Merekonstruksi Pergerakan Aremania Hingga Berakhir di 'Pintu Maut' Stadion Kanjuruhan
Merdeka.com - Suara teriakan minta tolong para penonton masih terngiang jelas di telinga Eko, Aremania dari Kabupaten Malang. Dia tidak bisa melupakan malam mencekam di Stadion Kanjuruhan, usai laga Arema FC melawan Persebaya, Sabtu (1/10). Peristiwa mencekam yang membuat 130 orang meninggal dunia.
"Saya mendengar ada suara gedor-gedor pintu, minta tolong," kata Eko kepada merdeka.com, Kamis (6/10).
Kondisi malam itu benar-benar mencekam. Lautan manusia panik dan berusaha keluar menyelamatkan diri dari Stadion Kanjuruhan. Sementara pintu tertutup. Gas air mata membuat semakin tidak berdaya. Mereka tertumpuk dan terjebak di lorong pintu keluar.
-
Siapa yang berperan penting di stadion? Suporter merupakan elemen penting dalam pertandingan sepak bola.
-
Siapa yang masuk ke lapangan dan membuat kerusuhan? Peristiwa itu berawal saat salah satu suporter tuan rumah masuk ke dalam lapangan.
-
Apa yang terjadi di Tikungan 13? Namun, saat memasuki Tikungan 13, keduanya bersenggolan dan terjatuh, mengakibatkan mereka gagal menyelesaikan balapan.
-
Dimana kejadian ini berlangsung? Sebuah video memperlihatkan prajurit TNI yang memberi kejutan di HUT Bhayangkara. Sejumlah TNI tiba-tiba datang ke kantor Polisi Tuban dengan membawa massa yang cukup banyak.
-
Kenapa suporter meninggal di Stadion Kanjuruhan? Banyaknya korban jiwa disebabkan penggunaan gas air mata oleh polisi dan diperparah pintu stadion terkunci sehingga terjadi penumpukan massa di satu lokasi.
-
Apa yang terjadi pada Tikungan 13? Keduanya terlibat dalam kontak yang menyebabkan mereka jatuh bersamaan.
Tua, muda, balita, pria dan wanita. Satu persatu tidak sadarkan diri. Suasana euforia saat menyaksikan tim sepak bola kesayangannya berlaga, justru berakhir tragedi yang menumpahkan air mata.
Malam itu, Eko duduk di Tribun Selatan. Tak jauh dari Gate 12. Tak lama setelah peluit tanda usai pertandingan dibunyikan, di tengah lapangan tak terlihat lagi para pemain Persebaya. Mereka sudah masuk ke lorong ruang ganti. Para pemain Arema sempat menyapa dan meminta maaf pada Aremania yang hadir.
qtaremania.blogspot.com©2022 Merdeka.comDari tribun utara, Yoga seorang Aremania UIN melihat, sekitar pukul 22.05 WIB, dua orang Aremania tampak memasuki lapangan. Mereka mendatangi pemain Arema FC. Lalu memeluk untuk memberi dukungan moril lantaran harus menyerah dari rival mereka yakni Persebaya. Persis seperti video yang beredar di media sosial. Namun pihak keamanan menduga sebagai upaya penyerangan. Aksi ini disusul beberapa Aremania lainnya yang ikut turun dari tribun dan memasuki lapangan hijau.
Petaka itu datang. Asap putih gas air mata terlihat meluncur ke tengah lapangan. Mengarah pada sekelompok Aremania. Begitu cepat, beriringan dengan semakin banyak Aremania yang memasuki lapangan. Yoga melihatgas air mata ditembakkan di antara gate 6 dan 7. Asap putih juga terlihat di antara gate 8 dan 9, Lalu ditembakkan lagi ke arah tribun di bawah papan score.
"Paling parah itu dari 10 -14, itu paling parah. Gate 2-5 itu tidak terkena gas air mata, yang terkena itu gate 6, 7, score dan tribun selatan tadi," kata Yoga.
