Pasar Mobil Listrik Turun, Harga Logam Baterai EV Jadi Anjlok
Merdeka.com - Harga logam termasuk nikel, sebagai bahan baku kendaraan listrik (EV) menurun seiring pelambatan terhadap permintaan EV di pasar China. Nilai lithium turun hampir 50 persen dari puncaknya pada musim gugur lalu.
Harga sumber daya tersebut, termasuk kobalt dan nikel, diperkirakan melemah untuk beberapa waktu ke depan. Sebab para produsen merencanakan perluasan output.
Beberapa ahli memprediksi, hal ini justru dapat menurunkan harga kendaraan listrik itu sendiri yang akan berdampak baik pada penyebarannya.
-
Kenapa permintaan nikel untuk baterai kendaraan listrik meningkat? 'Dengan komitmen global untuk mengurangi emisi dan mengadopsi kendaraan listrik, permintaan untuk baterai EV akan terus meningkat, yang pada gilirannya akan mendorong permintaan terhadap nikel,' ujar Toto.
-
Kapan kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik akan mencapai puncaknya? Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat, dan pada tahun 2030 kebutuhan nikel untuk industri baterai sebesar 1.260 kt atau sekitar 26% konsumsi nikel global,' Toto melanjutkan
-
Apa peran nikel untuk baterai kendaraan listrik? 'Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, memainkan peran kunci dalam menyediakan nikel berkualitas yang dibutuhkan untuk pembuatan baterai lithium-ion, yang merupakan komponen vital untuk baterai kendaraan listrik. Nikel meningkatkan densitas energi baterai yang sangat penting untuk meningkatkan jangkauan dan efisiensi EV,'
-
Kenapa harga baterai mobil listrik mahal? Salah satu alasan utama mobil listrik mahal adalah harga baterainya yang tinggi.
-
Berapa harga baterai mobil listrik? Harga baterai sebuah mobil listrik dapat mencapai Rp500 jutaan.
-
Kenapa mobil listrik semakin diminati? Di berbagai negara, termasuk Indonesia, mobil listrik semakin diminati karena keunggulannya yang ramah lingkungan dan efisiensi energi.
Lithium karbonat yang merupakan patokan harga litium dijual rata-rata 177.500 yuan, setara Rp 368,8 juta per ton, dari pertengahan hingga akhir April, berdasarkan data Argus Media.
Ini adalah harga terendah dalam sekitar 19 bulan dan turun 69% dari level tertinggi padaNovember 2022.
Harga mulai naik lagi saat produsen memangkas produksi, lalu mendatar pada Juni. Pada Selasa (27/6), harga mencapai 310.000 yuan atau Rp 644,2 juta, turun 45 persen dibandingkan harga November 2022.
Di hari sama, harga spot kobalt Eropa yang menjadi patokan internasional berada kisaran US$ 15,25 atau Rp 229,7 ribu) per pon. Ini merupakan harga terendah sejak Agustus 2020, turun sebesar 62 persen dari harga puncak Mei 2022.
Sementara itu, harga Nikel ditutup di angka 20.305 USD (Rp 42,1 juta) per ton untukkontrak tiga bulan di London Metal Exchange pada Senin (26/6), anjlok 63 persen dari rekortertinggi pada Maret 2022.
Harga logam baterai mulai naik pada tahun 2021 dan mencapai rekor tertinggi padatahun berikutnya. Hal tersebut dipicu kenaikan permintaan EV di tengah pergeseranglobal menuju pengurangan emisi karbon.
Permintaan akan EV mulai melambat seiring dengan berakhirnya subsidi EV di Chinapada akhir tahun lalu. Penyebaran baterai lithium besi fosfat untuk kendaraan listrik, yangtidak menggunakan kobalt atau nikel juga membantu menurunkan harga.
Sehubungan itu, banyak proyek yang sedang dilakukan untuk meningkatkan produksi logam baterai di Australia dan Chile.
Diketahui, Australia menghasilkan setengah dari lithium dunia, sedangkan Chile menyumbang 20- 30 persen.
Goldman Sachs mengharapkan harga lithium turun tajam dari level saat ini di pasar.
©2021 Merdeka.comDi Indonesia sendiri, produsen bersiap menggenjot produksi nikel. Tak hanya itu, Kongo jugaberencana memperluas produksi kobalt dalam negeri.
"Kami tidak akan kekurangan kobalt untuk beberapa waktu," kata Junichi Tomonodari perusahaan perdagangan logam Jepang Hanwa, dilansir Nikkei Asia, baru-baru ini.
Harga logam baterai lebih rendah diekspektasi dapat membantu penyebaran EVlebih luas lagi. Selain itu, dampak dari harga yang lebih rendah akan signifikan, mengingatbiaya produksi baterai yang menyumbang sepertiga dari biaya produksi EV.
Pada saat bersama, permintaan lithium diperkirakan melonjak dalam jangkapanjang. Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan akan melonjakmenjadi sekitar 13 kali lipat dari 2021 pada tahun 2050 jika target emisi gas rumah kacanet-zero terwujud. Harga kobalt akan naik tiga kali lipat dan harga nikel dua kali lipat,menurut agensi tersebut.
Reporter magang: Vallerie Dominic (mdk/sya)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika Harga Baterai Turun, Maka Mobil Listrik Kian Terjangkau?
Baca SelengkapnyaHarga jual mobil listrik bekas mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, menciptakan gelombang perhatian di pasar otomotif.
Baca SelengkapnyaHarga baterai kendaraan listrik telah turun hingga 90 persen, antara 2008 hingga 2023
Baca SelengkapnyaIndustri kendaraan listrik di Tiongkok berkembang dengan sangat pesat
Baca SelengkapnyaPasar Mobil Listrik di Jerman Nelangsa, Penjualannya Anjlok Parah
Baca SelengkapnyaSalah satu alasan utama penurunan ini adalah persaingan ketat di pasar China
Baca SelengkapnyaPasar Mobil Listrik di Jerman Nelangsa, Penjualannya Anjlok Parah
Baca SelengkapnyaLFP sendiri saat ini tengah hangat diperbincangkan sebagai komponen yang lebih murah dan mudah dibanding nikel.
Baca SelengkapnyaPenurunan ini menjadi yang terbesar sejak pemerintah Jerman mengurangi insentif untuk kendaraan listrik pada Desember tahun lalu
Baca SelengkapnyaHarga mobil listrik diprediksi lebih murah dari mobil konvensional dalam tiga tahun, berkat penurunan harga baterai dan efisiensi produksi.
Baca SelengkapnyaHarga jual mobil listrik bekas mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, menciptakan gelombang perhatian di pasar otomotif.
Baca SelengkapnyaUni Eropa beberapa waktu lalu memberlakukan tarif sementara hingga 37,6% pada impor kendaraan listrik (EV) buatan China untuk melindungi dalam negeri.
Baca Selengkapnya