Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bertahan hidup dari puing bencana di Palu

Bertahan hidup dari puing bencana di Palu gempa palu. ©Liputan6.com/nandaperdanaputra

Merdeka.com - Seorang petugas kepolisian memberikan imbauan lewat pengeras suara di kawasan pergudangan, Pantai Mamboro, Palu, Sulawesi Selatan. Dia meminta warga yang sibuk mengais sisa puing akibat bencana gempa dan tsunami agar menghentikan aksinya.

"Seluruh barang ini ada yang memiliki. Jika tetap mengambil artinya telah melakukan tindak pidana pencurian," tegas polisi melalui speakernya, Sabtu (13/10).

Sayup-sayup suara itu tersapu angin. Sejumlah warga tidak menggubris sambil terus mencari barang yang dibutuhkan. Semuanya kategori rongsokan.

Meski cuaca panas terik, praktik bolak-balik mengambil kayu dan besi tetap dilakoni. Bahkan di antara mereka dibantu bocah untuk mencari dan menaikkan puing ke bak motor roda tiga.

Di kepala mereka, sulit terbayang melanjutkan hidup di kota rusak akibat bencana itu. Yang memungkinkan hanyalah mengumpulkan pundi rupiah dengan onggokan barang rongsokan.

Hal itu dialami Suahimi. Dengan perlengkapan gergaji besi, palu, dan linggis, tangannya lihai memangkas besi menjadi potongan kecil dengan panjang sekitar 30 sentimeter.

"Sangat sulit hidup di sini sekarang. Buat nambah-nambah hidup," tutur Suhaimi saat berbincang dengan Liputan6.com di lokasi, Sabtu (13/10).

Suhaimi membawa karung untuk mengangkut rongsokannya. Satu persatu disusun rapih hingga dapat memuat banyak besi. Meski ada polisi, dia tetap melanjutkan aktivitasnya.

Rumah wanita berusia 39 tahun di kawasan pantai tersebut habis disapu tsunami. Kini lewat puing besi, dia berharap dapat menyambung hidup.

"Di pengepul Rp 7 ribu sampai Rp 10 ribu per kilonya," kata Suhaimi.

Sama halnya dengan warga lain, Rudi. Dia dibantu tiga bocah mengangkut puing kayu dan barang elektronik yang rusak ke bak motor roda tiganya. Dengan semangat anak-anak itu menyisir pergudangan.

Pria usia 30 tahun itu biasa berprofesi sebagai nelayan. Rasa takut melaut akibat tsunami membuatnya bertahan sementara lewat mengumpulkan rongsokan.

"Besi bisa dilebur. Untungnya juga lumayan. Kipas rusak ini nanti coba bisa jadi uang," kata Rudi.

Reporter: Nanda Perdana PutraSumber: Liputan6.com

(mdk/fik)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Tak Tega Lihat Anak Sekolah Jalan Kaki, Pria Ini Beri Tumpangan dan Beri Uang Saku
Tak Tega Lihat Anak Sekolah Jalan Kaki, Pria Ini Beri Tumpangan dan Beri Uang Saku

Ada banyak cara untuk menjadi orang baik seperti yang dilakukan pria ini.

Baca Selengkapnya
Tanpa Makeup & Berpakaian Sederhana, Potret Istri Jenderal Main Bareng Anak Pengungsi Erupsi Lewotobi Laki-Laki
Tanpa Makeup & Berpakaian Sederhana, Potret Istri Jenderal Main Bareng Anak Pengungsi Erupsi Lewotobi Laki-Laki

"Bagi anak-anak, perhatian ini membawa keceriaan di tengah suasana pengungsian, dan bagi orang tua."

Baca Selengkapnya
Jauh dari Gadget, Begini Keseruan Anak-anak di Kampung Pasir Gudang Cianjur Isi Waktu Luang
Jauh dari Gadget, Begini Keseruan Anak-anak di Kampung Pasir Gudang Cianjur Isi Waktu Luang

Anak-anak di Kampung Pasir Gudang tidak bermain gadget saat mengisi waktu luang, melainkan mencari belut di sawah.

Baca Selengkapnya
Miris, Istri Meninggal Dunia Pria Ini Gendong Dua Balita Cari Rongsokan dan Tempat Tinggal
Miris, Istri Meninggal Dunia Pria Ini Gendong Dua Balita Cari Rongsokan dan Tempat Tinggal

Ditinggal istri wafat, pria ini harus mengurus tiga balita seorang diri.

Baca Selengkapnya
Aksi Heroik Perwira Polisi di Rokan Hulu Evakuasi Nenek Sahar Berusia Hampir Seabad dari Banjir
Aksi Heroik Perwira Polisi di Rokan Hulu Evakuasi Nenek Sahar Berusia Hampir Seabad dari Banjir

Dari ratusan korban terdampak banjir, tampak seorang lansia yang berusia nyaris seabad diselamatkan polisi.

Baca Selengkapnya
Orang Tua ke Hutan Berbulan-bulan, Bocah Papua Ini Hanya Tinggal Berdua dengan Adiknya
Orang Tua ke Hutan Berbulan-bulan, Bocah Papua Ini Hanya Tinggal Berdua dengan Adiknya

Bocah Papua harus rela tinggal berdua dengan adiknya selama berbulan-bulan karena orang tua mereka bekerja mencari kayu gaharu di tengah hutan.

Baca Selengkapnya
Kisah Pilu Siswa SD di Serang, Demi Sekolah Bertaruh Nyawa Sebrangi Sungai Besar dengan Rakit hingga Harus Berenang
Kisah Pilu Siswa SD di Serang, Demi Sekolah Bertaruh Nyawa Sebrangi Sungai Besar dengan Rakit hingga Harus Berenang

Setiap hari anak-anak di kampung ini harus bertaruh nyawa untuk menuju sekolah menggunakan rakit, lantaran tak ada akses jembatan.

Baca Selengkapnya