Dalam waktu tiga tahun, diperkirakan harga mobil listrik akan lebih rendah dibandingkan mobil konvensional.
Harga mobil listrik diprediksi lebih murah dari mobil konvensional dalam tiga tahun, berkat penurunan harga baterai dan efisiensi produksi.
Dalam tiga tahun ke depan, diperkirakan bahwa harga mobil listrik (BEV) akan menjadi jauh lebih terjangkau dibandingkan kendaraan berbahan bakar konvensional (ICE). Perkembangan ini didorong oleh penurunan yang signifikan dalam biaya produksi baterai serta kemajuan teknologi yang cepat.
Menurut laporan dari Carscoop, ada beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan harga mobil listrik. Pertama, harga baterai yang telah mengalami penurunan drastis selama 15 tahun terakhir, serta peningkatan efisiensi dalam proses manufaktur. Laporan dari Kantor Teknologi Kendaraan Departemen Energi (DOE) AS menunjukkan bahwa harga baterai mobil listrik telah menurun hingga 90 persen sejak tahun 2008.
Pada tahun 2008, biaya baterai lithium-ion per kWh tercatat sebesar USD 1.415, yang setara dengan sekitar Rp 22,2 juta. Namun saat ini, harga baterai tersebut telah menurun menjadi sekitar USD 139 per kWh atau sekitar Rp 2,1 juta. Sebagai ilustrasi, baterai untuk mobil listrik Tesla Model Y dengan kapasitas 81 kWh diperkirakan bernilai USD 114.615 atau sekitar Rp 1,7 miliar pada tahun 2008. Sekarang, harganya hanya sekitar USD 11.259 atau Rp 176 juta. "Laporan DOE menunjukkan bahwa penurunan harga baterai sangat mencolok, terutama jika mempertimbangkan inflasi dalam 15 tahun terakhir. Penurunan ini sangat mengesankan, khususnya antara tahun 2009 dan 2023," demikian bunyi laporan tersebut.
Faktor-Faktor Penurunan Harga Mobil Listrik
Selain penurunan harga baterai, efisiensi dalam proses manufaktur juga menjadi salah satu faktor yang berperan dalam penurunan biaya mobil listrik. Menurut penelitian dari firma analisis pasar Gartner, biaya produksi kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) pada tahun 2027 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar internal combustion engine (ICE).
Banyak pabrik mobil listrik, khususnya di China, telah menerapkan sistem otomatisasi yang mengurangi keterlibatan manusia dalam proses produksi. Dengan penerapan teknologi robotik ini, pabrik dapat meningkatkan volume produksi sambil tetap menjaga efisiensi biaya.
Produsen kendaraan bermotor memperkirakan bahwa harga mobil listrik akan segera sebanding dengan harga mobil konvensional sebelum dekade ini berakhir. Oleh karena itu, impian untuk memiliki mobil listrik yang lebih terjangkau dan murah akan segera terwujud.
Produksi Massal dan Tren Terbaru
Sebagai bagian dari inisiatif untuk meningkatkan aksesibilitas mobil listrik yang terjangkau, PT Neta Auto Indonesia dan PT Handal Indonesia Motor baru-baru ini merayakan peluncuran produksi massal pertama mobil listrik Neta V-II di Pondok Ungu, Bekasi pada 31 Mei 2024. Peluncuran ini merupakan tonggak penting dalam meningkatkan jumlah produksi serta menurunkan harga mobil listrik di pasar Indonesia. Dengan berbagai perkembangan ini, diharapkan konsumen akan segera menikmati keuntungan dari harga mobil listrik yang semakin bersahabat. Dengan penurunan biaya produksi dan kemajuan teknologi yang terus berlanjut, mobil listrik diprediksi akan menjadi pilihan yang semakin menarik dibandingkan kendaraan konvensional dalam waktu dekat.