Seatap dua Tuhan
Merdeka.com - Simak baik-baik kisah berikut ini.
Pemandangan pada sebuah Sabtu di bulan lalu ini pastinya tidak lazim dilihat. Sekelompok lelaki Yahudi ultra-orthodox (berjubah panjang dan topi serba hitam dengan brewok lebat, serta janggut panjang) memasuki dari sebuah masjid di kawasan Bronx, New York, Amerika Serikat.
Mereka adalah anggota the Chabad of East Bronx dan ingin bersembahyang di Masjid Al-Iman. “Orang memiliki pandangan yang salah bahwa muslim membenci Yahudi,” kata Yaakov Wayne Baumann, 42 tahun, seperti dilansir majalah Tablet, Februari 2012. “Tapi inilah contoh mereka mau bekerja sama dengan kami.”
-
Di mana masjid itu? Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Siapa yang menjual masjid? Nama pemiliknya pun tertulis, yakni Hilda Rahman, lengkap dengan nomor handphone serta nomor sertifikat hak milik atas tanah tempat masjid berdiri.
-
Siapa yang bisa memanfaatkan fasilitas di masjid? Dalam keterangan unggahan, disebutkan jika masjid Pemuda Indonesia setiap harinya terbuka untuk masyarakat muslim maupun non-muslim.
-
Kenapa beberapa orang menghindari rumah belakang masjid? Mereka beranggapan bahwa karena masjid merupakan tempat ibadah yang sakral, adanya kehidupan sehari-hari di dekatnya dapat mengganggu konsentrasi dan ketenangan ibadah.
-
Gimana cara memakmurkan masjid? Dengan menerapkan cara memakmurkan masjid, masjid akan menjadi lebih makmur dan berfungsi sebagai pusat kegiatan yang bermanfaat bagi jamaah dan masyarakat sekitarnya.
-
Kenapa Israel menyerang masjid di Gaza? Serangan ini terjadi sehari setelah Israel menjatuhkan bom ke rumah sakit Al-Ahli Al-Arabi di Gaza yang menewaskan lebih dari 600 orang.
Dulunya, terdapat sekitar 630 ribu orang Yahudi di Bronx. Tapi sejak 2002, jumlahnya menurun menjadi 45.100, menurut hasil penelitian Dewan Hubungan Masyarakat Yahudi (JCRC). Sebaliknya warga muslim makin banyak. Di Parkchester saja saat ini terdapat lima masjid, termasuk Masjid Al-Iman.
Tempat ibadah ini berlokasi dekat pojok simpang jalan antara Wetchester Avenue dan Pugsley Street. Bangunan bercat hijau daun ini kelihatan kusam dan dipenuhi coretan.
“Di mana-mana tidak ada orang Yahudi dan muslim beribadah dalam satu bangunan,” ujar Patricia Tomasulo, pemimpin the Catholic Democratic. Dialah yang mempertemukan pemimpin komunitas Yahudi itu dengan pihak Al-Iman. “Ini benar-benar unik.”
Hubungan antara jemaat Yahudi dan Masjid Al-Iman diawali beberapa tahun lalu. Ketika itu masih bernama Jemaat the Young Israel. Menurut mantan bendarahara mereka, Leon Blackman (78 tahun), komunitas yang memiliki sinagoge di Virginia Avenue, Parkchester, kerap membagi-bagikan pakaian bekas buat orang-orang yang membutuhkan.
Salah satu penerima tetap sumbangan itu adalah Syekh Mussa Drammeh, pendiri masjid Al-Iman. Jemaahnya kebanyakan imigran dari Afrika. Imam masjid berusia 49 tahun ini berasal dari Gambia, Afrika Barat. Ia menetap di Amerika Serikat sejak 1946. Mulanya di Harlem sebelum pindah ke Parkchester. Di sinilah ia mendirikan masjid, pusat kajian Islam, dan madrasah.
Lantaran anggotanya banyak keluar, the Young Israel pada 2003 terpaksa menjual sinagoge mereka di 1375 Virginia Avenue. Semua aset selain barang-barang yang berhubungan dengan sembahyang dibagi-bagikan, termasuk kursi dan meja buat Drammeh.
Bleckman dan pengikutnya – kebanyakan orang-rang tua – lantas pindah ke gedung seberang dengan sewa US$ 2000 saban bulan. Namun mereka hanya mampu bertahan empat tahun. Selama 6-7 pekan, mereka tidak bisa sembahyang karena tidak memiliki sinagoge.
Tiga bulan sebelum akhirnya keluar, Bleckman sempat meminta bantuan dana ke the Chabad Lubavitch. Konsekuensinya, mereka memakai nama baru the Chabad of East Bronx. “Orang-orang dari the Chabad mengatakan mereka datang untuk menolong kami,” katanya. “Kami menangis.”
Drammeh yang mengetahui hal itu menawarkan tempat ibadah gratis di Masjid Al-Iman. “Tidfak semua muslim seperti kami karena tidak semua muslim percaya muslim dan Yahudi tidak seharusnya saling membenci,” ujarnya.
Pada awalnya, Hana Kakabow tidak percaya dengan kenyataan itu. “Saya benar-benar terkejut,” kata istri dari Rabbi Meir Kakabow. Perempuan 26 tahun ini dilahirkan dan besar di Israel. Rabbi Meir sudah memimpin ibadat di sana sejak pindah dari Brooklyn dua tahun lalu.
Apa yang berlaku di atas menyindir fenomena rebutan masjid di Indonesia. Masjid harus menjadi tempat pemersatu bagi umat Islam karena Tuhan mereka sama.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masjid Ibrahimi di Hebron ludes usai dijarah pemukim ilegal Yahudi.
Baca SelengkapnyaBelum lama ini, menyeruak ke hadapan publik suara panggilan ibadah umat Yahudi. Hal tersebut membuat publik kian memberikan reaksi.
Baca SelengkapnyaDia masuk islam gara-gara akhlak Nabi Muhammad SAW yang begitu penyayang dan tenang menahan emosi.
Baca SelengkapnyaKendati tak cukup luas, namun antusiasme warganya begitu luar biasa.
Baca SelengkapnyaMereka melaksanakan salat tarawih di sebuah masjid dalam kondisi memprihatinkan. Seperti apa penampakannya?
Baca SelengkapnyaJemaah salat Jumat di Kalimantan Tengah viral karena salat di atas perahu, begini potretnya.
Baca SelengkapnyaSatpol PP bersama tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) menyegel satu unit bangunan di Garut, Jawa Barat, Rabu (3/7).
Baca SelengkapnyaSeorang pengendara mobil dipatok tarif Rp150.000 saat parkir di kawasan Masjid Istiqlal.
Baca SelengkapnyaPalang Merah Palestina menyebut sedikitnya satu orang Palestina tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka dalam serangan itu.
Baca SelengkapnyaMomen pria Indonesia berkunjung ke komplek Masjidilaqsa.
Baca SelengkapnyaPungli itu diungkapkan salah satu pengunjung di viral di media sosial.
Baca Selengkapnya