Sementara itu, Eko menyaksikan kejadian dari tribun selatan. Suasana berubah tidak kondusif sesaat setelah tembakan gas air mata di tengah lapangan. Tercatat, setidaknya ada tiga kali tembakan gas air mata ke tengah lapangan. Menyusul kemudian, tembakan gas air mata diarahkan ke sisi selatan lapangan.
Polisi yang berdiri di depan tribun 13 terlihat menembakkan gas air mata ke arah lapangan dan ke atas tribun. Posisi Polisi itu persis di bawah tribun ekonomi atau yang dikenal dengan istilah tribun rakyat.
Mayoritas Aremania memilih tribun ini sebagai tempat berkreasi. Atraksi Aremania biasa dilakukan di tribun 3, 4, 87, 10, 11, 12, dan tribun berdiri alias tribun ekonomi. Untuk diketahui, tribun utara yakni 1-6 dan tribun selatan yakni 9-14 terkenal dengan atraksi bendera-bendera besarnya.
Sedangkan tribun 87 atau kondang disebut tribun bawah papan skor, adalah tempat atraksi gerak dan nyanyian Aremania yang dipimpin oleh sang dirijen, Yuli Sumpil.
Sejalan dengan hasil investigasi Polri, terungkap ada 11 personel Polisi yang menembakkan gas air mata untuk menghalau massa. Kapolri Jenderal Listyo Sigit menyebut sebanyak 7 tembakan gas air mata ke tribun selatan, 1 tembakan mengarah ke tribun utara dan 3 tembakan ke lapangan.
"Tentulah ini yang kemudian mengakibatkan para penonton terutama yang berada di tribun ditembakan tersebut panik. Merasa pedih dan kemudian berusaha segera meninggalkan arena," ungkap Kapolri Jenderal Listyo Sigit, semalam.
Hasil investigasi sementara yang dilakukan media asing Washington Post berangkat dari berbagai video yang diperoleh, menunjukkan polisi menembakkan sedikitnya 40 amunisi non-lethal (tidak mematikan) ke arah penonton di lapangan dan tribun. Ada satu yang mengarah ke tribun 9 dan 10. Ada juga yang mengarah ke tribun 3 di bagian utara. Namun sebagian besar gas air mata itu mengarah ke tribun selatan yakni 11, 12 dan 13.
Washington Post©2022 Merdeka.comHanya Gate 14 yang Terbuka
Saat tembakan gas air mata mengarah ke tribun selatan, Eko beranjak dari kursinya. Di tribun 12 dan 13, para penonton hampir seluruhnya diselimuti asap gas air mata. Teriakan penonton dari tribun 13 menggema. Saat gas dan asap memenuhi tribun 12 dan 13, banyak penonton kocar kacir. Ada yang melompat ke lapangan untuk menyelamatkan diri.
Dia melihat penonton di tribun selatan terbelah dua. Sebagian menuju Gate 10 dan 11, ada pula yang langsung berlari menuju Gate 12 dan 13. Eko melihat, hanya gate atau pintu 14 yang terbuka saat itu. Untuk diketahui, tribun 14 biasanya digunakan untuk suporter tim tamu yang datang ke Stadion Kanjuruhan. Tribun 14 tak jauh dari tribun VVIP dan VIP. Biasa disebut tribun kehormatan.
Eko berlari menjauh dari kepungan asap putih dan di tengah kegaduhan penonton yang kalut. Dia bingung bercampur panik. Hendak memberikan pertolongan pada teman-temannya yang sebagian terpapar gas air mata. Tapi terlalu banyak orang yang berteriak minta pertolongan. Dia mencoba membantu, mengevakuasi satu persatu korban. Namun apa daya, semakin banyak tubuh terkulai lemas dan berjatuhan.
"Saya pertama kali melihat (korban), ada perempuan pingsan ditolong. Satu, dua terus bertambah. Aremania banyak yang memberi pertolongan," katanya.
