Garuda jauh lebih sehat waktu saya tinggalkan
Merdeka.com - Barangkali banyak pihak kaget saat Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar awal Desember tahun lalu memutuskan mundur sebelum masa jabatannya berakhir.
Emirsyah bungkam mengenai alasan pengunduran dirinya hingga akhirnya merdeka.com berhasil mengorek keterangan langsung Jumat pekan lalu. Dia bilang dia ingin manajemen baru bisa siap lebih siap menghadapi tantangan di 2015.
"Saya pikir kalau awal Desember saya mundur paling tidak bisa dibentuk tim dan tim masih ada waktu untuk perencanaan dan memperkuat tim agar 2015 sudah siap," kata Emirsyah saat ditemui Jumat pekan lalu di sebuah kedai kopi di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Selatan.
-
Siapa yang pernah menjadi wartawan berprestasi dan komisaris Garuda Indonesia? Yenny Wahid memiliki cukup banyak sepak terjang dalam ranah berbeda-beda. Ia pernah menjadi wartawan berprestasi hingga komisaris Garuda Indonesia.
-
Siapa yang memiliki mobil bernama Garuda? Ilmuwan ini memiliki kendaraan kesayangannya. Bahkan ia menamai kendaraan tersebut sebagai Garuda.
-
Bagaimana Garuda Mataram dikelola sekarang? Kini Garuda Mataram Motor dikendalikan Indomobil group, yang dimiliki keluarga Sudono Salim.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang terlilit utang ratusan juta? Eko Pujianto merupakanpengusaha muda yang pernah mengalami keterpurukan karena terjebak utang ratusan juta.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
Keputusannya menimbulkan tanda tanya. Ada yang memuji, sebagian lagi mengejek dia mundur karena ingin membuang badan. Emirsyah dikritik keluar dari Garuda meski perusahaan berpelat merah ini masih memiliki utang sekitar US$ 1 miliar.
Yang termasuk memuji kinerja Emirsyah selama sepuluh tahun mengomandoi Garuda adalah pemilik Grup Matahari Rahmad Darmawan. Keduanya bertemu tidak sengaja di Hotel Mulia. "Anda telah melakukan pekerjaan hebat," ujar Rahmad seraya mengangkat kedua jempol tangannya seraya tersenyum.
Emirsyah mengaku lega setelah keluar dari Garuda. Dia kini menjadi komisaris independen di Bank Muamalat dan masih aktif di Kamar Dagang dan Industri (kadin) Indonesia. "Dulu waktu mengatur saya. Sekarang saya bisa mengatur waktu dan menikmati hidup," tuturnya sambil tertawa.
Berikut penjelasan Emirsyah kepada Faisal Assegaf.
Apa alasan Anda keluar dari Garuda?
Saya juga sudah pernah bicara soal ini sama Pak Dahlan (ketika itu Dahlan Iskan menjabat Menteri Badan Usaha Milik Negara) sekitar Juli atau Agustus (tahun lalu). Waktu itu saya katakan masa jabatan saya sebetulnya sudah mau habis dan tidak bisa diperpanjang karena aturan di Kementerian BUMN mengatakan demikian.
Dengan berjalannya waktu, saya melihat tantangan Garuda ke depan (2015) makin berat. Ada wilayah udara ASEAN dan perekonomian juga tidak tumbuh secepat sekarang ini. Sehingga siapapun timnya harus benar-benar siap.
Kita lihat di 2014 banyak maskapai bertumbangan: mandala, merpati. Thai Airways rugi, Qantas rugi US$ 2,8 miliar, keuntungan Singapore Airlines turun hampir 50 persen. Penerbangan murah, seperti Virgin Australia juga anjlok.
Jadi daripada menunggu sampai RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) Maret tahun ini dan ada pergantian direksi, saya pikir kalau awal Desember saya mundur paling tidak bisa dibentuk tim dan tim masih ada waktu untuk perencanaan dan memperkuat tim agar 2015 sudah siap.
Toh saya mundur hanya dua setengah bulan dari berakhirnya periode saya. Yang penting adalah kesinambungan dari Garuda. Dibanding waktu saya masuk, Garuda sekarang adalah perusahaan sudah sangat berbeda. Saat itu, 2005, Garuda udah praktis bangkrutlah, nggak bisa terbang ke mana-mana, dan lain-lain.
Sekarang ini Garuda perusahaan sangat berbeda. Kalau kita lihat pertumbuhan Garuda sejak 2007 naik terus. Jumlah pesawat naik, penerbangan per hari meningkat. Dulu jumlah penerbangan saban hari di bawah 200 kini sudah lebih dari 600. Jumlah pesawat dari 49 sekarang sudah 160.
Produksinya naik 2,4 kali. Umur pesawat jauh lebih muda, dari 11,4 tahun menjadi 4,7 tahun. Penumpang kita angkut dari sembilan juta menjadi 25 juta tiap tahun. Modal di 2006 negatif, US$ 246 juta, sekarang sudah positif US$ 1,1 miliar. Lalu pendapatan dari US$ 1,3 miliar menjadi US$ 3,7 miliar setahun. Asetnya dari US$ 1,1 miliar menjadi hampir US$ 3 miliar.
