Roehana Koddoes, fajar terang dari Tanah Minang
Merdeka.com - "Kartini tidak sendirian. Bahwa sebelum Kartini sudah ada perjuangannya," Kalimat itu terlontar dari Fitriyati Dahlia, penulis biografi Roehana Koddoes, perempuan perintis surat kabar di Indonesia pertama.
Mantan wartawati ini tak menampik fakta Kartini adalah pejuang emansipasi perempuan Indonesia dengan jasa-jasanya mengangkat harkat dan martabat perempuan dari dominasi laki-laki pada zamannya. Namun bagi Fitriyati, selain Kartini, Roehana adalah salah satu perempuan yang sudah lama merintis gerakan perjuangan perempuan bahkan sudah terlebih dahulu sejak Kartini.
Seperti Kartini dan pahlawan perempuan di Indonesia lainnya, Roehana pantas mendapat gelar Pahlawan Nasional dalam jasa-jasanya di bidang pendidikan, perintis surat kabar dan organisasi perempuan.
-
Siapa yang Kartini perjuangkan? Bukan laki-laki yang hendak kami lawan, melainkan pendapat kolot dan adat usang.
-
Siapakah Kartini? Raden Ajeng Kartini, atau yang lebih dikenal dengan nama Kartini, lahir pada 21 April 1879 di Desa Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Dia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan.
-
Bagaimana Kartini berjuang? Surat-surat tersebut mengungkapkan cita-citanya untuk memajukan kaum wanita, harapan-harapannya, serta perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan.
-
Apa yang di perjuangkan Kartini? Melalui surat-suratnya yang terkenal, Kartini menyuarakan aspirasinya untuk memberikan kesempatan pendidikan yang setara bagi perempuan, serta memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mengembangkan diri di luar peran tradisional sebagai ibu rumah tangga.
-
Apa jasa Raden Ajeng Kartini bagi Indonesia? Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat merupakan tokoh emansipasi perempuan di Indonesia. Namanya cukup populer, bahkan ada hari khusus yang diperingati tiap tahun untuk mengenang jasanya. Semasa hidupnya, ia banyak menulis soal pemikiran-pemikirannya terkait budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan.
-
Siapa yang diperingati di Hari Kartini? Semasa hidup, Kartini merupakan sosok pejuang wanita yang teguh memegang prinsipnya pada kebebasan wanita untuk mendapat haknya.
"Saya tidak bermaksud mau membandingkan Roehana dan Kartini. Tapi, selain Kartini, Dewi Sartika, dan Rachmah El-Joenoesjah, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia, atau Cut Nyak Dien dan Rasuna Said yang bergerak di bidang perpolitikan melawan penjajahan Belanda," ujarnya saat berbincang dengan merdeka.com di Balai Budaya, Sabtu pekan lalu.
Dia pun menambahkan, sejatinya banyak tokoh perempuan yang sama ikut berjuang melawan tirani penjajahan. "Salah satu di antaranya adalah Roehana Koddoes, patut pula mendapat gelar Pahlawan Nasional."
Tak banyak yang mengetahui siapa sebenarnya Roehana Koddoes. Dalam pelbagai literatur sejarah nasional, namanya kerap tak disebut. Pun riwayat hidup dan kisah perjuangan Roehana tersimpan rapi di Gedung Arsip Nasional dan sejumlah kumpulan kliping di Perpustakaan Leiden, Belanda.
Kisah perjuangannya bahkan tidak se harum Kartini atau sering disebut-sebut seperti Dewi Sartika atau Cut Nyak Dien. Namun, di daerah Minangkabau, Sumatera Barat, Roehana merupakan kaum perempuan yang turut berjuang seperti Rachmah El-Joenesjah, Rasuna Said (Padang) dan Sitti Mangopoh (Maninjau).
Roehana Koddoes lahir di Kota Gadang, Minangkabau pada 20 Desember 1884. Ia merupakan kakak sulung berbeda ibu dengan mantan Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Sepupunya adalah orang dekat Presiden Soekarno, Kiai Haji Agus Salim.
Sementara itu Roehana juga bibi dari penyair Chairil Anwar. Rohana beribukan Kiam, sedangkan Sutan Sjahrir lahir dari Sitti Rabiah, istri kelima ayah Roehana, Moehammad Rasjad.
Dibesarkan dalam budaya patriarkat yang tak membolehkan perempuan bersekolah, Roehana kecil bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Namun dewi fortuna berpihak kepada dia ketika merantau ke Simpang Tonang Talu mengikuti ayahnya.
Roehana mengawali karier sebagai juru tulis dan meningkat menjadi hoofd djaksa pegawai pemerintahan Belanda. Di tanah rantau ini, hobi membaca dan menulis Roehana mulai terasah.
