Keluarga Korban Berharap Serda Adan Dijatuhi Hukuman Mati
Pembunuhan terhadap Iwan Sutrisman Telaumbanua (21) memberi luka mendalam kepada keluarga korban.
Pembunuhan terhadap Iwan Sutrisman Telaumbanua (21) yang dilakukan personel Pomal Nias Serda Adan dan seorang warga sipil Muhammad Alvin memberi luka mendalam kepada keluarga korban. Mereka kehilangan orang yang dicintai juga kehilangan harta benda.
Keluarga Korban Berharap Serda Adan Dijatuhi Hukuman Mati
Keluarga korban berharap, jasad korban segera ditemukan. Harta bendanya dikembalikan. Mereka pun meminta agar pelaku pembunuhan itu dijatuhi hukuman mati.
Berikut wawancara khusus merdeka.com dengan Yasozatulo Telaumbanua, paman korban di Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa (16/4) malam:
Bagaimana awal perkenalan keluarga dengan Serda Adan?
Serda Adan bercerita dengan Antonius (abang kandung korban) di Sumatera Utara. Serda Adan menawarkan kepada Antonius kalau ada keluarga yang bisa menjadi calon mahasiswa TNI AL bahwa dia bisa membantu meloloskannya, pada 2022.
Awalnya Serda Adan dengan abang korban tidak saling kenal, tetapi ada teman Antonius yang mengenalkan dengan Serda Adan. Awalnya untuk ngopi-ngopi saja.
Kemudian berikutnya mereka bertemu lagi, dan dia bawa almarhum (Iwan Sutrisman Telaumbanua) di Lanal Nias pada 2022. Setelah itu almarhum dinyatakan tidak lolos.
Kemudian, Serda Adan kembali menawarkan dan membujuk Antonius. Dia mendesak terus sampai bertemu dengan orang tua almarhum agar membawa lagi Iwan Sutrisman Telaumbanua.
Pada 16 Desember 2022, almarhum langsung dijemput dan dibawa Serda Adan ke Padang, Sumatera Barat.
Setelah itu, pada 23 Desember dia (dia-Serda Adan) mengirim kabar bahwa Iwan Sutrisman Telaumbanua telah dibotak dan memakai baju tentara.
Setelah pulang dari Padang, Serda Adan datang lagi ke rumah dan berbicara bahwa Iwan telah berpendidikan di Tanjung Uban, Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Kita anggap dia (Serda Adan) keluarga dan kita mengadakan makan bersama, ngumpul keluarga di rumah pada saat itu.
Mulai dari situ, datang lagi, datang lagi dia (Serda Adan) ke rumah dan ada meminta murai batu. Dia juga mengatakan bahwa akan ada pelantikan pada September 2023 di Tanjung Uban dan juga menawarkan keluarga harus ikut untuk menyaksikan pelantikan tersebut dan meminta uang lagi kepada keluarga.
Setelah beberapa hari, orang tua almarhum sampai di Tanjung Uban, dipaksa di sana, sudah satu minggu tidak ada kabar. Sehingga akhirnya menunggu dua minggu di Tanjung Uban. Karena tidak ada kabar baik, akhirnya pulang lagi ke Nias.
Setelah itu tidak ada lagi kabar dari dia (Serda Adan), kemudian bertemu dengan keluarga lagi dan dia mengatakan adek (korban) masih pendidikan.
Dia bilang adek (korban) dikirim TNI ke Surabaya makanya tidak bisa ikut pelantikan.
Kenapa keluarga yakin Serda Adan bisa meloloskan korban?
Kami yakin, pertama dulu, karena banyak penawaran dia. Dia bilang ada omnya dia di Lantamal II Padang atas nama inisial W, H serta R, sehingga kami yakin bahwa dia bisa meloloskan anak kita (Iwan) di Padang ini.
Sejak kapan keluarga tidak bisa berkomunikasi dengan korban?
Sejak 23 Desember 2022 tidak bisa berkomunikasi degan korban. Serda Adan mengatakan bahwa HP korban disita oleh pelatihnya.
Bagaimana keluarga mengirim uang ke pelaku dan berapa jumlahnya?
Kata Serda Adan, 'sebagai ucapan terima kasih kepada om saya' dia meminta uang. Uang yang ditransfer sejak Juli 2022 hingga Maret 2024 di atas Rp200 juta. Selain itu ada juga uang tunai yang diberikan kepada pelaku ketika datang ke rumah.
Ditransfer melalui rekening Serda Adan. Terakhir dikirim pada 4 Maret 2024, dia meminta 1.450.000 dengan alasan uang itu agar keluarga bisa teleponan dengan korban. Semua bukti transfer ada sama kita.
Pelaku sering meminta dan memaksa agar dikirim uang sehingga ayah korban menjual mobil.
Kapan keluarga mulai curiga?
Keluarga mulai curiga ketika tidak jadi pelantikan sesuai yang dijanjikan pelaku pada 2023. Sementara kawan-kawan yang lainnya sudah.
Setelah itu kami selalu menanyakan kepada dia bagaimana kabar korban kepada dia. Dia selalu menjawab menunggu pelantikan, itu saja bahasanya, sehingga kita terlena.
Apa pekerjaan orang tua korban?
Orang tua korban bekerja sebagai petani.
Apa harapan keluarga?
Almarhum korban, beberapa tahun belum tampak mayatnya. Kami mohon dukungan kepada seluruh pemerintah dan masyarakat.
Harapan kami sebagai keluarga apa yang diminta Serda Adan harus dikembalikan kepada orang tua korban. Dan HP, ijazah, baju, serta ATM Iwan semua perlengkapan korban dikembalikan kepada keluarga, baju, serta tas kelengkapan almarhum dikembalikan kepada orang tua. Itu harapan kami sebagai keluarga. Mohon kepada pihak penegak hukum telusuri, masalah ini.
Apakah keluarga pelaku ada datang untuk meminta maaf?
Secara pribadi kepada keluarga almarhum pihak keluarga Serda Adan tidak ada meminta maaf, baik secara pribadi, media sosial tidak ada sampai sekarang ini. Makanya harapkan kepada pemerintah, penegak hukum kalau bisa itu dijatuhkan hukuman mati kepada Serda Adan, karena sudah merencanakan dan mengorbankan anak kami. Itu harapan kami.