Lima faktor penentu kabinet Jokowi-JK
Merdeka.com - Setelah MK mengukuhkan keputusan KPU yang menetapkan Jokowi - JK sebagai presiden-wakil presiden terpilih, Jokowi - JK langsung fokus ke pembentukan kabinet. Keduanya tidak hanya bicara kriteria calon menteri, tetapi juga postur kabinet. Mereka juga bahas pembentukan koalisi guna memperkuat dukungan pemerintah di DPR.
Bagaimana postur kabinet Jokowi - JK nanti? Benarkah jumlah kementerian akan dikurangi, karena 34 kementerian zaman SBY-Boediono dianggap terlalu gemuk? Lalu, siapa saja yang pantas jadi menteri? Bagaimana komposisi antara menteri dari kalangan partai dan nonpartai? Lalu partai mana saja yang dapat jatah? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, setidaknya terdapat lima faktor harus diperhatikan.
-
Bagaimana Jokowi menilai transisi kepemimpinan? Dia mencontohkan, untuk RAPBN 2025, Prabowo sudah melakukan pertemuan beberapa kali dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani. 'Hampir setiap minggu, hampir setiap hari bertemu untuk mempersiapkan. Artinya apa? Transisi kepemimpinan ini akan berjalan dengan lancar, insyaallah mulus, sehingga setelah dilantik, Presiden dan seluruh Kabinet langsung bisa bekerja dengan cepat melaksanakan program-program yang ada, tanpa ada jeda,' ucap Jokowi.
-
Bagaimana PKS usul Jokowi tunjukkan sikap bijak? “Saya sarankan Bapak Presiden yang terhormat, undanglah capres-capres yang Bapak anggap layak jadi presiden untuk makan siang sambil santai, ngobrol-ngobrol, curhat-curhat bersama, keren.“
-
Bagaimana Jokowi ingin tingkatkan kesejahteraan rakyat? 'Pak Joko Widodo menetapkan kebijakan akan menghentikan, menjual kekayaan kita dalam bentuk mentah dengan murah ke luar negeri,' ujar Prabowo.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
-
Bagaimana cara Jokowi memastikan kesiapan IKN? Presiden Jokowi menyampaikan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono juga diagendakan pindah kantor pada waktu serupa, yakni berkisar Juni hinga Juli.'Pak Basuki Juni, Juli,' kata Presiden Jokowi di kawasan IKN, Kalimantan Timur, Kamis (29/2).
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
Faktor pertama, UU No. 39/2008 yang mengatur tentang kementerian negara. Inilah landasan hukum pembentukan kabinet. Artinya, presiden memang leluasa membentuk kementerian dan bebas mengangkat menteri. Namun kekuasaan presiden itu tidak boleh melampaui batas-batas yang ditentukan undang-undang ini.
Menurut UU No. 39/2008, presiden bisa membentuk paling banyak 34 kementerian untuk menangani berbagai urusan pemerintahan. Pertama adalah 3 urusan yang nomenklaturnya disebut konstitusi, yaitu dalam negeri, luar negeri, dan pertahanan.
Kedua adalah 25 urusan yang ruang lingkupnya disebut konstitusi, yaitu agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan, perikanan.
Ketiga adalah 19 urusan penajaman, singkronisasi, dan koordinasi, yaitu perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, pembangunan kawasan atau daerah tertinggal.
Untuk tiga urusan pertama, harus ada, yaitu kementerian dalam negeri, kementerian luar negeri, dan kementerian pertahanan. Sedang untuk urusan kedua dan ketiga, bisa digabung-gabung dalam satu kementerian. Di sinilah peluang Jokowi-JK terbuka untuk merampingkan postur kabinet.
Faktor kedua adalah gaya kepemimpinan yang hendak dikembangkan Jokowi-JK. Dalam hal ini ilmu pemerintahan punya rumus sederhana: sukses organisasi pemerintahan bergantung pada manajemen; efektiktivitas manajemen bergantung pada kepemimpinan; dan inti kepemimpinan adalah pengambilan keputusan.
Berbeda dengan gaya kepemimpinan SBY-Boediono yang hati-hati, lamban, dan buying time; Jokowi-JK memiliki gaya kepemimpinan yang nyaris sama: cepat, tepat, tegas. Mereka tidak takut ambil risiko, termasuk risiko tidak populer di mata rakyat. Model kepemimpinan inilah yang harus diikuti para menteri. Jadi, integritas dan kompetensi saja tidak cukup. Jokowi-JK pasti memperhatikan rekam jejak para calon menterinya.
Faktor ketiga adalah visi misi dan program yang dijanjikan Jokowi-JK kepada rakyat. Harus diingat, Jokowi-JK mencanangkan 7 misi pemerintahan: (1) mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi, dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; (2) mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis, berlandaskan negara hukum; (3) mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jatidiri sebagai negara maritim; (4) mewujudkan kualitas hidup manusia Inonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera; (5) mewujudkan bangsa yang berdaya saing; (6) mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mendiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan (7) mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam berkebudayaan.
