Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jangan istimewakan perusahaan tambang asing

Jangan istimewakan perusahaan tambang asing PT Freeport. REUTERS/Muhammad Yamin

Merdeka.com - Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) Wira Budiman meminta pemerintah menyamaratakan hak antara pengusaha lokal dan pengusaha asing. Dioa menegaskan selama ini pemerintah menganaktirikan pengusaha nasional.

Dia mencontohkan perusahaan tambang asing sampai kini masih berstatus kontrak karya dan bukan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus). Selain itu, luasan lahan tambang mereka miliki lebih dari 25 ribu hektar, batas maksimal dibolehkan oleh Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Barang Tambang.

Contoh lain adalah royalti. Pengusaha nasional membayar royalti lima persen dari tiap ton barang tambang atau mineral dijual. Sedangkan perusahaan asing hanya membayar royalti di bawah lima persen.

Orang lain juga bertanya?

Berikut penjelasan Wira saat ditemui Faisal Assegaf dari merdeka.com Selasa lalu di kantornya, lantai enam gedung Manggala Wanabakti.

Kenapa Anda bilang pemerintah menganaktirikan pengusaha nasional dan lebih mengistimewakan pengusaha asing?

Kontrak karya secara luasan perizinan diberikan 250 ribu hektar, ada yang 300 ribu. IUP dibatasi maksimal 25 ribu hektar. Di undang-undang minerba baru, sejak disahkan setahun setelah itu kontrak karya wajib disesuaikan dengan IUP, diganti menjadi IUPK (izin Usaha Pertambangan Khusus).

Undang-undang itu menjelaskan dengan terang, IUPK hanya boleh memiliki luasan maksimal 25 ribu hektar. Setelah renegosiasi 2010, tidak ada lagi yang namanya kontrak karya, tapi berganti menjadi IUPK.

Soal royalti, Vale (perusahaan nikel Australia) bayar empat persen. Freeport saya tidak tahu, tapi yang pasti mereka tidak bayar lima persen. Ini perlu kita sikapi. Asing bayar royalti lebih rendah daripada warga lokal. Lucu (seraya tertawa).

Lantas apa upaya pengusaha lokal melawan hegemoni pengusaha asing?

Apemindo tidak mau mencari musuh. Kita cuma mau memberitahu pemerintah tolong sejajarkan hak kita dengan pengusaha asing. Jangan kita dianaktirikan.

Apakah Anda melihat ada motif politik?

Kalau motif politik saya nggak mengerti dari pihak. Saya baca dari berbagai sumber asing menunggangi untuk memiskinkan bangsa Indonesia dengan cara-cara tertentu. Karena mereka kalah bersaing dengan China, mereka menggunakan pemerintah Indonesia sebagai alat.

Bisa Anda jelaskan hegemoni perusahaan tambang asing di Indonesia. Bagaimana menekan pemerintah dan pengusaha lokal?

Ada beberapa hal mereka lakukan seakan pemerintah Indonesia tidak berdaya. Mereka menolak renegosiasi dengan alasan kontrak dibikin antara pemerintah dengan mereka. Mereka memperlakukan pemerintah sebagai korporat. Padahal pemerintah itu adalah negara.

Dalam klausul kontrak, mereka harus menaati undang-undang dan peraturan di Indonesia. Ketika undang-undang minerba mengisyaratkan hal itu, pemerintah Indonesia seakan tidak berdaya untuk menekan. Padahal ada di klausul kontrak karena takut dibawa ke pengadilan arbitrase.

Mereka menekan pemerintah Indonesia sehingga tidak berdaya untuk renegosiasi. Alhasil sumber daya alam mereka pegang dan tidak bisa dipakai untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Padahal yang punya mineral adalah orang Indonesia.

Saya baca di Kompas Glencore (kartel mineral internasional) mendatangi salah satu menteri. Mereka mensyaratkan kalau Indonesia melarang ekspor, kita akan bangun smelter di Indonesia. Kita akan, bukan kita pasti bangun. Banyak orang tidak tahu setelah RDP, harga nikel dunia langsung naik 500 poin.

Kalau Indonesia benar-benar melarang ekspor bahan mentah, harga nikle dunia naik. Indonesia belum siap emslter, ujungnya pengusaha lokal mati, kita impor, perusahaan asing di luar menikmati kenaikan harga itu. Padahal, setelah larang ekspor, pengusaha asing akan masuk dan mereka beli.

Kalau pemerintah Indonesia tunduk, orang Indonesia tidak akan bisa tegak lagi. Selamanya akan tunduk. Di Indonesia timur mereka bakal menguasai mineral dan di Indonesia barat pengusaha asing sudah menguasai industri sawit.