Eko melewati gate 13 yang disebut sebagai pintu maut. Terdengar dari kejauhan, pintu yang digedor-gedor. Beberapa penonton yang mengetahui pintu keluar terkunci, mereka berusaha menjauh dari kerumunan dan melompat ke lapangan. Mencari jalan keluar lain.
©2022 REUTERS TVSalah satunya Dimas Bayu, Aremania asal Bantur. Dia berhasil lolos setelah menjauh dari Gate 13 dan melompat pagar. Dimas bersama rekannya duduk di tribun selatan. Dia ikut merasakan paniknya penonton yang berdesakan menuruni tangga curam di pintu 13.
"Posisi saya itu antara gate 13-14," ungkapnya menunjuk ke lantai atas gerbang 13.
Awalnya Dimas berlari tak tentu arah. Sambil menutup sebagian wajahnya dengan jaket. Mengurangi risiko kehabisan napas akibat paparan gas air mata. Dia sama sekali tidak menyangka tembakan gas air mengarah padanya.
Dimas berlari menggandeng rekannya. Tujuannya cuma satu, menuju pintu keluar. Malam itu, semua orang berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Sambil berlari, dadanya terasa sesak akibat tidak bisa bernapas. Belum lagi jumlah orang yang panik terus bertambah.
Dimas melihat orang bertumpuk di Gate 13. Banyak tubuh yang terkulai lemas. Tak menemukan jalan keluar. Tak bisa dipastikan, mereka masih hidup atau sudah meninggal dunia.
Dimas lantas menjauh mencari jalan lain. Dia melihat ada beberapa penonton yang mencoba menerobos pagar pembatas antara tribun dan lapangan.
"Saat itu masih ada pagar. Karena desak-desakan pagarnya roboh. Kalau pagarnya tidak roboh, mungkin tidak tahu lagi (nasibnya)," jelasnya.
Dimas terdorong jatuh bersamaan robohnya pagar. Tubuhnya menimpa seorang perempuan. Dia langsung bangkit dan mencari pintu lain untuk keluar stadion. Dimas berhasil lolos karena pagar roboh. Dia punya kesempatan mencari jalan lain.
©Juni Kriswanto/AFPKuburan Massal Bernama Pintu 13
Kondisi kepanikan dan penumpukan penonton di pintu 13 persis seperti video yang beredar luas di media sosial. Ribuan orang berusaha sekuat tenaga untuk keluar.
Pintu 13 jadi saksi bisu jatuhnya banyak korban. Eko tidak dapat menyembunyikan kesedihan. Kata-katanya tertahan. Tangisnya pecah. Dia tidak kuasa menggambarkan yang dilihatnya malam itu.
"Di situ titik semacam kuburan massal," ungkapnya terbata-bata di pelukan Yuli Sumpil, dirijen Aremania yang berusaha menenangkannya.
"Banyak sekali anak dan perempuan bertumpukan di bawahnya," tambahnya.
Kondisi Gate 13 disesaki ratusan Aremania yang merintih meminta pertolongan. Malam itu hanya satu harapan mereka. Gerbang terbuka agar bisa menyelamatkan nyawa.
©2022 BPMI SetpresManajemen Arema FC belum menjelaskan soal pintu yang tertutup. Kondisi itu menjadi salah satu materi investigasi yang kini tengah diselidiki berbagai pihak. Arema FC mendorong pengusutan secara tuntas sampai ke akar-akarnya.
"Itu bagian dari proses investigasi tentang kebenaran di lapangan, karena itu ditunggu saja kebenarannya. Apakah bener-bener pintu ditutup atau pintu dibuka. Karena itu kita menghormati dan menghargai investigasi yang hari ini sedang berjalan," jelas Sudarmadji yang didampingi Presiden Arema FC, Gilang Widya Permana.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit memeberkan hasil investigasi soal pintu maut di Stadion Kanjuruhan. Pintu stadion di beberapa titik belum terbuka. Khususnya di pintu 3, 10, 11, 12, 13 dan 14.
