Buruh Pabrik Rokok di DIY Tolak Perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Merdeka.com - Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang rutin diperingati setiap tanggal 31 Mei mendapatkan penolakan dari para buruh rokok di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Para buruh menilai kampanye antitembakau berdampak terhadap kondisi perekonomian mereka.
Ketua Forum Serikat Pekerja Rokok Tembakau, Makanan-Minuman, Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Waljid Budi Lestarianto menilai kampanye Hari Tanpa Tembakau ini memicu penurunan produksi rokok dan berdampak pada pendapatan para buruh rokok.
Waljid menuturkan, tembakau dan olahannya hingga saat ini di Indonesia belum menjadi barang atau produk yang dilarang pemerintah, sehingga perayaan Hari Tanpa Tembakau seharusnya tidak ada.
-
Bagaimana Hari Anti Narkotika Internasional dirayakan? Melalui kampanye dan kegiatan yang diadakan di berbagai negara, Hari Anti Narkotika Internasional bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya narkotika serta mempromosikan solusi dan langkah-langkah pencegahan.
-
Kapan Hari Buruh diperingati? Hari Buruh Internasional rutin diperingati setiap 1 Mei sebagai bentuk solidaritas atas perjuangan kaum buruh.
-
Apa yang dirayakan di Hari Buruh? Tujuan tersebut adalah memberi kesempatan bagi para buruh untuk memberikan penghormatan dan pengakuan terhadap peran pekerja dalam banyak hal seperti pembangunan infrastruktur dan penyediaan layanan penting bagi masyarakat.
-
Kapan buruh memperingati hari buruh? Sejak saat itu hari buruh diperingati di seluruh dunia pada tanggal 1 Mei.
-
Kenapa Hari Buruh diperingati? Peringatan ini tak lain untuk merayakan pencapaian para pekerja.
"Kalau tembakau itu masih boleh ditanam, masih boleh diproduksi, dikonsumsi mengapa ada peringatan itu (Hari Tanpa Tembakau). Kami meminta pemerintah melarang peringatan itu. Kecuali jika pemerintah telah menetapkan tembakau itu sebagai barang yang dilarang seperti ganja," tegasnya.
Pemerintah Dapat Keuntungan
Waljid menjabarkan alasan lain Hari Tanpa Tembakau harus ditolak, karena pemerintah mendapatkan sejumlah keuntungan dari tembakau maupun hasil olahannya. Waljid menuturkan selama ini hasil dari 70 persen penjualan rokok diambil pemerintah dalam bentuk cukai. Jumlah pemasukan masih ditambah dengan PPN 11 persen dan penerimaan daerah 10 persen.
"Dana dari cukai selama ini dinikmati oleh pemerintah. Ini dipakai untuk menambal kekurangan anggaran pemerintah, seperti untuk menalangi BPJS. Kalau pemerintah masih mengandalkan dana dari cukai sebaiknya Hari Tanpa Tembakau ini dilarang di Indonesia," ungkap Waljid.
Waljid menilai kampanye Hari Tanpa Tembakau mengurangi produksi hasil olahan tembakau di pabrik-pabrik. Hal itu membuat khawatir para pekerja-pekerja di sektor olahan tembakau.
"Ada 6 pabrik rokok di DIY. Total buruhnya ada hampir 5.000 orang. Sementara untuk lahan pertanian tembakau di DIY ada ratusan hektare. Kalau tembakau dilarang terus, bagaimana nasib mereka," papar Waljid.
Solusi untuk Buruh
Dia menantang para aktivis antitembakau maupun pemerintah untuk mengeluarkan roadmap tentang tembakau dan industrinya. Roadmap ini, sambung Waljid, misalnya berisi rancangan larangan tentang tembakau 10 tahun mendatang.
"Misalnya 10 tahun atau 15 tahun mendatang tembakau dilarang. Beri buruh-buruh ini keterampilan lain selain melinting rokok, misalnya. Kalau mereka mau pindah ke garmen bisa diajarkan menjahit, atau mereka diberi keterampilan untuk membuka UMKM sendiri, sehingga kalau tembakau dilarang dan pabrik tutup para buruh ini masih punya penghidupan dan penghasilan," tegasnya.
"Kita perlu win-win solution. Jangan cuma teriak antitembakau saja tapi nasib buruh-buruh di pabrik rokok ini juga dipikirkan masa depannya. Intinya soal tembakau atau tidak, buruh punya kepastian untuk bekerja dan memiliki upah yang layak. Terserah mau kerja di pabrik rokok atau di mana pun," imbuh Waljid.
Waljid menambahkan dirinya dan buruh-buruh rokok sebenarnya ingin berdiskusi dengan orang-orang dari bidang kesehatan. Namun setiap kali ingin berdiskusi, sambungnya, niat mereka tak pernah menanggapi.
"Kita senang kalau diajak diskusi. Selama ini teman-teman kesehatan belum pernah diskusi dengan kami. Kami sering undang tapi mereka nggak pernah datang. Kalau seperti ini kan tidak ada titik temu. Maka dari itu lebih baik Hari Tanpa Tembakau ini dilarang saja perayaannya di Indonesia karena tidak menyelesaikan masalah buruh pabrik rokok," pungkas Waljid.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Kami juga meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali terkait kenaikan tahunan cukai hasil tembakau."
Baca SelengkapnyaSalah satu yang dikhawatirkan yakni kenaikan cukai 2025
Baca SelengkapnyaAdvokasi terhadap Industri Hasil Tembakau menjadi agenda prioritas demi menjaga keberlangsungan hidup para pekerja
Baca SelengkapnyaKini, industri tembakau tengah menghadapi berbagai tantangan, termasuk terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024.
Baca SelengkapnyaKeberlangsungan tenaga kerja sangat bergantung terhadap sikap pemerintah yang bertanggung jawab atas kewenangannya.
Baca SelengkapnyaLangkah untuk turun ke jalan menyuarakan aspirasi pun menjadi pertimbangan mengingat pihaknya telah berkirim surat kepada pemangku kepentingan.
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan kenaikan penerimaan cukai sebesar 5,9 persen menjadi Rp244,198 triliun.
Baca SelengkapnyaBuruh merasa selama ini aspirasinya tidak didengar hingga memicu demo ratusan massa di Kemenkes.
Baca SelengkapnyaPetani termbakau tegas menolak aturan-aturan yang berdampak pada mata pencariannya.
Baca SelengkapnyaDewan Pimpinan Daerah Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (DPD APTI) Jawa Barat, Nana Suryana dengan tegas menyatakan tak setuju terhadap kebijakan tersebut.
Baca SelengkapnyaHari Buruh pada 1 Mei merupakan peringatan yang dirayakan di seluruh dunia untuk menghormati perjuangan dan kontribusi para pekerja dalam mencapai hak-haknya.
Baca SelengkapnyaKorlap Aksi May Day, Ida I Dewa Made Rai Budi Darsana mengatakan, ada 10 tuntutan yang disampaikan dalam aksi kali ini.
Baca Selengkapnya