
-
Bagaimana cara kader Golkar menghadapi perompak demokrasi? “Saya mengajak semua kader dan elit Partai Golkar selalu kompak untuk menghadapi perompak demokrasi yang bisa merusak tatanan dan keluhuran demokrasi yang telah kita bangun,“ tuntasnya.
-
Kenapa Partai Golkar tidak mau Munaslub? “Saya berpandangan, Munaslub hanyalah jalan akhir ketika terdapat musibah, kondisi darurat atau force major sehingga ada unsur di puncak partai yang tidak berjalan.
-
Kenapa Golkar harus konsolidasi? “Saya instruksikan kepada seluruh partai Golkar di Indonesia. Sekarang sedang disusun berdasarkan nomor urut dan pemilu sudah system terbuka, sehingga dengan demikian sudah waktunya sekarang untuk langsung bergerak, konsolidasi di akar rumput, rebut hati rakyat,“ katanya.
-
Dimana bentrokan antara PDIP dan PPP terjadi? bentrokan antara Laskar PDIP dengan Gerakan Pemuda Ka'bah (GPK) PPP pecah di kawasan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah pada Minggu (15/10) sore hari tadi.
-
Siapa Ketua Umum Partai Golkar? Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto bersilaturahmi dengan pimpinan ormas Hasta Karya atau pendiri, ormas yang didirikan, dan organisasi sayap partai berlambang pohon beringin, Minggu (6/8/2023).
Padahal partai politik adalah elemen utama demokrasi. Partai politik adalah perantara antara masyarakat dan pemerintah.
Sebagai organisasi yang hidup di tengah masyarakat, partai politik bisa menyerap, menampung, dan mengaggregasi aspirasi dan kepentingan masyarakat. Sebagai organisasi yang mendudukkan kader-kadernya di legislatif dan eksekutif, partai politik bisa memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat untuk menjadi kebijakan.
Peran itu demikian vital, sehingga jika partai politik buruk, demokrasi terganggu; sebaliknya, demokrasi buruk, partai politik tidak bisa berbuat apa pun, hanya jadi alat legitimasi sebagaimana terjadi pada zaman Orde Baru.
Kini, coba perhatikan apa yang terjadi pada Partai Golongan Karya atau Partai Golkar dan Partai Persatuan dan Pembangungan atau PPP: menggelikan, menjengkelkan, dan memuakkan.
Kita masih tertawa geli ketika para petinggi dua partai itu ribut dan saling baku hantam dalam memperebutkan kepengurusan partai. Paling-paling kita dibikin jengkel oleh perang pernyataan yang di sana-sini bawa-bawa nama binatang. Kasihan binatang, yang tidak tahu apa-apa, tiba-tiba jadi bahan sumpah serapah.
Namun ketika pertikaian di antara mereka dibawa ke ranah lembaga negara, khususnya di DPR, kita jadi muak. Mereka pikir DPR adalah milik nenek moyangnya sehingga mereka jadikan arena pertikaian seenaknya: meja diporak-porandakan, pintu dijebol. Belum lagi grudag-grudug membawa massa, seakan DPR jadi arena kongres.
Yang mengherankan, para elit partai yang bertikai itu seakan menyadari bahwa perang pernyataan dan adegan-adegan pertikaian hanya menjadi wahana pendidikan politik buruk buat rakyat. Mereka seakan menyadari, bahwa ucapan dan tindak tanduk mereka justru merusak citra dirinya, citra partainya.
Lha, ini kan jadi aneh: menyadari bahwa ucapan dan tindakan berdampak buruk, tetapi tidak mau menghentikannya. Jadi, ini bukan sekadar soal logika atau etika lagi, tetapi lebih dari itu. Ini soal kewarasan. Sebab, hanya orang tidak waras yang terus melakukan tindakan yang mereka tahu tindakan itu akan merusak dirinya dan orang lain.
Apa jadinya kalau republik ini dipimpin oleh orang-orang yang tidak waras? Ini yang mencemaskan.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Airlangga mempersilahkan jika ada pihak yang tak ingin bergabung dengan pemerintahan Prabowo
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung keprihatinan konflik yang terjadi di tubuh partai politik.
Baca SelengkapnyaJK sebut Golkar telat dalam menentukan arah koalisi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Baca SelengkapnyaSekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk F Paulus menegaskan, tidak ada dorongan Munaslub oleh Dewan Pakar Golkar.
Baca SelengkapnyaPDIP mengklaim sejak awal menghindari kerja sama yang didasari oleh nafsu kekuasaan semata.
Baca SelengkapnyaPDIP menegaskan menghindari pola transaksional dan pembagian sumber daya ekonomi dalam membangun koalisi politik.
Baca SelengkapnyaKetua Dewan Penasihat Golkar Luhut Binsar Pandjaitan bicara lantang di hadapan kader partainya.
Baca SelengkapnyaMunaslub Golkar dilakukan oleh Faksi Kecil yang bermain di tikungan terakhir jelang Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaJK mengatakan, partai politik didirikan sebagai kendaraan politik untuk mendapatkan kekuasaan dan kewenangan.
Baca Selengkapnya“(Mereka) kader individu? Kalau individu boleh kita sebut oknum, itu bisa terjadi dari partai apapun,” kata Ganjar
Baca SelengkapnyaMegawati menilai, saat ini politik hanya digunakan untuk penggalangan kekuatan untuk kekuasaan belaka.
Baca Selengkapnya