Tapi ada kesan Anda keluar namun Garuda masih punya utang?
Utang Garuda waktu saya masuk hampir US$ 900 juta tapi asetnya US$ 1,1 miliar. Jadi utangnya ada, asetnya kecil. Utang Garuda sekarang US$ 1 miliar tapi asetnya hampir US$ 3 miliar. Jadi jangan lihat utangnya saja, lihat juga asetnya.
Karena untuk berkembang harus ada utang, kalau nggak mau bagaimana? Pemerintah bisa taruh modal nggak? Kalau bisa taruh modal kita nggak perlu utang. Kita berkembang tanpa utang.
Maskapai-maskapai di Timur Tengah didukung sama pemerintah gila-gilaan, namun pemerintah kita kan tidak punya uang. Pilihannya mau berkembang atau nggak?
Kalau manajemen pikir diri sendiri, ya udah Garuda nggak usah tambah pesawat deh. Sekitar 70 pesawat cukup, tapi yang ada nanti pangsa pasar kita hilang. Akhirnya nanti kembali ke 2005-2006 dulu. Garuda nggak ada artinya di pasar. Ada nggak ada juga, nggak ada pengaruhnya.
Apakah sehat Garuda memiliki utang US$ 1 miliar dengan aset hampir US$ 3 miliar?
Ya sehat dong. Dulu utang Garuda sekitar US$ 865 juta dengan aset US$ 1,1 miliar. Saat itu pendapatannya cuma US$ 1,3 miliar per tahun. Sekarang utangnya naik menjadi US$ 1 miliar. Ini utang baru, yang lama-lama udah kita bayar habis dan pendapatan kita udah US$ 3,7 miliar.
Antara utang dan pendapatan jauh benar kemampaun bayarnya. Asetnya hampir US$ 3 miliar. Jadi kelihatan sekali dong perusahaan ini jauh lebih sehat waktu saya tinggalkan dibanding ketika saya masuk.
Jangan lihat utangnya saja, lihat juga asetnya, pendapatan, dan kemampuan membayar utangnya.
Jadi Anda merasa berhasil membesarkan Garuda?
Masalah sukses nggak sukses, orang lain menilai. Nggak usah saya. Tapi saya lihat sekarang Garuda banyak dapat penghargaan. Berarti masyarakat menilai Garuda sudah jauh lebih baik. Emang kita bayar untuk penghargaan itu? Sama sekali nggak.
Kedua, Garuda itu sekarang sudah perusahaan terbuka dan nggak gampang membuat perusahaan itu menjadi terbuka. Itu berarti kepercayaan investor dan lain-ain terhadap Garuda itu sudah bagus. Garuda sekarang anggota dari Sky Team, ada 20 maskapai dalam jaringan ini. Di sana terdapat maskapai besar. Dulu mana bisa kita masuk, kita nggak sesuai standar mereka.
Lalu apa yang membuat Garuda bisa masuk Sky Team?
Indikatornya produk kita sudah bagus, pelayanan kita sudah bagus. Pola pikir pegawai kita sudah bagus. Ingat, kemajuan di Garuda sekarang adalah hasil kerja keras semua orang di Garuda. Bukan saya mengerjakan. Ibarat orkestra, saya menjadi komposer dan
dirigennya.
Ada kritikan Anda hanya mengutamakan Garuda supaya lebih bagus kelihatan di tingkat internasional?
Orang boleh kritik, tapi lihat faktanya dulu deh. Garuda itu sudah terbang ke semua provinsi. Pengembangan Garuda di domestik itu jauh lebih gede. Kalau dibilang Garuda menelantarkan penerbangan domestik, nggak juga.
Saya selalu bilang penonton bola itu selalu merasa lebih jago daripada pemain bola. Terserah orang mau menilai bagaimana, yang penting kita melakukan ini sistematis, target dan hasilnya juga jelas.
Garuda di 2015 harus jauh lebih baik. Alasannya, rute-rute sudah kita investasi sekarang sudah bisa menguntungkan. Kedua, harga bahan bakar turun. Harga avtur itu US$ 88-90 sen per liter. Penurunan US$ 1 sen saja bisa menghemat US$ 17 juta setahun. Sekarang ini avtur sudah turun US$ 20 sen, jadi sudah ada efisiensi US$ 340 juta per tahun.
Kalau rupiah melemah juga ada efek negatifnya. Tiap seratus rupiah melemah terhadap dolar, ada penambahan biaya US$ 10 juta. Kalau rupiah melemah seribu berarti ada tambahan biaya US$ 100 juta. Tapi ada efisiensi US$ 340 juta, jadi masih ada penghematan bersih US$ 240 juta.
Saya selalu bilang kita harus melihat dua sisi. Jangan lihat utangnya saja, lihat juga aset dan pendapatannya.
Apa pondasi sudah Anda tanamkan di Garuda sehingga siapapun manajemennya Garuda tidak bakal terguncang?