Selanjutnya Jokowi-JK menetapkan 9 program prioritas: (1) menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; (2) membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, terpercaya; (3) membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa-desa dalam kerangka negara kesatuan; (4) menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (5) meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; (7) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; (8) melakukan revolusi karakter bangsa; (9) memperteguh kebhenikaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Nah, dari 7 misi dan 9 program prioritas sudah bisa diperkirakan kementerian macam apa yang akan dibentuk dan diperkuat; juga kementerian apa (yang lama) yang akan digabung-gabungkan.
Faktor keempat adalah proses dan hasil pemilu. Ini adalah realitas politik yang harus dihadapi Jokowi - JK dalam membentuk kabinet. Pelaksanaan pemilu yang bertahap: pemilu legislatif, lalu pemilu presiden (bisa diikuti pemilu presiden putaran kedua), menjadikan pembentukan koalisi berlangsung bertahap.
Tahap pertama, partai-partai yang berkoalisi sebelum pemilu presiden, yang mengusung pencalonan Jokowi - JK. Kedua, partai pendatang baru, yang kehadirannya dibutuhkan karena partai-partai koalisi pengusung pencalonan Jokowi - JK tidak menguasai 50%+1 kursi DPR. Hadirnya anggota koalisi baru ini menyebabkan partai-partai yang berkoalisi lebih dahulu harus berbagai kursi menteri dengan partai baru, atau Jokowi-JK terpaksa menambah kursi menteri lagi, sehingga perampingan kabinet tidak maksimal.
Faktor kelima adalah hubungan eksekutif dan legislatif yang hendak dibangun oleh Jokowi-JK. Faktor kelima juga realitas politik yang tak terhindarkan oleh Jokowi-JK jika ingin pemerintahan berjalan lancar, dalam arti semua rencana kebijakan dengan mudah disetujui oleh DPR. Inilah yang mengharuskan koalisi partai pendukung Jokowi-JK diperbesar hingga mencapai minimal 50%+1. Padahal gabungan PDPI, PKN, Nasdem, dan Hanura baru mencapai 36,96% kursi DPR. Artinya Jokowi-JK harus menarik antara Partai Golkar (16,25%), Partai Demokrat (10,89%), PAN (8,75%), dan PPP (6,96%).
Menarik Partai Golkar saja bisa menyelesaikan masalah, tapi berisiko karena internal Golkar sedang bergolak. Kombinasi Partai Demokrat dengan PAN atau PPP bisa jadi pilihan. Yang jelas, siapapun yang ikut bergabung, Jokowi-JK harus mendapatkan berkomitmen partai untuk menjaga soliditas kekuatan di DPR dalam rangka mendukung kebijakan Jokowi-JK. Sekali, inilah faktor yang tak terelakkan bagi Jokowi-JK dalam menyusun kabinet. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tolak ukur yang dimaksud Jokowi seperti pendapatan perkapita, indeks pembangunan manusia, tingkat pengangguran, angka kemiskinan dan sebagainya.
Baca SelengkapnyaRAPBN 2025 harus memperhatikan program presiden terpilih 2024-2029.
Baca SelengkapnyaJokowi beralasan, fokusnya bekerja saat ini juga dilandasi kekhawatiran situasi global yang tidak menentu.
Baca SelengkapnyaJokowi tidak merinci program apa saja yang harus difokuskan. Dia hanya pesankan program kerja dari presiden terpilih 2024 yang harus diakomodir.
Baca SelengkapnyaDia tak mau stabilitas ekonomi terganggu hanya karena situasi tahun politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, kriteria pemimpin itu bisa dilihat dari fisik, sifat hingga program.
Baca SelengkapnyaJokowi mengaku data yang diterimanya terkait parpol sangat lengkap.
Baca SelengkapnyaWakil Presiden ke-12 RI Jusuf Kalla menjelaskan proses pembagian kursi menteri saat pemerintahannya.
Baca SelengkapnyaJokowi mengingatkan para relawan untuk tidak memilih pemimpin yang hanya ingin menikmati kenyamanan dan fasilitas negara.
Baca SelengkapnyaJK mengatakan, sebenarnya Indonesia pernah mempunyai 100 kabinet di era Soekarno.
Baca Selengkapnya"Ke depan saya kira bukan tentang siapa presidennya, yang paling penting menurut saya sanggup enggak (untuk) konsisten," kata Jokowi.
Baca SelengkapnyaPutu Yoga mengungkapkan, anggapan terkait komposisi kabinet yang 'gemuk' tidak bisa menjadi patokan untuk penilaian.
Baca Selengkapnya