Ketika belajar membaca dan menulis, usia Roehana saat itu baru 8 tahun. Dia kemudian belajar otodidak di bawah pengasuhan sang ibu, Kiam. Sembari mengasuh kedua adiknya, Ratna dan Roeskan, ia kerap membaca dengan suara lantang untuk menghibur adiknya supaya tenang dan tertawa.
Dalam catatan Fitriyati, ulah Roehana kecil ini membuat banyak orang yang lewat di depan rumahnya heran sekaligus kagum. Pada masanya, tak ada anak kecil apalagi perempuan pandai membaca dan menulis dalam aksara Latin, Arab dan Arab Melayu. Berangkat sini lah, Rohana 'resmi' menjadi guru kecil tahun 1892.
"Kawan-kawan ingin belajar dan menulis?," ujar Fitriyati menceritakan ketika Roehana menawarkan kepada teman-teman seusianya. Hal itu juga kemudian menjadi pemacu semangat Roehana kecil menjadi seorang guru.
Bisa membaca, menulis dan bahkan menjadi guru bagi kawan-kawannya tak membuat hati Roehana puas. Roehana pun beranjak remaja dengan menyimpan tanya dalam hatinya. Dia marah dengan ketidakadilan yang dialami kaum perempuan karena tidak dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya laki-laki.
"Ayah, mengapa hanya anak laki-laki yang diperbolehkan sekolah? Bila kah ada sekolah untuk anak perempuan di sini? Bilakah ambo bisa sekolah?" tanya kala itu,".
Sang ayah rupanya memahami kekecewaan Rohana. Dia menyemangati gadis kecil itu dengan mengatakan bahwa ilmu pengetahuan
tak harus di sekolah.
Di usia remaja rupanya Roehana juga belajar tafsir Alquran tentang kedudukan kaum perempuan. Di sana dia belajar dan menarik kesimpulan dalam agama Islam setiap orang diperbolehkan mengenyam pendidikan.
Di bawah bimbingan sang ayah, Rasjad, Roehana tumbuh menjadi perempuan yang berwawasan luas. Diskusi demi diskusi kerap dilakukannya dengan Rasjad. Roehana tumbuh menjadi perempuan dengan pikiran yang kritis. Dia mengutarakan cita-citanya kepada Rasjad untuk membuat sesuatu yang mengubah ketidakadilan terhadap perempuan, terutama di bidang pendidikan dan pekerjaan.
"Roehana didukung penuh oleh ayahnya," kata Fitriyati. Di kemudian hari, karena kerap mengikuti ayahnya yang berpindah tugas, Roehana mempunyai penilaian tersendiri atas nasib ketidakadilan yang dialami perempuan. "Dan cita-citanya semakin tinggi," tuturnya. (mdk/arb)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Puisi Hari Kartini mencerminkan penghormatan dan apresiasi terhadap dedikasi sosok Kartini.
Baca SelengkapnyaRaden Adjeng Kartini berjuang untuk memberikan hak-hak yang setara bagi perempuan.
Baca SelengkapnyaUcapan selamat hari Kartini adalah sebuah pengingat akan pentingnya pemberdayaan wanita dan pengakuan atas kontribusi mereka untuk masa depan bangsa.
Baca SelengkapnyaSemasa hidup, Kartini pun banyak menuliskan kata-kata yang menginspirasi hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaLahirnya surat kabar ini tak lepas dari pendidikan perempuan di Hindia Belanda yang saat itu masih dibatasi.
Baca SelengkapnyaRohana Kudus adalah sosok pahlawan nasional yang dikenal sebagai wartawan perempuan pertama di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTokoh Kartini berhasil dibintangi oleh beberapa aktris ternama Tanah Air.
Baca SelengkapnyaRohana Kudus menjadi jurnalis perempuan pertama Indonesia yang tercatat dalam sejarah. Seperti apa kiprahnya?
Baca SelengkapnyaSemarakkan Hari Kartini 2024 dengan membagian caption inspratif mengenai sosok pejuang emansipasi wanita ini.
Baca SelengkapnyaSemasa hidup, Kartini merupakan sosok pejuang wanita yang teguh memegang prinsipnya pada kebebasan wanita untuk mendapat haknya.
Baca SelengkapnyaDalam rangka memperingati Hari Kartini, para karyawati Taman Impian Jaya Ancol tampil berkebaya.
Baca SelengkapnyaSosok Raden Adipati Djojoadiningrat mampu meyakinkan Kartini untuk mewujudkan bersama mimpinya membangun kesetaraan bagi kaum perempuan.
Baca Selengkapnya