Kita sudah membentuk sistem-sistem baru. Ke depan ada tiga hal harus diperkuat oleh Garuda. Pertama, kualitas sumber daya manusianya. Kedua, proses atau sistem. Siapapun duduk di situ akan jalan karena sistemnya sudah ajek dan bagus.
ketiga, kita mesti punya teknologi berkelas dunia. Teknologi bukan sekadar sistem teknologi informasi, juga pesawat, dan semua perangkat kerasnya.
Contohnya, dulu Garuda nggak punya simulator bagus, yang ada tua-tua. Sekarang simulatornya sudah bagus dan baru-baru. Dulu manajemen pegawai adalah fungsi waktu. Makin lama gajinya makin naik. Tapi sekarang nggak, prinsipnya meritokrasi, berdasarkan
kualitas. Sehingga kualitas sumber daya manusia kita perkuat. Komposisinya sekarang yang muda-muda udah banyak yang masuk ke jenjang atas.
Apakah Arief Wibowo kini menjabat direktur utama Garuda memang sudah Anda persiapkan dan Anda rekomendasikan?
Yang pasti, Pak Arief sudah menunjukkan kualitas kerja bagus. Dia berhasil memperbaiki Citilink, jadi dia berhak dong. Kalau kita bicara meritokrasi, itu bagian dari meritokrasi.
Jadi Arief Wibowo memang sudah Anda kader?
Pak Arief itu salah satu dari yang muda-muda kita kader. Kalau kaderisasi mesti banyak, nggak boleh satu.
Sehabis kecelakaan Air Asia QZ8501, terungkap banyaka maskapai melakukan sejumlah kecurangan. Apakah kecurangan itu memang biasa dilakukan oleh semua maskapai?
Saya nggak mau bicara mengenai maskapai lain karena saya nggak tahu. Tapi saya berani jamin kecurangan itu nggak ada di Garuda. Kita selalu mengikuti aturan. Kita nggak ada potong kompas.
Sejauh mana persaingan kotor antara maskapai asing dan maskapai domestik?
Kompetisi harus selalu ada, tapi kalau bicara konspirasi saya nggak mau. Menurut saya, kompetisi itu bagus.
Selama sepuluh tahun menjabat, apakah Anda menilai pemerintah peduli dengan Garuda?
Saya nggak bisa jawab itu tapi Anda lihat saja. Selama saya jadi direktur utama, Malaysia Airlines mendapat suntikan modal dua kali dari pemerintah. Pertama, lima tahun lalu mendapat tambahan modal lebih dari US$ 2 miliar. Krisis lagi, mau dikasih US$ 1,8 miliar lagi.
Selama saya di Garuda, saya cuma dikasih oleh pemerintah US$ 100 juta. itu pun minta persetujuan DPR berapa puluh kali saya harus presentasi. Tambahan modal itu pun dicicil US$ 50 juta dan US$ 50 juta.
Tapi nggak apa-apa, sebagai manajemen kita harus menerima pahitnya juga. Saya lalu memperoleh tambahan modal melalui penjualan saham perdana (IPO) dan saya peroleh US$ 350 juta.
Jadi saya nggak mau jawab itu, Anda simpulkan sendiri.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PT Garuda Indonesia (Tbk) melaporkan kerugian sebesar USD76,38 juta pada Semester I– 2023.
Baca SelengkapnyaCapaian itu menjadi kali pertama bagi Garuda Indonesia pasca-selesainya proses restrukturisasi pada akhir 2022.
Baca SelengkapnyaPenghitungan dilakukan dengan melihat capaian kinerja tahun fiskal 2023 pada perusahaan-perusahaan yang merilis laporan keuangan yang telah diaudit.
Baca SelengkapnyaHarga tiket pesawat jadi sorotan belakangan ini. Tak sedikit masyarakat yang menganggap harga tiket pesawat terlampau mahal.
Baca SelengkapnyaGaruda Indonesia memutuskan untuk tidak melakukan pembagian dividen kepada para pemegang saham, dikarenakan masih fokus untuk memperbaiki kondisi ekuitas.
Baca SelengkapnyaGaruda Indonesia akan menerima sejumlah keuntungan jika bergabung dengan InJourney.
Baca SelengkapnyaTahun 2023, Sandiaga melaporkan nilai hartanya turun dan utang bertambah.
Baca SelengkapnyaInJourney Airports akan menangani 172 juta penumpang per tahun, mengalahkan Vinci Airports (Prancis) dan GMR Group (India).
Baca SelengkapnyaPerolehan laba ini ditopang oleh peningkatan pendapatan hingga memasuki semester I 2024.
Baca SelengkapnyaMajelis hakim mempertimbangkan beberapa hal yang memberatkan dan meringankan.
Baca SelengkapnyaSelain dari penjualan tiket pesawat, Garuda juga menerapkan berbagai program untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Baca SelengkapnyaSejumlah perusahaan BUMN masih terlilit utang besar dengan nilai hingga triliunan rupiah.
Baca Selengkapnya