Saya mengusulkan agar tata niaga menggunakan rupiah. Kita bayar gaji pakai rupiah, bayar solar pakai rupiah, bayar pajak pakai rupiah. Ya udah kita jual dengan rupiah, jangan pakai dolar. Kita nggak mau dipermainkan oleh asing.

Apakah idealisme Anda soal industri mineral di Indonesia?

Saya mau tambang harus ditata oleh orang Indonesia. Tata niaga juga kita atur. Semua harus pakai rupiah, supaya tidak tergantung pada dolar. China sudah mulai, semua pakai yuan. Kenapa Indonesia nggak berani? Kalau mau beli pakai rupiah. Kalau nggak mau, kita nggak mau jual.

(mdk/fas)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Masyarakat Bisa Bantu Nilai Tukar Rupiah Menguat, Cara Ini Bisa Dilakukan
Masyarakat Bisa Bantu Nilai Tukar Rupiah Menguat, Cara Ini Bisa Dilakukan

Cara sederhana jika dilakukan secara masif akan sangat membantu nilai tukar rupiah ke level terbaik.

Baca Selengkapnya
Menteri Erick Minta BUMN Borong Dolar AS, Menko Airlangga: Itu Tidak Bijak
Menteri Erick Minta BUMN Borong Dolar AS, Menko Airlangga: Itu Tidak Bijak

Menko Airlangga tidak sepakat dengan pernyataan Erick Thohir kepada BUMN untuk memanfaatkan momen pelemahan Rupiah dengan memborong dolar AS.

Baca Selengkapnya
Dampak Konflik Geopolitik, DPR Sebut Rupiah Masih Lebih Baik Ketimbang Mata Uang Lain
Dampak Konflik Geopolitik, DPR Sebut Rupiah Masih Lebih Baik Ketimbang Mata Uang Lain

DPR mencermati dinamika dan dampak dari konflik geopolitik

Baca Selengkapnya
Ternyata, Ini Dampak Dirasakan Perusahaan Pertambangan Jika Tak Serius Terapkan Aspek ESG
Ternyata, Ini Dampak Dirasakan Perusahaan Pertambangan Jika Tak Serius Terapkan Aspek ESG

Kegiatan pertambangan harus dilakukan ekstra hati-hati. Jangan sampai menyelamatkan manusia dari perubahan iklim, tapi membahayakan keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya
Di ISF 2023, Luhut Tegaskan Indonesia Tak Mau Didikte Negara Lain
Di ISF 2023, Luhut Tegaskan Indonesia Tak Mau Didikte Negara Lain

Luhut mempersilakan investor asing masuk Indonesia untuk terlibat dalam program transisi energi.

Baca Selengkapnya
Benarkah Erick Thohir Perintahkan BUMN Borong Dolar AS? Begini Klarifikasi Stafsus BUMN
Benarkah Erick Thohir Perintahkan BUMN Borong Dolar AS? Begini Klarifikasi Stafsus BUMN

BUMN yang berorientasi pasar ekspor seperti Pertambangan MIND ID, perkebunan PTPN bisa memanfaatkan tren kenaikan harga ini.

Baca Selengkapnya
Hati-Hati, Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bakal Gerus Penerimaan Negara Tahun Depan
Hati-Hati, Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bakal Gerus Penerimaan Negara Tahun Depan

Kusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi infrastruktur yang strategis.

Baca Selengkapnya
Negara ASEAN Diajak Tinggalkan Dolar AS, Ada Apa?
Negara ASEAN Diajak Tinggalkan Dolar AS, Ada Apa?

Negara ASEAN ramai-ramai tinggalkan Dolar AS untuk bertransaksi. Ini akan membuat harga suatu produk lebih tahan banting.

Baca Selengkapnya
Gapensi Beberkan Tantangan Usaha Sektor Konstruksi: Kurs Rupiah Melemah dan Harga Bahan Baku Naik
Gapensi Beberkan Tantangan Usaha Sektor Konstruksi: Kurs Rupiah Melemah dan Harga Bahan Baku Naik

"Ketika nilai Rupiah melemah, harga bahan baku impor seperti besi, baja, semen, dan alat-alat berat yang diimpor akan meningkat," ucap Andi.

Baca Selengkapnya
Rupiah Anjlok, Menteri Erick Wanti-Wanti Utang BUMN Bisa Bengkak
Rupiah Anjlok, Menteri Erick Wanti-Wanti Utang BUMN Bisa Bengkak

Menteri Erick Thohir ingatkan BUMN yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS karena nilai tukar Rupiah terus anjlok beberapa hari terakhir.

Baca Selengkapnya
Waspada, Kondisi Pasar Keuangan Global Memburuk Dipicu Ketegangan di Timur Tengah
Waspada, Kondisi Pasar Keuangan Global Memburuk Dipicu Ketegangan di Timur Tengah

tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).

Baca Selengkapnya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya