Sepenggal Cerita dari Redupnya Kamar Indekos
Merdeka.com - Opak menenteng perlengkapan kebersihan. Sebuah sapu dan alat mengepel lantai digenggam. Hari itu, dia ingin membersihkan ruangan di lantai atas. Tempat deretan kamar indekos miliknya.
Suasana terasa sangat berbeda. Tidak lagi sama dengan dua tahun lalu. Tepat sebelum pandemi melanda.
Semua daun pintu tertutup rapat. Begitu juga dengan jendela. Sayup suara dari dalam kamar tidak lagi terdengar. Benar-benar sepi dan hening.
-
Kenapa nge-kos jadi pilihan utama ? Selain bisa menghemat biaya transportasi, nge-kos jadi pilihan utama karena fleksibilitasnya.
-
Apa yang harus dimiliki anak kos? Salah satu kunci untuk menjalani gaya hidup kos yang lancar adalah mempersiapkan diri dengan baik dengan memiliki barang-barang esensial.
-
Mengapa rumah ini terbengkalai? Setelah lebih dari satu abad berdiri,tampak rumah ini sekarang menjadi terbengkalai,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Apa penyebab rumah kosong di Jepang? 'alasan utama' rumah-rumah di Jepang dibiarkan kosong adalah 'karena populasi di luar Tokyo menurun dengan cepat, terutama di daerah-daerah seperti Tohoku, Hokkaido, dan kota-kota tua. Orang-orang meninggalkan rumah mereka begitu saja'.
-
Bagaimana cara anak kos supaya tidak bingung saat nge-kos? Supaya tidak bingung saat nge-kos untuk pertama kalinya, kamu wajib mengetahui barang apa saja yang harus dimiliki, ya!
-
Bagaimana kondisi rumah di permukiman terbengkalai? Rata-rata, rumah di permukiman padat tersebut masih berbentuk utuh, dan tak jauh dari pinggir jalan.Semakin dalam masuk ke dalam gang, beberapa rumah yang awalnya masih layak ditinggali, perlahan-lahan berganti menjadi rumah yang tampak rusak karena tidak terurus lama.
"Tidak ada kehidupan lagi di lantai atas," kata Opak saat berbincang dengan merdeka.com.
Kedua bola matanya berkeliling memandangi sudut ruangan. Sembari mengayunkan dua tangan membersihkan kotoran. Dalam hatinya bergumam. Merindukan keramaian para penghuni kos-kosan.
Opak menceritakan. Pandemi luar biasa menghantam sendi kehidupan. Bukan cuma mengganggu kesehatan. Tetapi menghancurkan keuangan.
Cerita hari ini bak sejarah baginya. Merintis usaha sejak 2006. Tidak pernah terbayang berada dalam kondisi krisis dalam berbisnis.
Kebijakan bekerja dan belajar dari rumah di masa pandemi membuatnya gigit jari. Berbulan-bulan, sembilan pintu kamar kosong tak terisi. Padahal dahulu, indekosnya dicari-cari.
"Sebagai pemilik usaha kos-kosan beneran berdampak banget. Sejak 2006 bisnis kosan, tapi ini sejarah kosong berbulan-bulan," katanya.
Indekos Opak ada di kawasan Jl Bunga, Matraman Jakarta Pusat. Secara lokasi, sangat strategis. Dekat dengan perkantoran. Tetapi apa daya, kebijakan selama pandemi membuatnya kehilangan penyewa.
"Sebelum Covid padahal penuh terus," ujar pria yang memiliki hobi foto ini.
Memang, di awal pandemi, kamar kosan diputuskan kosong sementara. Dia tidak ingin ada anggota keluarga terpapar. Kebetulan pula, di beberapa titik bangunan harus direnovasi.
Pertengahan pandemi, tepat perbaikan selesai. Opak berharap kamar-kamar itu akan kembali disewa. Tetapi sampai hari ini, justru kosong melompong.
"Dan ternyata beberapa tempat kos di sebelah-sebelah saya juga sama kondisinya, ada yang hanya terisi 10 persen. Ada pula yang nasibnya kayak aku. Kosong semua. Dan anak saya yang kuliah di Yogya juga cerita yang sama, indekosnya banyak yang kosong," ungkapnya.
Padahal, informasi indekos kosong sudah disebar di akun media sosial miliknya. Tetapi sampai hari ini, belum ada penyewa kamar 3x3 sesuai kriteria ditetapkan.
Opak berkelakar. Jika dulu usaha indekos dianggap paling menjanjikan dan tak pernah mati. Rasanya kini tak lagi sama.
"Udah tidak ada lagi istilah juragan kos-kosan," ucapnya diikuti tertawa.
Akibat kamar kos kosong, Opak tidak mendapatkan pemasukan dari bisnis sampingannya ini. Padahal sebelumnya, dalam satu bulan dia bisa mengantongi bersih Rp4,5 juta dari sembilan kamar disewakan
"Tapi kita akan ubah strategi. Saya akan tempat pengumuman di jalan-jalan. Mudah-mudahan segera keisilah," ucapnya.
Tak hanya indekos untuk karyawan yang sepi. Kamar kos di sekitar kampus demikian. Suasana ramai dan riuh suara mahasiswa belajar bersama hilang seketika.
Biasanya, indekos di dekat kampus selalu dipadati mahasiswa perantauan. Apalagi ketika masuk tahun ajaran baru. Mahasiswa sampai kesulitan mencari tempat tinggal selama menempuh pendidikan.
