Capim KPK Fitroh Rohcahyanto Bicara Loyalitas: Bukan kepada Perseorangan, tapi Negara
Fitroh merupakan seorang jaksa dan mantan Direktur Penuntutan KPK, yang setelah 11 tahun bertugas di lembaga antirasuah kini ditarik kembali ke Kejagung.
Calon Pimpinan (Capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Fitroh Rohcahyanto menanggapi pertanyaan Komisi III DPR RI terkait makna loyalitas yang sempat disampaikan dalam materi pembahasan dalam uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test capim KPK.
Fitroh sendiri merupakan seorang jaksa dan mantan Direktur Penuntutan KPK, yang setelah 11 tahun bertugas di lembaga antirasuah kini ditarik kembali ke Kejaksaan Agung (Kejagung). Kepada Komisi III DPR RI, dia menyatakan loyalitas sangat penting.
“Ketika loyal untuk hal yang positif it’s ok, nggak ada masalah. Tapi kalau saya loyal ke Jaksa Agung misalnya dimaknai negatif, apakah negatif? Kan belum tentu. Jadi loyalitas tadi yang saya maksud loyalitas bukan kepada perseorangan Pak, justru loyalitas maknanya kepada negara, melalui lembaga yang ada,” tutur Fitroh di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (18/11).
Dia menegaskan, loyalitas sangat penting khususnya di lembaga penegak hukum. Sebab, rahasia negara dapat begitu saja dibuka apabila orang tersebut berubah pihak.
"Tanpa punya loyalitas, lawannya loyalitas apa pak, penghianat. Ketika orang tidak punya loyalitas yang kuat, dia penghianat. Nah itu membahayakan menurut saya. Sangat penting loyalitas. Apalagi di lembaga-lembaga penegak hukum," kata dia.
Masalah Integritas Pimpinan KPK
Sementara itu, Capim KPK Poengky Indarti mengungkit adanya mantan Ketua KPK yang menjadi tersangka kasus dugaan pemerasan. Hal itu diulas saat menanggapi Komisi III DPR RI yang menyebut lembaga antirasuah kini tidak lagi dipercaya rakyat.
“Yang menjadi kritik masyarakat, yang kami ketahui adalah permasalahan terkait integritas,” tutur Poengky dalam fit and proper test capim KPK di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Minggu (18/11).
Menurutnya, jika insan KPK khususnya para pimpinannya memiliki integritas yang baik, maka tidak mungkin kehilangan kepercayaan rakyat. Sementara yang terjadi, malah ada Ketua KPK yang menjadi tersangka kasus dugaan pemerasan.
“Tetapi integritasnya ternyata malah bermasalah. Sehingga ada pimpinan diperiksa kode etik, bahkan ada pimpinan yang menjadi tersangka dalam kasus tindak pidana pemerasan,” jelas dia.
Kondisi tersebut pun membuat publik tidak lagi percaya dengan kinerja KPK dalam pemberantasan korupsi. Diketahui, mantan Ketua KPK Firli Bahuri tersandung kasus dugaan tindak pidana pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, sehingga membuatnya menjadi tersangka.
“Ini kan sangat memalukan Bapak. Ini yang kemudian membuat masyarakat menjadi tidak percaya pada KPK,” kata Poengky.
Tanggapan tersebut muncul setelah Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Gerindra Muhammad Rofiqi menyebut bahwa KPK berada di posisi paling buncit dibandingkan lembaga penegak hukum lainnya terkait tingkat kepercayaan publik.
“Kita tahu sekarang KPK ini berada di titik nadir. Beberapa lembaga survei, bahkan Litbang Kompas menyatakan kepercayaan masyarakat kepada KPK itu paling bawah di antara lembaga penegak hukum yang lain,” kata dia.
Sama halnya dengan Rofiqi, Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Nasdem Lola Nelria Oktavia juga mengatakan, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga antirasuah kini semakin menipis.
“Masyarakat dengan KPK itu sudah benar-benar tidak ada rasa kepercayaan ya, atau tipis sekali,” ungkap Lola.