4 Kisah mengharukan pengorbanan anak cari orangtua yang hilang
Merdeka.com - Kasih ibu..
Kepada beta..
Tak terhingga, sepanjang masa..
-
Apa yang diimpikan anak kurang mampu? Melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi merupakan kesempatan yang tidak semua siswa bisa mendapatkannya. Terlebih bagi siswa yang orang tuanya berasal dari golongan kurang mampu.
-
Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk anak mandiri? Membuat anak menjadi lebih mandiri merupakan tanggungjawab orangtua dan bisa dilakukan secara sederhana.
-
Bagaimana cara mengatasi anak broken home? 'Menjadi utuh lagi adalah impian mereka yang broken home.'
-
Di mana seorang anak berdomisili? Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tua (pasal 47 UU No.1 tahun 1974).
-
Kenapa anak tunggal senang bepergian? Anak tunggal sering merasa bosan dan kesepian jika berada di rumah saja. Sehingga anak tunggal sangat suka berpergian untuk bersosialisasi dengan orang lain. Anak tunggal juga sering mengajak orang tuanya untuk menghabiskan waktu sampai jalan-jalan dan berwisata.
-
Apa yang membuat anak bisa menjadi mandiri? Buat Anak-anak Merasa sebagai “Anak Besar“ Istilah “anak besar“ memang terdengar aneh dan kerap digunakan anak-anak sebagai lawan kata anak kecil. Walau begitu membuat anak merasa besar ini bisa sangat membantu mereka agar lebih mandiri.
Hanya memberi..
Tak harap kembali..
Bagai sang surya, menyinari dunia..
Penggalan lirik di atas adalah lagu yang sangat familiar di Indonesia. Bahkan hampir setiap orang pernah dijejali oleh lagu legendaris itu ketika masa kecilnya.
Makna lirik di atas juga bukan omong kosong. Hingga kini banyak kisah mengharukan anak yang terpisah dengan orangtuanya. Bahkan tak sedikit anak-anak yang merasa rindu pada orangtuanya memutuskan untuk nekat mencari hingga ke luar daerah atau luar kota sekalipun.
Tak punya uang dan tak punya kendaraan bukan jadi masalah untuk seorang anak agar bisa bertemu kembali dengan orangtua tercintanya.
Berikut cerita-cerita mengharukan pengorbanan anak cari orang tuanya seperti dirangkum merdeka.com, Sabtu (5/7):
Kamarudin cari ibunya yang hilang di Malaysia
Kamarudin Agus Tamanhuri (40), masih berharap bisa bertemu kembali dengan ibu kandungnya, Jannati Makyah (60), yang sejak 25 tahun lalu pergi menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia.Buruh kontrak asal Brunowetan, Kecamatan Pakis, Surabaya, Jawa Timur itu tidak putus asa mencari ibunya sejak pertama kali menjejakkan kaki di Malaysia lima tahun lalu. Seperti ditulis Harian Metro, Malaysia.Sejak meninggalkan kampung, kata Kamarudin, ibunya tidak pernah lagi berhubungan dengan anak-anaknya. Ketika itu ibunya mengikuti seorang lelaki sekampung ke Malaysia dan sejak itu tidak kembali pulang. Bahkan sama sekali tidak menghubungi mereka."Bahkan ketika ayah meninggal, ibu juga tidak pulang. Meskipun sudah puluhan tahun berpisah, seluruh keluarga di kampung berharap saya mencari ibu karena mereka senantiasa menunggu kepulangannya ke kampung halaman suatu hari kelak," katanya.Kamarudin tidak tahu pasti apakah ibunya masih hidup atau tidak. Namun demikian dia tetap berharap bisa bertemu wanita yang telah melahirkannya itu.Sesampainya di Malaysia, tepatnya saat bekerja di Seremban, Negeri Sembilan dan Jasin, Melaka, dia selalu bertanya pada pekerja asal Indonesia mengenai keberadaan ibunya itu."Walaupun sudah sekian lama berpisah, saya dan adik-adik serta keluarga di kampung selalu sedih jika mengenang beliau," kata Kamarudin yang sekarang sudah menikah dan dikaruniai tiga anak perempuan berusia empat hingga 13 tahun.Semua cucu ibunya juga selalu bertanya keberadaan nenek yang tidak pernah mereka jumpai itu. "Saya berharap jika ibu masih ada, dapat menghubungi saya atau keluarga," katanya.Di Malaysian, Kamarudin menyebar nomor telepon selulernya. Dia meminta orang yang menemukan Jannati agar menghubungi keluarga di talian dengan nomor 03-41792748 atau 017-2960138.