Tetapi belakangan kejadian itu tidak lagi dirasakan. Pemilik indekos di sekitaran kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat juga menjerit. Mereka kehilangan pemasukan. Gara-gara sepinya mahasiswa mencari indekos.
Seorang pemilik indekos mahasiswa di kawasan Kukusan Depok bercerita. Pendapatannya menurun hingga 100 persen selama pandemi. Jika dulu dua rumah yang disulap menjadi indekos penuh terisi, kini hanya satu rumah berpenghuni. Itupun kamar tidak semua terisi.
"Selama 1,5 tahun jumlah anak kos menurun drastis. Kebetulan saya ada dua rumah kos, yang 1 kosong sama sekali, satu lagi turun 60 persen," kata pemilik kos di UI yang enggan disebut namanya.
Meski sepi penyewa, pemilik harus tetap merawat kamar-kamar agar tidak rusak dan tetap bersih. Artinya, pengeluaran untuk perawatan tidak berkurang. Sementara jumlah penghuni menyusut drastis.
"Cost bulanan masih tetap dikeluarkan seperti normal. Namun pendapatan menurun. Ini yang cukup memberatkan, karena kita tetap harus melayani anak kos yang tersisa," katanya.
Para pemilik usaha indekos sangat berharap pandemi segera pulih. Sehingga aktivitas belajar dan perkantoran kembali normal. Dengan begitu usaha mereka kembali bergairah.
Setahun terakhir, para juragan indekos mengaku babak belur untuk bertahan. Padahal selama ini, kondisi kehilangan penyewa sama sekali tidak pernah terpikirkan.
"Karena berdampak banget terasa, dari 11 kamar, terisi cuma dua," kata Rizky, pemilik indekos di dekat kampus Telkom University, Bandung.
Sepinya penyewa membuat pendapatan Rizky terkecil kencang. Meski berat, dia terpaksa memotong gaji penjaga indekos hingga mengurangi biaya operasional.
"Sampe sekarang turun 80 persen," kata Rizky.
Fasilitas Internet Bikin Penghuni Betah
Bagi sebagian orang, usaha indekos kini tidak ubahnya bisnis penginapan. Sepi ditinggal penghuni karena pandemi.
Tetapi, ada sebagian merasakan manfaatnya. Berkat fasilitas internet, penghuni justru memilih bertahan di indekos daripada pulang ke kampung halaman. Keberadaan jaringan internet memang sangat dibutuhkan di situasi pandemi. Sebab mayoritas kegiatan dilakukan secara daring.
"Sebenarnya kemarin udah nyoba sekitar dua bulan di rumah. Tapi kalau aku pribadi ngerasa nggak nyaman saja sih karena emang lebih suka sendiri," cerita Ajeng.
Syahab juga merasa beruntung. Pandemi membuat usahanya justru tumbuh dan berkembang.
Penghuni di indekos miliknya di kawasan Kalibata justru memilih bertahan. Bisnis yang dimulai tahun 2020, justru terus membaik hingga pertengahan 2021 ini.
"Ada 10 kamar, Alhamdulillah full," ucapnya semringah.
Di tempatnya, tarif kamar ada dua. Kisaran Rp 1,2 juta sampai Rp 1,5 juta. Para penyewa juga mengatur sendiri kebutuhan listrik mereka karena di tiap kamar terpasang token.
"Jadi PPKM ini enggak terlalu berpengaruh karena memang mereka WFH tetap di kosan," katanya.
Tetapi masalah lain muncul. Buat sebagian pemilik indekos, kebijakan WFH membuat tagihan listrik membengkak. Sebab mayoritas penghuni bekerja di dalam kamarnya masing-masing.
"Ngefeknya mungkin di tagihan listrik naik karena semua WFH, jadi lebih tinggi juga pemakaian listriknya," kata Nia, pemilik indekos di Malang.
Dia tidak merasakan kehilangan penyewa akibat pandemi. Sepanjang pandemi, katanya, semua kamar justru terisi. Andai pun ada yang keluar, segera terisi.
Bisnis indekos memang primadona. Tak pernah ada musim atau masanya. Setiap saat selalu dicari dan dihuni.
Tetapi itu cerita dulu. Pandemi telah membuat banyak usaha jatuh bangun. Termasuk bisnis indekos.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemilik kos di daerah Kota Malang terkejut mendapati salah satu kamar sewa berubah kondisi.
Baca SelengkapnyaKetut merinci awal tinggal di kamar indekos itu tarifnya sekira Rp2,5 juta. Namun, seiring waktu harga kos terus mengalami kenaikan.
Baca SelengkapnyaPengidap hoarding disorder kerap tidak merasa jika apa yang dialaminya adalah gangguan.
Baca SelengkapnyaFasilitas mewah indekos milik Rafael Alun yang disewakan ke jaksa, polisi dan pegawai kelas menengah atas.
Baca SelengkapnyaSebelum tinggal di rumah baru, pasangan Arie Kriting dan Indah Permatasari tinggal di rumah kontrakan.
Baca SelengkapnyaSimak kisah Giring, berani buka usaha rental PS2 di bilik bambu tua usai terkena PHK.
Baca SelengkapnyaViral biaya hidup di IKN lebih mahal dari Jakarta.
Baca SelengkapnyaKondisi kontrakan 1000 pintu yang seram meski di siang hari
Baca Selengkapnya