Analisis Gempa NTT dan Sesar yang Tak Diprediksi
Merdeka.com - Gempa dengan magnitudo 7,4 yang mengguncang Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Selasa (14/12) mengejutkan banyak pihak. Sebab, titik gempa yang bersumber di Laut Flores merupakan sesar yang belum masuk dalam pemetaan aktivitas gempa di Indonesia.
Daftar lokasi sumber gempa sedianya telah tercantum dalam sebuah produk akademis dari pelbagai ahli, yang dimuat dalam sebuah jurnal ‘Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia’ pada tahun 2017. Data-data sesar yang berpotensi aktif dan aktif terus diperbarui setiap 5 tahun.
Lantas, mengapa lokasi gempa yang terjadi di Larantuka tidak masuk peta?
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Dimana gempa bumi terjadi? Gempa tersebut persisnya berada di wilayah lautan Samudera Hindia, dengan kedalaman 10 kilometer, titik koordinat 105,9 BT dan 7,61 LS, berjarak sekitar 85,7 km barat daya Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
-
Dimana negara rawan gempa berada? Statista mengumpulkan data antara tahun 1990 hingga 2022, untuk menilai bagian dunia mana yang paling rawan gempa.
-
Kapan gempa terjadi? Gempa di Batang pada Minggu (7/7) kemarin menyisakan luka yang mendalam bagi para korban yang terkena dampaknya.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
Pakar Geodesi dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano menjelaskan, bukan hal mudah dan sangat kompleks menentukan sesar aktif di Indonesia. Jika hanya memperkirakan sesar berpotensi aktif, para pakar dengan mudah menjawabnya.
"Ada beberapa yang mengatakan bahwa ada sesar yang berpotensi untuk aktif itu jauh lebih sederhana, dilihat dari data topografi kemudian kita diskusikan. Yang kita sebut capable, memiliki kemampuan untuk aktif, tapi bukan sesar aktif ya, karena sesar aktif itu harus tadi, tiga data bersamaan," jelas Irwan kepada merdeka.com, Rabu (15/12).
Sesar berpotensi aktif dengan sesar aktif memiliki standar indikator yang berbeda. Sesar yang berpotensi aktif, belum memiliki data awal terkait frekuensi aktivitas sesar, besaran pergeseran tektonik per tahun.
Sementara untuk sesar aktif, Irwan menekankan, tiga variable wajib dipenuhi untuk menentukan sesar aktif, yaitu; data dari geologi, data dari seismologi (data bukti gempa) dan data pergerakan sesar.
Jika ketiga variabel terpenuhi, sesar tersebut dapat dimasukan ke dalam daftar jurnal Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia.
Berkaca pada kejadian gempa di Larantuka yang bersumber di laut, Irwan menyampaikan, sangat sulit meneliti aktivitas sesar di laut. Berbeda dengan meneliti sesar daratan, dengan memantau topografi, peneliti mendapatkan kemudahan pakem tertentu untuk mengklasifikasi sesar potensi aktif dan aktif.
"Selama ini enggak ketahuan, masalahnya sumber gempanya di laut, karena kita mesti punya jaringan yang rapat di lautan dan prioritas dengan sumber dana yang kita miliki ya kita prioritaskan yang bisa kita kerjakan dulu. Menurut saya itu sangat manusiawi," ucapnya.
Gempa Larantuka Akibat Sesar Geser
Sementara itu, Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eko Yulianto, menilai, gempa magnitudo 7,4 di Larantuka disebabkan oleh sesar geser bukan sesar naik Flores.Dengan demikian, kejadian gempa itu bukan merupakan perulangan dari gempa di Flores pada 12 Desember 1992 yang diikuti gelombang tsunami yang menewaskan 2.100 jiwa.
"Dari mekanisme fokalnya gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar geser," kata Eko.
Eko menuturkan, dari aktivitas gempanya, sesar geser secara umum bisa memicu tsunami tapi kecil. Kalaupun ada tsunami, kemungkinan tsunami kecil karena sesar geser.
Sesar geser sebagian besar tidak memicu tsunami. Namun dalam beberapa kasus, sesar geser bisa memicu tsunami seperti tsunami Palu pada 2018.
Gempa di Flores dengan tsunami mencapai 36 meter pada 1992 dipicu oleh aktivitas sesar naik Flores (back-arc thrust). Sesar naik Flores juga memicu gempa Lombok pada 2018.
Sesar ini memanjang arahnya dari barat ke timur. Namun, gempa Larantuka tidak berkaitan dengan sesar naik Flores yang memicu peristiwa gempa dan tsunami pada 1992 tersebut.
4 Jenis Sesar
Mengutip penjelasan dari situs ESDM Provinsi Lampung, ada empat jenis sesar;
Sesar normal
Aktivitas sesar normal adalah apabila batuan yang menumpu merosot ke bawah akibat batuan yang menumpu di kedua sisinya bergeser atau bergerak menjauh. Sesar normal kerap terjadi di daerah slab atau intra-plate seperti Kepulauan Maluku dan Sulawesi.
Sesar naik (reverse/thrust)
Sesar naik adalah batuan yang menumpu terangkat ke atas akibat batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling mendorong. Sesar naik terjadi di sepanjang daerah subduksi palung Jawa, sepanjang pantai luar barat Sumatera menerus hingga selatan Jawa dan Nusa Tenggara.