Kakak adik nekat bersepeda Pemalang-Jakarta cari ibunya
Kerinduan dan kasih sayang anak terhadap seorang ibu bisa mengalahkan segalanya. Itulah kalimat yang bisa mewakili perasaan kedua bocah kakak beradik di bawah umur Supandi (11) dan Firmansyah (9).Pasalnya, hanya karena alasan rindu sudah lama ditinggal oleh ibunya pergi merantau bekerja bersama ayahnya ke Jakarta nekat berboncengan sepeda BMX butut untuk menemui kedua orangtuanya.Dua bocah warga Desa Suru, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah itu diketahui berangkat dari rumah, Senin (28/4) pukul 11.00 WIB sepulang sekolah. Keduanya mengaku sangat rindu kepada ibunya, karena sudah ditinggal pergi mencari nafkah, sejak satu bulan lalu.Selama ditinggal, kedua siswa SD Negeri 03 Suru Pemalang itu hidup bersama sang kakek Wage dan neneknya Warnil. Bukan karena diperlakukan tidak baik yang menjadikan bocah malang ini pergi meninggalkan rumah.Keduanya mengaku sangat merindukan sosok ibu yang senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang kepadanya.Supandi dan adiknya Irfan, ditemukan oleh seorang pria warga Kota Tegal saat beristirahat di tepi Jalan Kolonel Sugiono, Selasa (29/4) petang. Raut wajahnya sangat pucat, lusuh dan tanpa mengenakan alas kaki. Saat ditanya, keduanya mengaku kelelahan dan tidak memiliki bekal apapun untuk pergi ke Jakarta.Pria yang diketahui bekerja menjual gas keliling itu sangat terkejut hingga akhirnya mengajak Supandi dan Firmansyah untuk makan di sebuah warung tenda dekat dengan Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans). Dengan lahapnya, kakak beradik ini menikmati makanan Warung Tegal yang sederhana dan murah itu.Usai makan, kedua bocah anak pasangan Lastri dan Ujang itu diserahkan kepada Kantor Dinsosnakertrans Tegal untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Sebab, keduanya sangat terlihat lemas dan letih untuk bersepeda.Kedua bocah malang itu, oleh Kepala Dinsosnakertrans Kota Tegal, Joko Sukur Baharudin langsung dilarikan ke panti asuhan Suko Mulyo, untuk mendapat perawatan."Mereka ditemukan karyawan gas keliling dan diserahkan kepada kami. Kemudian mereka kami kirim ke panti asuhan biar bisa mandi, lalu diberikan sepasang baju, sandal dan makan malam. Rencananya, Rabu (30/4) pagi ini, mereka akan kami pulangkan ke Bantarbolang," ungkap Joko Sukur kepada sejumlah wartawan Rabu (30/4).Joko menuturkan, keduanya akan dipulangkan ke daerah asal, lantaran dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Termasuk menghubungi kedua orang tuanya yang kini berada di Jakarta."Sangat rawan sekali bagi keamanan mereka. Lebih baik kami pulangkan ke rumah dan menghubungi orang tuanya agar bisa pulang," ucapnya.Kepada sejumlah wartawan, Supandi mengaku sengaja mengajak sang adik, Irfan untuk menemani dirinya ke Jakarta. Mereka sangat merindukan ibunya yang bekerja menjual mie di daerah Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.Sebelum pergi dari rumah, Pandi sempat berselisih dengan kakak tertuanya, Daryati (13). Sebab, Pandi sempat membuat adik sulungnya, Dimas Aji Saputra (4) menangis."Saya nggak boleh masuk ke rumah, gara-gara adik menangis. Saya dimarahi dan dituduh jahil kepada Dimas," ucapnya.Perbuatan tersebut sontak membuatnya sedih dan mengingat sosok Ibu yang selalu memberikan perlindungan. Sekilas, dia akhirnya meniatkan diri untuk pergi menemui Ibunya di Jakarta.Anak pertama pasangan Lastri dan Ujang yakni, Daryati (13), kemudian anak kedua Usmah Yuliana (11), ketiga Supandi, anak keempat Irfan Firmansyah (9) dan anak terakhir Dimas Aji Saputra (4).