"Di stadion ini ada 14 pintu. Seharusnya lima menit sebelum pertandingan berakhir, seluruh pintu tersebut seharusnya dibuka. Namun saat itu, pintu dibuka tapi tidak sepenuhnya. Hanya 1,5 meter," kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit, dalam jumpa pers di Malang, semalam.
Penjaga pintu stadion atau steward juga tidak berada di tempatnya. Padahal, berdasarkan Pasal 21 regulasi keamanan PSSI menyebutkan, steward seharusnya ada di tempat selama penonton belum meninggalkan stadion.
Dalam proses keluar, penonton juga mengalami hambatan. Karena ada besi yang melintang setinggi 5 sentimeter yang melintas di pintu masuk. Sehingga mengakibatkan penonton terhambat saat harus melewati pintu tersebut. Apalagi jika pintu tersebut harus dilewati jumlah penonton dalam jumlah banyak dan berdesak-desakan.
"Sehingga kemudian terjadi sumbatan di pintu tersebut hampir 20 menit," katanya.
Kondisi itulah yang menjadi penyebab ratusan penonton meninggal dunia setelah terhimpit dan berdesakan. Mulai dari patah tulang, trauma di kepala hingga asfiksia yakni kondisi ketika kadar oksigen di dalam tubuh berkurang.
"Sebagian besar yang meninggal alami asfeksia," tegas Kapolri.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) telah mengumpulkan bahan-bahan dalam bentuk video, voicenote, dokumen dan sebagainya. Pihaknya juga melakukan komunikasi dengan korban dan keluarga korban meninggal.
Peristiwa berdarah ini harus dilihat secara objektif dan dilakukan transparan. Rekaman video tidak hanya menunjukkan tembakan gas air mata yang membuat panik, tetapi juga tindak kekerasan dilakukan aparat.
"Itu yang akan kami dalami. Kami minta semua pihak terbuka dan transparan kepada kami, termasuk teman kepolisian dan TNI, siapapun yang ada dalam penyelenggaraan pertandingan tersebut," kata Choirul Anam, Komisioner Komnas HAM.
Komnas HAM sudah bertemu korban hingga pemain Arema untuk mendalami yang terjadi dalam Tragedi Kanjuruhan.
"Semoga peristiwa ini menjadi terang-benderang, tidak berulang kembali, tidak hanya untuk Arema dan Aremania tetapi untuk seluruh supporter di Indonesia," katanya.
©2022 REUTERS/Rizki Dwi PutraKelalaian Panitia Pelaksana
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) dalam sebuah forum dengan Aremania mengungkapkan dua kesimpulan. Telah terjadi kelalaian panitia penyelenggara dan tindakan berlebihan oleh Panpel.
Diduga jumlah penonton melebihi kapasitas. Di sisi lain, SOP penyelamatan tidak terfasilitasi dengan baik.
"Ada potensi kerusuhan, SOP penyelamatan tidak terjadi, gate yang seharusnya dibuka, justru ditutup. Sehingga ketika keluar terjebak di area stadion," ungkap Andy Infan, Sekjen Federasi KontraS Surabaya.
Kontras juga menyoroti penggunaan gas air mata. Memang tidak mematikan, tetapi tidak diperbolehkan digunakan di dalam stadion. Tembakan gas air mata diduga menjadi salah satu pemicu tragedi tersebut.
Kontras menerima banyak masukan dari berbagai pihak untuk menjadi bahan investigasi. Masukan itu dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang akan dikaji, termasuk video-video dari masyarakat.
"Korban harus dapat respons dan keadilan seutuhnya," katanya.
Sampai Kamis (6/10), Polisi sudah menetapkan enam tersangka.