Sesar geseran jurus atau mendatar (strike-slip)
Sesar geseran jurus adalah apabila kedua batuan bergerak saling menggelangsar. Sesar strike-slip terjadi di daratan Sumatera dengan sesar Semangko membujur dari Ujung Semangko menerus sepanjang bukit barisan membelah pulau Sumatera dan berakhir di Aceh.
Sesar normal dan sesar naik menghasilkan perpindahan vertikal. Sedangkan sesar geseran jurus menghasilkan perpindahan horizontal.
Keempat, Sesar Omblique
Sesar ini merupakan kombinasi antara sesar vertikal dan horizontal.
Dikelilingi 295 Sesar Aktif
Indonesia sendiri dikelilingi 295 sesar aktif. Sesar aktif itu berada sepanjang selatan pulau Jawa, Sumatera, NTT hingga naik ke atas laut banda.
"Ada 295 sesar," kata Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Pusat Studi Gempa Nasional BMKG Daryono lewat pesan singkat kepada merdeka.com, Rabu (15/12).
Dikutip dari antara, sesar aktif itu di antaranya sesar Semangko. Sesar yang bergerak mendatar dan membentang sepanjang 1.900 kilometer dari sisi barat Pulau Sumatera. Laju pergeseran sesar ini mencapai 5 milimeter per tahun.
Kemudian sesar Mentawai. Sesar yang bergerak naik dan memanjang di Kepulauan Mentawai dari utara ke selatan. Pergerakan sesar ini 14-15 milimeter per tahun.
Selanjutnya sesar Palu Koro. Sesar yang bergerak mendatar dan membelah pulau Sulawesi dari teluk Palu hingga lembah Bone. Pergerakan sesar ini mencapai 30-44 milimeter per tahun.
Sesar Sorong. Sesar mendatar yang terbentuk akibat benturan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Pasifik. Pergerakan sesar Sorong ini tercatat 8,5 milimeter per tahun.
Sesar Cimandiri. Sesar geser yang membentang dari Pelabuhan hingga Subang. Pergerakan sesar ini 4 milimeter per tahun.
Sesar Lembang. Sesar naik yang membentang dari gunung batu Lembang hingga Padalarang sepanjang 29 kilometer. Pergerakannya 1,5 milimeter per tahun.
Sesar Opak. Sesar naik yang membentang dari dataran tinggi Wonosari hingga Yogyakarta. Pergerakannya 2,4 milimeter per tahun.
Sesar Kambing. Sesar naik yang melalui pulau Kambing. Sesar ini diduga mengangkat pulau Kambing ke permukaan laut. Pergerakannya 5,5 milimeter per tahun.
Penting Pengetahuan Risiko Bencana
Prioritas Irwan sebagai peneliti, sejatinya tidak hanya pendanaan ataupun sumber daya manusia. Bahkan jika dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand, Indonesia memiliki kapasitas dan kualitas baik dari segi pendanaan dan sumber daya.
Pemerintah dan para pemangku kebijakan sedianya memanfaatkan dana untuk langkah-langkah proaktif kepada masyarakat agar mendapat pengetahuan tentang risiko kebencanaan.
"Pengetahuan akan risiko ini poin yang sangat penting, risk understanding itu harus ditanamkan di masyarakat kita," ujarnya.
Sebab menurut Irwan, respon masyarakat dalam menghadapi satu bencana tergantung sejauh mana pengetahuan akan risiko bencana.
Pengetahuan akan risiko bencana seharusnya menjadi proses pendidikan yang dapat diterima masyarakat Indonesia. "Literasi bencana itu harus menjadi bagian dari proses pendidikan kita," tutup Irwan. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gempa magnitudo 7,2 terjadi di Laut Banda, wilayah Tanimbar
Baca SelengkapnyaGempa bumi ini menjadi perhatian serius BNPB untuk mempelajari titik sesar gempa yang belum terpetakan untuk meminimalisir banyaknya korban jiwa.
Baca SelengkapnyaGempa ini tidak menimbulkan tsunami di wilayah Kupang, NTT.
Baca SelengkapnyaMenurut BMKG, mencatat gempa bumi itu berpusat di laut, tepatnya di koordinat 7,37 lintang selatan dan 121,97 bujur timur atau 141 km barat laut Maumere.
Baca SelengkapnyaBadan Geologi Kementerian ESDM memaparkan analisis tentang gempa bumi magnitudo 6,2 yang mengguncang wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaGempa bumi yang terjadi merupakan jenis menengah akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Laut Filipina.
Baca SelengkapnyaGempa dirasakan di pelbagai wilayah NTT. Gempa sebelumnya terjadi pada Senin (24/7) siang.
Baca SelengkapnyaMaluku diguncang gempa magnitudo 5, dipicu Slab Lempeng Banda
Baca SelengkapnyaGempa bumi itu berpusat di laut pada kedalaman 10 kilometer di koordinat 9.68 lintang selatan dan 107.41 bujur timur.
Baca SelengkapnyaGempa ini dilaporkan tidak memicu gelombang tsunami.
Baca SelengkapnyaMakna kalimat tinggal menunggu waktu muncul lantaran Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memang dalam kondisi geografis yang dapat memicu gempa besar.
Baca SelengkapnyaBencana gempa 6,2 magnitudo sempat membuat air laut di Pantai Sayangheulang surut.
Baca Selengkapnya