Mengemudikan Wuling Cloud EV: Pengalaman di Kemacetan, Jalan Tol, dan Pegunungan
Penasaran impresi Wuling Cloud EV dipakai sehari-hari? Yuk simak selengkapnya!
Wuling Motors Indonesia mengundang para jurnalis untuk merasakan pengalaman berkendara Cloud EV dengan rute Jakarta-Bogor-Jakarta pada Rabu (14/8/2024). Kesempatan ini dimanfaatkan oleh tim redaksi Otosia.com untuk menikmati kenyamanan sebagai penumpang serta merasakan impresi berkendara.
Serangkaian uji coba Wuling Cloud EV menawarkan tiga skenario jalan yang umum dialami oleh konsumen. Dimulai dari menghadapi kemacetan di perkotaan, melintasi jalan tol, hingga berwisata ke daerah pegunungan atau perbukitan.
Pertahankan Ketenangan Saat Menghadapi Kemacetan
Perjalanan dimulai dari Aroem Resto yang terletak di Jl. Abdul Muis, Jakarta, menuju SCBD Lot 7 untuk mengamati pengisian daya DC GB/T yang dikhususkan bagi kendaraan listrik Wuling. Tahap awal ini berfungsi sebagai simulasi saat Cloud EV berhadapan dengan kemacetan Jakarta pada waktu istirahat makan siang.
Situasi lalu lintas terlihat cukup ramai dengan keramaian kendaraan. Meskipun demikian, Wuling Cloud EV masih mampu menciptakan suasana yang tenang di dalam kabinnya.
Pengurangan suara dari luar dapat dilakukan dengan efektif, sehingga meningkatkan kenyamanan dengan mengurangi suara kendaraan lain, meskipun tidak sepenuhnya terisolasi.
Selain itu, responsivitas tenaga untuk stop and go di area perkotaan cukup baik. Penyaluran energi ke roda juga berjalan lancar tanpa adanya hentakan yang berlebihan. Namun, ada satu aspek yang seharusnya bisa lebih dioptimalkan.
Wuling Cloud EV dilengkapi dengan tiga pilihan fitur pengereman regeneratif, yaitu rendah, sedang, dan kuat. Meskipun mode pengereman regeneratif ‘kuat’ telah diaktifkan, tingkat deselerasi yang dihasilkan masih belum memadai untuk menciptakan pengalaman one-pedal driving yang praktis seperti pada mobil listrik lainnya.
Menghadapi kemacetan tentunya membutuhkan hiburan yang tepat. Cloud EV dilengkapi dengan konektivitas Bluetooth yang memungkinkan pengguna terhubung dengan smartphone. Dengan demikian, mereka dapat memilih lagu dari perangkat sesuai dengan preferensi masing-masing.
Mengenai speaker, tidak ada yang istimewa. Suara lagu yang diputar terdengar biasa, dan detail instrumen serta vokal terasa kurang optimal.
Santai Saat Bepergian Ke Luar Kota
Perjalanan dari SCBD Lot 7 ke kawasan Gunung Pancar di Bogor sebagian besar melewati jalan tol Jagorawi yang bebas hambatan. Lalu lintas saat itu cukup padat, dengan kecepatan rata-rata hanya mencapai 80 km/jam. Meskipun situasinya ramai, pengemudi tetap dapat merasa nyaman di dalam kabin Cloud EV.
Hal ini dimungkinkan berkat fitur Adaptive Cruise Control (ACC) yang terintegrasi dengan Lane Keeping Assist (LKA), yang mampu mendeteksi marka jalan dan menjaga jarak dengan kendaraan di depan. Dengan demikian, pengemudi hanya perlu memegang kemudi sesekali tanpa perlu menekan pedal gas atau rem.
Motor listrik dengan daya 134 Hp dan torsi 200 Nm sangat memadai untuk akselerasi di jalan tol. Selain itu, kestabilannya juga cukup memuaskan, tidak terlihat adanya gejala limbung yang berlebihan saat melakukan manuver pada kecepatan tinggi.
Namun, saat mencoba duduk di baris kedua selama perjalanan jauh, suhu di dalam kabin terasa kurang nyaman. Ini disebabkan oleh hanya adanya satu ventilasi AC untuk penumpang belakang yang terletak di konsol tengah. Akibatnya, jika ventilasi diarahkan ke sisi kiri, penumpang di sisi kanan akan merasa lebih panas, dan begitu juga sebaliknya.
Kekurangan lain yang dirasakan saat melakukan perjalanan eksplorasi adalah dari head unit berukuran 15,6 inci. Meskipun harganya mencapai Rp398.800.000, Wuling Cloud EV tidak dilengkapi dengan peta navigasi atau fitur Apple CarPlay dan Android Auto. Oleh karena itu, pengguna harus mengandalkan smartphone untuk mengakses peta. Ini sangat disayangkan, karena fitur konektivitas semacam itu sudah menjadi kebutuhan standar di mobil modern.
Masyarakat Indonesia masih meragukan performa mobil berpenggerak Front Wheel Drive (FWD) ketika melewati jalan yang menanjak. Namun, Cloud EV tampaknya dapat menjawab keraguan tersebut.
Meskipun menggunakan penggerak FWD, torsi instan 200 Nm yang dihasilkan oleh motor listriknya mampu mengatasi berbagai macam tanjakan.
Pengalaman tersebut dapat dirasakan saat mendekati kawasan Gunung Pancar dan jalur menuju Kopi Nako Kebon Djati di Bogor. Meskipun terdapat tanjakan panjang di Summarecon Bogor, Wuling Cloud EV tetap mampu memberikan performa yang baik tanpa menguras tenaga pengemudi.
Saat melewati jalan desa, tidak selalu kita menemukan permukaan jalan yang halus. Namun, suspensi Cloud EV dirancang dengan karakter yang lembut dan tidak mengganggu kenyamanan kabin. Kendaraan ini cukup nyaman saat menghadapi jalan yang berlubang atau bergelombang.
Ketika berhenti di tengah tanjakan, Anda tidak perlu merasa cemas. Fitur Auto Vehicle Hold (AVH) dapat menjaga mobil tetap pada posisinya agar tidak meluncur mundur di jalan yang menanjak. Dengan demikian, fitur ini meningkatkan aspek keselamatan dalam berbagai kondisi jalan.
Apabila di dalam kota sistem pengereman regeneratif terasa kurang efektif, situasinya akan berbeda saat melewati turunan yang curam. Dalam mode 'kuat', sistem ini mampu mengendalikan kecepatan kendaraan layaknya rem mesin pada gigi 2 di mobil manual. Dengan demikian, berkendara menjadi lebih nyaman, tidak mengganggu, dan sangat praktis.
Rangkuman
Mengemudikan Wuling Cloud EV menciptakan pengalaman yang lebih mendalam mengenai mobil listrik paling mewah dari Wuling di Indonesia. Kendaraan ini berhasil mengintegrasikan kenyamanan, fleksibilitas, dan kepraktisan untuk penggunaan sehari-hari.
Dengan harga mendekati Rp 400 juta, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Misalnya, konektivitas smartphone yang kurang memadai, kabin belakang yang terasa panas saat siang hari, serta ketiadaan fitur one-pedal driving.