Anak korban penculikan 98 mention Prabowo tanya nasib ayah
Cerita kelam para keluarga 13 orang hilang pada 1998 masih menjadi tanda tanya. Padahal, kasus tersebut sudah 16 tahun berlalu. Namun, belum juga ada titik terang.Anak Yadin Muhidin, salah satu aktivis yang masih hilang, Novridaniar Dinis (18) mengaku sampai sekarang mengaku tak pernah lelah mencari keberadaan ayahnya."13 Aktivis itu belum kembali. Jejaknya, sepatunya, kaos kakinya belum kembali," kata Dinis di bilangan Cikini, Jakarta, Senin (23/6).Dinin menceritakan, sebagai salah satu terduga pelaku pelanggaran HAM, Prabowo Subianto seharusnya mengetahui di mana keberadaan para aktivis tersebut. Maka itu, dia kerap bertanya melalui media sosial twitter kepada Prabowo."Kerjaan saya mention Prabowo. Saya selalu menanyakan apa yang dilakukan, dikerjakan ayah saya," ungkapnya.Menurut Dinis, para keluarga sebenarnya hanya ingin mengetahui keadaan para korban penculikan tersebut. Bahkan, dirinya tiap malam menangis lantaran teringat ayahnya."Untuk jawaban hidup atau mati saja susah. Saya tiap malam nangis," terangnya.Untuk diketahui, sejumlah aktivis pro-demokrasi dihilangkan paksa oleh alat-alat negara menjelang pelaksanaan Pemilu 1997 dan Sidang Umum MPR 1998.Selama periode itu, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat 23 orang telah dihilangkan. Dari jumlah itu, satu orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9 orang dilepaskan penculiknya dan 13 lainnya masih hilang hingga hari ini.Mereka yang belum kembali adalah Wiji Thukul, Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin dan Abdun Nasser.
Modal Rp 20 ribu, Suwandi nekat ke Jakarta cari ayah tiri
Inilah perjuangan Suwandi (12). Bocah ini nekat mencari ayah tirinya dari Cianjur ke Jakarta hanya dengan bermodalkan uang sebesar Rp 20.000 saja.Suwandi mencari Tarmo (42), ayah tirinya yang bekerja sebagai kuli panggul di wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat, sejak setahun lalu. Namun nahas baginya. Bukannya bertemu dengan sang ayahanda, Suwandi justru menjadi korban human trafficking oleh seseorang yang baru dikenalnya di Jakarta.Suwandi mengaku sudah tak tahan menyimpan rasa kangen, kasih sayang dan perhatian dari sang ayah. Akhirnya dirinya pun nekat mencari ayahnya tersebut ke ibu kota dengan menaiki bus jurusan Cianjur-Kampung Rambutan setelah bertemu dengan seorang polisi."Pak polisi naikin saya ke bus tujuan Jakarta, saat saya menanyakan keberadaan Ayah saya yang bekerja di Jakarta," kata Suwandi di Mapolres Jakarta Utara, Jumat (4/7).Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam dan sampai di Jakarta, Suwandi bingung harus kemana. Namun pada saat itu ada seseorang yang menghampirinya dan mengajaknya berkenalan. Seketika itu juga Suwandi mau diajak untuk tinggal bersama pria tersebut di sebuah kolong jembatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.Setelah beberapa lama tinggal di sana, tak disangka oleh Suwandi, pria yang dipanggil abang olehnya tersebut justru malah memeras keringatnya untuk memperoleh uang di jalanan."Saya tiap harinya disuruh ngamen di jalan, kadang juga bawa topeng