Mengintip komunitas lesbi di Kota Tua
Merdeka.com - Menjelang tengah malam, kawasan Kota Tua, Jakarta Pusat, masih menjadi tempat favorit bagi pasangan muda-mudi untuk memadu kasih. Semua tindakan asusila terlihat nyata dalam jarak sangat dekat di bawah keremangan lampu taman, atau di kegelapan sudut-sudutnya.
Suasana kota tua pada saat malam hari, tidak hanya dimanfaatkan oleh pasangan kekasih untuk melepas syahwat. Keremangan lampu taman juga dimanfaatkan oleh perempuan pecinta sesama jenis (lesbi), yang asyik nongkrong dengan pasanganya. Mereka mengambil tempat di sebelah kanan pelataran Museum Fatahillah tepatnya di bawah tiga pohon kelapa dan meriam peninggalan Portugis.
"Biasanya itu malem minggu yang ramai. Kalau hari biasa kayak gini paling hanya beberapa orang saja yang datang," ujar seorang perempuan tomboi yang mengaku bernama Ray, saat mengawali perbincangan dengan merdeka.com, Rabu pekan lalu.
-
Apa yang terjadi di malam minggu? Lelah rasanya selesai membabat Mata jadi terkantuk-kantuk Nasib jomblo begini amat Tiap malming berteman nyamuk.
-
Kenapa malam minggu bisa terasa sepi? Malam Minggu tidak ada kamu Malamku jadi kelabu.
-
Siapa saja yang sering ke bar di akhir pekan? Waktu yang tepat untuk bisa bertemu para miliarder ini di bar yakni pada akhir pekan.
-
Apa yang orang rasakan saat malam minggu? Di hati jomblo kala malming tiba.
-
Siapa yang sering berkata 'Malam Minggu horror buat jomblo'? Malam Minggu sama kayak malam Jumat. Sama-sama horror buat jomblo. - Raditya Dika
-
Kenapa warung ini selalu ramai? Cita rasa nikmat dengan harga terjangkau membuat warung nasi sambal ini selalu ramai pembeli.
Wanita berambut bondol bercelana levis dengan sobekan di bagian paha dan dengkul ini mengaku, tidak tahu pasti sejak kapan mereka menjadikan sudut kanan Museum Fatahillah sebagai tempat mangkal. Menurutnya, komunitas lesbi tersebut baru ramai sejak beberapa tahun lalu.
"Awalnya dari sosial media. Dari situ baru kita cari tempat buat ketemu, nongkrong bareng. Yang cocok yah di kawasan kota tua ini," kata Ray, dia melanjutkan rata-rata anggota komunitas lesbi di kota tua ini adalah masih berusia 15-25 tahun.
Wanita yang mengaku tomboi sejak kecil ini menjelaskan, komunitas lesbi memiliki dua peran. Ada yang menjadi buchi (pria) ada yang menjadi femi (perempuan). Menurut pengalamannya mengapa seseorang menjadi lesbi, ada beberapa faktor. Yaitu, faktor fisik dan hormon, sakit hati karena disakiti oleh laki-laki, dan faktor lingkungan ketika seseorang bergaul dengan komunitas atau teman yang lesbi dan menemukan kenyamanan maka kemungkinan besar akan menular atau ikut menjadi bagian dari komunitas tersebut.
"Kalau Buchi biasanya emang sudah bawaan hormon. Tapi kalau Femi itu lesbi sering kayak disakiti sama cowok. Terus merasa nyaman sama cewek yang kayak gue gini," kata Ray seraya tersenyum.
Meski demikian dia mengaku sadar bahwa prilaku seperti ini tidak bisa dieterima oleh keluarganya. Bahkan Ray nekat hingga tua nanti dia tidak akan pernah menikah karena tidak memiliki orientasi seks dengan seorang pria.
"Gue ngerasa cowok, kalaupun nikah gue mau sama cewek, bukan cowo. Tapikan gak mungkin di Indonesia nikah sesama jenis," ucapnya.
Menanggapi fenomena seperti ini, Ketua Arus Pelangi yang juga Kordinator Nasional Forum LGBTI Indonesia
Yuli Rustinawati mengatakan, lesbian bukanlah perilaku seks penyimpang melainkan bawaan genetik seseorang yang terjadi sejak kecil.
"Kita tidak bisa menyalahkan mereka. Karena mereka sendiri memiliki orientasi seksnya itu dengan sesama jenis. Bisa saja mereka sendiri mulai merasakan itu ketika puber," jelasnya.
Dia melanjutkan, kondisi seperti ini tidak bisa disalahkan oleh keluarga ataupun masyarakat, melainkan perlu adanya dukungan dan memberikan pengarahan terhadap kaum minoritas tersebut.
"Jadi jangan dikucilkan, tapi kita rangkul, bila perlu kita kasih ruang bagi mereka. Pemerintah juga harus bisa memberikan perlindungan terhadap kelompok LGBT di Indonesia," pungkasnya. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berdasarkan pantauan, di sekitar pohon tersebut memang banyak tisu dan botol minuman keras.
Baca SelengkapnyaSementara teman-temannya sibuk dengan pasangan masing-masing, mereka yang jomblo hanya bisa meratapi nasib di kamar.
Baca SelengkapnyaDi tengah kabar itu, Wakil Sekretaris Fraksi PDIP Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) DKI Jakarta Wa Ode Herlina mengungkap lokasi yang biasa dijadikan tempat berkum
Baca SelengkapnyaSuasana malam di salah satu pemukiman padat penduduknya terasa begitu berbeda.
Baca SelengkapnyaHutan Kota UKI Cawang Diduga jadi Tempat LGBT, Ini Tindakan Pemprov DKI
Baca SelengkapnyaPada momen libur panjang Waisak, Terminal Pulo Gebang mengalami lonjakan penumpang menuju kota-kota di Jawa dan Sumatera.
Baca SelengkapnyaFakta-Fakta LGBT di Hutan Kota Cawang: Pelaku Asusila Orang Kaya, Masuk Lewat Pagar Berlubang
Baca SelengkapnyaKemacetan lalu lintas di Jakarta semakinbertambah parah saat anak sekolah mulai masuk usai libur panjang.
Baca SelengkapnyaPara pengunjung tampak memenuhi area wisata dataran tinggi Dieng.
Baca SelengkapnyaBintoro mengungkap pihaknya juga menggandeng psikolog untuk mendampingi para member.
Baca SelengkapnyaTak hanya itu, petugas Satpol PP juga menjumpai wadah lubricant atau pelumas untuk berhubungan seks. Simak foto-fotonya!
Baca Selengkapnya