Bikin greget, yuk menulis puisi pakai perasaan

Merdeka.com - Puisi memang indah. Banyak alasan mengapa seseorang bisa suka sama puisi. Nah, kali ini kita bakal bahas tentang salah satu unsur bahasa yang membangun sebuah puisi, yaitu perasaan. Unsur ini sangat menarik untuk dibicarakan karena memang pengaruhnya sangat besar pada keindahan dan kedalaman makna suatu puisi. Yuk simak penjelasannya di bawah ini.

Perasaan (feeling) adalah sikap penyair terhadap objek yang dibicarakan atau diungkapkan dalam puisi. Waktu menulis puisi, suasana perasaan penyair bisa ikut diekspresikan agar dapat dihayati oleh pembaca. Sikap penyair bisa berupa simpati, empati, antipati, rasa benci, setia kawan, dan rasa tidak senang. Setiap penyair memiliki pandangan yang berbeda walaupun objeknya sama.

Misalnya saja, 2 penyair memandang segelas kopi yang sama. Yang satu bisa bahagia saat melihat kopi karena mengingatkannya pada kekasih yang sedang ia rindukan, yang sangat menggemari kopi. Namun penyair yang lainnya bisa sangat membenci kopi, karena minuman ini mengingatkan pada seseorang yang sudah menghancurkan hidupnya. Dari masing-masing penyair ini akan lahir 2 puisi yang bertolak belakang feeling-nya.

Jadi, walaupun kamu dan temanmu melihat objek yang sama saat mencari inspirasi membuat puisi, bisa jadi puisi yang dihasilkan akan sangat berbeda. Untuk mempelajari lebih dalam tentang unsur perasaan dalam sebuah puisi, baca dan analisislah penggalan puisi di bawah ini.

Cinta Yang Agung (Kahlil Gibran)

Adalah ketika kamu menitikkan air mata

dan masih peduli terhadapnya..

Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu

dan kamu masih menunggunya dengan setia..

Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain

dan kamu masih bisa tersenyum bahagia untuknya, sambil berkata

'Aku turut berbahagia untukmu'

Bisakah kamu menangkap apa yang dirasakan Kahlil Gibran saat menulis puisinya? (mdk/iwe)