monyet," ujarnya.Selama setahun mengamen di sekitaran daerah Kali Malang, Jakarta Timur, dengan penghasilan seharinya sekitar Rp 50.000 setiap harinya dan disetor kepada pria yang menampung dia selama sebesar Rp 40 ribu. Kemudian beberapa bulan lalu Suwandi sempat terjaring oleh Satpol PP dan sempat ditampung di rumah penampungan Dinas Sosial Cengkareng, Jakarta Barat.Seakan gerah dan tak betah hidup di tempat penampungan. Dua bulan kemudian dirinya pun nekat melarikan diri dan berusaha kembali ke niat awalnya untuk mencari sang ayah tirinya tersebut.Namun lagi-lagi jerih payah bocah malang itu pun harus dibayar dengan mahal. Akibat tidak mampu membeli makanan dan minuman, kondisi tubuhnya menurun dan jatuh sakit hingga terkapar lemas di jalanan.Sekretaris Kelurahan Penjaringan Bambang Mugiarto mengatakan, pihaknya mendapatkan laporan ketua RT 02 RW 04 Zaenudin yang menemukan seorang anak dalam keadaan terkapar di daerah Pasar Ikan, Penjaringan pada hari Minggu (29/6) lalu."Suwandi ditemukan dalam keadaan lemas dan tak mengucapkan sepatah kata pun, sehingga dibawa ke Puskesmas Penjaringan dan diketahui sakit tipus sehingga dirujuk ke RSUD Koja dan kami titipkan kepada Sudin Sosial," kata Bambang.Sementara itu Perwakilan Lembaga Perlindungan Anak Suku Dinas Sosial Jakarta Utara, Rika Sutiyo menuturkan pihaknya dititipkan Suwandi oleh sudin sosial Jakarta Utara untuk menampung bocah malang tersebut sementara waktu."Suwandi dirawat di RSUD Koja selama 3 hari, saat ini kami tampung di rumah aman," ucapnya.Pihaknya juga sudah meminta bantuan kepada unit PPA Polres Metro Jakarta Utara agar bekerja sama dengan Polres Cianjur untuk mencari Yanti ibu kandung Suwandi serta alamat Suwandi di Cianjur.
(mdk/gib)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah wanita berjuang sendiri usai orang tuanya meninggal dunia. Bikin takjub warganet.
Baca SelengkapnyaKepedihan tersebut seketika tergantikan dengan kebahagiaan lantaran si bungsu lolos Bintara Polri.
Baca SelengkapnyaVideo anak kecil yang merindukan sosok ayahnya ini bikin haru.
Baca SelengkapnyaTak disangka keduanya bertemu melalui media sosial Instagram.
Baca SelengkapnyaKisah persahabatan ini kian menyentuh hati para warganet. Seperti apa kisah selengkapnya?
Baca SelengkapnyaBerikut kisah cewek yang wisuda sendirian tanpa kehadiran orang tuanya.
Baca SelengkapnyaDari sebuah rekaman CCTV terlihat anak itu dibawa seorang laki-laki dan perempuan yang berboncengan menggunakan sepeda motor.
Baca SelengkapnyaSang kakak laki-laki ini sampai masuk grup sekolah adiknya dan dipanggil 'Bu' dikira ibunya.
Baca SelengkapnyaPerjuangan dan pengorbanannya ini tak hanya menyentuh hati banyak orang, tetapi juga menuai simpati luas dari warganet.
Baca SelengkapnyaDi momen pertemuan ini, sang ibu membawa jarik seolah akan menggendong anaknya yang saat itu hilang saat ia duduk di kelas 3 atau 4.
Baca SelengkapnyaMomen kedekatan ayah dan anaknya berhasil membuat iri warganet.
Baca SelengkapnyaLama tak ketemu sang ayah yang bertugas di luar negeri, seorang bayi menangis lantaran tak mengenali ayahnya yang merupakan seorang prajurit TNI.
Baca Selengkapnya