Berapa Banyak Peluru Yang Dibawa Prajurit Kopassus TNI AD Saat Bertempur?
Merdeka.com - Dalam setiap pertempuran, peluru atau amunisi sangat diperlukan prajurit TNI untuk menghancurkan lawan. Lalu berapa banyak peluru yang dibawa seorang prajurit Kopassus TNI AD ke medan tempur?
Jumlahnya ternyata beragam. Berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan misi yang diemban.
Berikut beberapa contoh bekal peluru yang dibawa saat prajurit TNI bertempur:
-
Apa yang diamankan oleh prajurit TNI? Menariknya, penyusup yang diamankan ini bukanlah sosok manusia.
-
Apa yang dibagikan kepada prajurit TNI? Nasi berbungkus daun pisang dibagikan.
-
Apa yang di serahkan ke TNI? Kementerian Pertahanan sendiri sebelumnya memang telah memesan lima unit C-130J Super Hercules.
-
Kenapa Kopassus hanya membawa sedikit peluru? Agum pun memerintahkan anak buahnya tidak membawa banyak peluru dan granat. Menurutnya hal itu tak berguna dan malah menciptakan kesan menakutkan bagi warga desa. Setiap prajurit hanya dibekali 10 butir peluru. Selesai patroli dicek lagi berapa jumlah peluru yang terpakai. “Karena sebagai pasukan khusus, satu peluru itu ya satu nyawa,“ tegas Agum.
-
Apa yang diselamatkan oleh para perwira TNI? Semua kembali ke staf dengan membawa uang untuk pasukan-pasukan dan dinas-dinas untuk melaksanakan secara resmi timbang terima uang itu.
-
Apa yang dilakukan TNI? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
750 Butir Saat Merebut Dili
Komandan Nanggala V/Kopasandha Letkol Inf Soegito diterjunkan untuk merebut Dili. Perwira Kopassus itu diserahi tiga sasaran penting: Bandara Dili, pelabuhan dan pusat pemerintahan tanggal 7 Desember 1975.
Pasukan baret merah itu dilengkapi dengan parasut utama T-10 dan senapan serbu AK-47. Setiap orang menerima 750 butir peluru kaliber 7,62 mm. Mereka juga membawa dua buah granat, ransum tempur untuk tiga hari. Para personel juga membawa ransel berisi baju loreng, baju kaos, sepatu lapangan dan topi rimba.
Letkol Soegito membawa senapan AK-47 dengan popor lipat. Karena perokok berat, Soegito memilih meninggalkan 100 butir peluru dan menggantinya dengan empat slof rokok demikian ditulis dalam biografi 'Letjen (Purn) Soegito: Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen', yang ditulis Beny Adrian dan diterbitkan PT Gramedia, Jakarta.
Bekal dan 750 butir peluru itu dialokasikan untuk tiga hari pertempuran. Target mereka, seluruh sasaran harus dikuasai sebelum tiga hari. Atau kalau perlu merebut amunisi dan makanan dari musuh.
10 butir Peluru
Jenderal Agum Gumelar mengisahkan penugasannya di Timor-Timur tahun 1982-1983. Saat itu Agum menemui pemimpin Fretilin Vincencio Vieras yang bersarang di Gunung Kablaque. Agum ingin menggunakan cara persuasif mengajak Vincencio untuk meletakan senjata dan kembali ke masyarakat. Dia mengaku selalu menggunakan cara persuasif untuk mengajak para gerilyawan fretilin.Kisah ini dituturkan Agum dalam biografinya yang berjudul Jenderal Bersenjata Nurani. Diterbitkan Pustaka Sinar Harapan tahun 2004.Tak cuma itu, Agum pun tak mengizinkan anak buahnya membawa senjata, granat dan amunisi yang banyak. Menurutnya hal itu tak berguna dan malah menciptakan kesan menakutkan bagi warga desa.Setiap prajurit hanya dibekali 10 butir peluru. Selesai patroli dicek lagi berapa jumlah peluru yang terpakai."Karena sebagai pasukan khusus, satu peluru itu ya satu nyawa," kata Agum.
Tak Satu Butir Pun
Dalam sebuah misi, kadang malah prajurit Kopassus tak membawa senjata dan peluru. Kisah ini diceritakan seorang perwira Kopassus yang mendapat tugas masuk ke sarang GAM. Dia tak membawa senjata dan satu butir peluru pun. Masuk ke pedalaman jauh ke daerah yang saat itu merupakan basis Gerakan Aceh Merdeka. Tujuannya membujuk sekelompok pengikut GAM menyerah.
Untuk menunjukkan itikad baik, dia tak membawa senjata. Hal ini sangat berisiko, namun cara tersebut harus tetap ditempuh.Upayanya tak sia-sia. Dia berhasil membujuk kelompok GAM itu untuk turun gunung dan kembali ke pangkuan NKRI. Kadang untuk mengalahkan musuh, tak perlu satu butir peluru pun meletus. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meraih baret merah dan brevet komando, simbol kebanggaan unit ini, bukanlah hal yang bisa dianggap enteng.
Baca SelengkapnyaPrajurit menembak menggunakan meriam hingga rudal hingga pesawat hancur berkeping-keping.
Baca SelengkapnyaSenjata tersebut untuk perlindungan diri anggota ketika menghadapi ancaman kejahatan dan mengamankan pelaku kejahatan.
Baca SelengkapnyaBerikut momen Jenderal Agus Subiyanto datangi Kopassus bertemu para jago tembak TNI AD.
Baca SelengkapnyaSniper itu merupakan bagian dari 100 personel Wing Komando I Kopasgat yang dikirimkan ke Bali.
Baca SelengkapnyaSuper Tucano terbilang cukup lincah dan memberikan tingkat survivability cukup tinggi
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengaku merasakan duka mendalam atas gugurnya prajurit-prajurit terbaik bangsa tersebut.
Baca SelengkapnyaBerikut momen Jenderal Agus Subiyanto memberikan pesan dan motivasi kepada para prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaDi atas mobil, Prabowo tampak meninjau alat tempur dengan memakai seragam TNI yang dilengkapi pangkat bintang 4 dan sederet tanda kehormatan.
Baca SelengkapnyaTNI mendapatkan hadiah berupa ratusan unit alat peralatan pertahanan dan keamanan
Baca SelengkapnyaPrabowo menegaskan, beli alutsista hanya untuk memperkokoh pertahanan Indonesia.
Baca SelengkapnyaUnggahan terbaru Kopral Bagyo sampaikan nasihat untuk para prajurit muda TNI.
Baca Selengkapnya