1. IR AHL, Dirut PT LIB bertanggungjawab setiap stadion memiliki sertifikasi dan layak fungsi. Namun stadion Kanjuruhan dianggap belum diverifikasi oleh PT LIB. PT LIB melakukan verifikasi stadion para tahun 2020.
2. AH ketua panitia penyelenggara. Tidak buat dokumen keselamatan dan keamanan. Panitia penyelenggara wajib buat panduan keselamatan dan keamanan. Kemudian, mengabaikan permintaan keamanan. Lalu terjadi penjualan tiket overcapacity, harusnya 38 ribu dijual 42 ribu.
3. SS, selaku Security officer, kondisi pintu tidak semuanya terbuka. Harusnya, lima menit sebelum pertandingan usai, seluruh pintu dibuka. Ini yang sebabkan penonton berdesakan.
4. Wahyu SS, selaku kabagops Polres Malang, Yang bersangkutan mengetahui adanya aturan FIFA tentang larangan penggunaan gas air mata. Namun yang bersangkutan tidak mencegah atau melarang pemakaian gas air mata.
5. H, memerintahkan anggota Polri melakukan penembakan gas air mata.
6. TSA, Kasat Samapta Polres Malang, memerintahkan anggota melakukan penembakan gas air mata.
Tragedi Kanjuruhan telah meninggalkan duka mendalam dan sulit terlupakan. Karangan bunga dari masyarakat terus berdatangan di Patung Singa yang berdiri gagah di depan Stadion Kanjuruhan.
Hampir setiap hari, masyarakat berdatangan secara bergantian. Mereka berziarah untuk para korban. Mereka membaca yasin, tahlil dan menyalakan lilin duka. Bahkan setiap malam juga digelar keliling Stadion seraya membaca doa dan shalawat.
Mereka singgah di setiap pintu stadion. Secara khusus di gate 13, 12, 11. Kaos dan syal Aremania digantungkan di gagang pintu yang tertutup. Di depan pintu itu pula dikumpulkan sepatu dan barang milik para korban yang tertinggal lokasi.
Tidak sedikit mereka menahan tangis bersamaan bunga harum yang ditaburkan di pintu-pintu masuk stadion, yang menjadi pusara.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sabtu 1 Oktober 2022 lalu menjadi hari paling kelam dalam sejarah dunia sepak bola Indonesia di Stadion Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaStadion sepak bola Jakarta International Stadium (JIS) kembali menjadi sorotan publik karena ternyata tidak memenuhi standar FIFA .
Baca SelengkapnyaPetugas keamanan di sekitar Stasiun Manggarai langsung mencoba menahan dan melakukan pengamanan melihat peristiwa tersebut.
Baca SelengkapnyaRatusan ribu pendukung AMIN kesulitan masuk ke dalam JIS yang dipenuhi massa sejak subuh.
Baca SelengkapnyaPenonton memaksa mendekat ke dalam konser dengan menerobos pagar
Baca SelengkapnyaKerusuhan terjadi ketika Semen Padang tertinggal dengan skor telah 0-3 dari tim tamu, PSBS Biak.
Baca SelengkapnyaPolres Tangerang Selatan mengamankan 25 terduga pelaku kerusuhan dalam kompetisi lanjutan BRI Liga 1 antara Dewa United vs Persib.
Baca SelengkapnyaKemacetan ini terjadi ketika ratusan ribu pendukung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar meninggalkan JIS.
Baca SelengkapnyaKronologi lengkap kericuhan antarsuporter Persik vs Arema FC.
Baca SelengkapnyaRombongan tersebut berhamburan mengejar pengguna lain yang terindikasi sebagai suporter sepakbola.
Baca SelengkapnyaErick Thohir menegaskan sepak bola Indonesia dalam pantauan FIFA
Baca SelengkapnyaPSSI menggelar nonton bareng Semifinal Piala Asia 2024 antara Indonesia vs Uzbekistan di GBK.
Baca Selengkapnya