Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Semua tergantung internal Merpati

Semua tergantung internal Merpati Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar di ruang rapatnya, Rabu (8/1). (merdeka.com/faisalassegaf)

Merdeka.com - Merpati sedang oleng. Utang Rp 6,7 triliun belum lunas. Kondisi maskapai pelat merah ini bergantung pada keputusan pemerintah menyuntikkan tambahan modal. Sejauh ini parlemen belum setuju.

Situasi merpati ini mirip Garuda saat Emirsyah Satar bergabung. Meski begitu, dia tidak mau sok tahu mengomentari soal Merpati. Prinsipnya, dia tidak ingin mencampuri urusan internal perusahaan lain.

Namun Emirsyah mengakui pernah diminta saran untuk memperbaiki Merpati. Hingga kini belum ada kemajuan. "Terus terang saya nggak bisa ngomong soal Merpati karena saya tidak tahu isinya," katanya seraya tertawa Rabu pekan lalu.

Berikut penuturan Emirsyah saat ditanyai mengenai soal kondisi Merpati oleh Faisal Assegaf dari merdeka.com.

Soal pembukaan penerbangan perintis Garuda akhir tahun lalu. Apakah Garuda

ingin mengambil ceruk Merpati atau memang masih terbuka kesempatan di situ?

Terus terang kita melihat kalau kita mau ambil (pesawat) turbo baling-baling itu sudah direncanakan tiga tahun lalu. Tapi kami tidak mau lakukan itu karena kita ingin Merpati. Namun karena Merpati tidak melakukan sehingga mau tak mau kita harus lakukan. Sebab itu bagus untuk cabang-cabang Garuda.

Karena kalau bukan kita yang melakukan, yang lain juga melakukan. Jadi bukan mengambil pasarnya Merpati, justru kita ingin benar-benar tidak ingin menyentuh, tapi ditunggu beberapa tahun ini Merpati tidak masuk ke situ, terpaksa kami masuk ke situ.

Apakah ada rencana Garuda mengambil alih Merpati untuk menyelamatkan perusahaan itu?

(tertawa) Garuda itu sudah perusahaan terbuka walau mayoritas saham milik pemerintah. Sehingga kita sebagai manajemen apapun kita lakukan, termasuk masuk ke penerbangan perintis, ada basis untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan, ada bisnisnya.

Misalkan sekarang Merpati dimasukkan ke Garuda dengan utangnya hampir Rp 6,7 triliun, tentu itu tidak menyebabkan nilai tambah bagi Garuda. Kecuali Garuda tidak dimiliki publik, kita bisa lakukan. Karena ada undang-undang untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas.

Bagi kita, dengan kondisi Merpati saat ini tentu ada harus ada perbaikan internal, penyelesaian utang dan lain-lain, sebelum digabungkan ke Garuda. Karena nanti, sebagai perusahaan terbuka, kita bisa ditanyai pasar.

Anda berpengalaman menyelamatkan Garuda terbelit utang. Apakah Dahlan Iskan atau Merpati pernah meminta saran Anda bagaimana menyelamatkan Merpati?

Kalau berbagi pengalaman, sudah beberapa kali. Saya pada intinya adalah itu semua tergantung pada manajemen dan pemegang saham Merpati. Garuda juga punya saham kecil banget di Merpati, hanya 3,6 persen. Bagi Garuda, harus manajemen Merpati memutuskan karena kami juga tidak punya akses kewenangan untuk melakukan itu.

Apakah kondisi Merpati sekarang mirip pengalaman Garuda sebelumnya?

Setiap perusahaan memiliki problem dan karakteristik berbeda. Obatnya juga berbeda. Mungkin secara umum mirip, tetapi masing-masing punya isu khusus. Terus terang saya nggak bisa ngomong soal Merpati karena saya tidak tahu isinya (tertawa). Kalau saya di situ, bisa tahu. Saya kan cuma lihat dari luar.

Susah juga mau komentar kecuali saya sudah jadi komisaris Merpati atau saya ada di situ. Bisa lebih kasih masukan lebih berkualitas. Kalau nggak (di dalam), saya hanya berteori saja. Kalau berteori kan paling gampang (seraya tertawa). Saya nggak mau seperti itu karena saya merasakan juga bagaimana sulitnya sebagai manajemen.

(mdk/fas)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Megawati: Sekarang Banyak Orang yang Stres
Megawati: Sekarang Banyak Orang yang Stres

Dia pun merasa heran kenapa saat Indonesia sudah merdeka justru banyak orang yang lebih stress

Baca Selengkapnya