Cari keadilan, pasien malapraktik ini dirikan tenda depan DPR
Merdeka.com - Ellyna Fitri (17) dan kedua orang tuanya (Lastry dan Idea Syamsudin) rela tidur di depan gerbang Gedung DPR dalam usahanya mencari keadilan. Dia mengaku sebagai korban malapraktik oleh dr Irwanto Bahar SpB di RSUD Indrasari Inhu Riau. Dia enggan pulang selama tuntutannya belum didengar.
Ellyna dan keluarga meminta empat tuntutan atas malapraktik terjadi. Tuntutan mereka adalah pemeriksaan kesehatan, jaminan kesehatan, jaminan pendidikan dan proses hukum atas malapraktik yang dialami Ellyna.
Idea, ayah Elly mengaku sudah tinggal di tenda sejak 7 April 2014 lalu. Panas hujan sudah dijalani Idea demi tuntutan anaknya didengar oleh wakil rakyat.
-
Siapa yang berdemo di DPR? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
-
Dimana sidang DKPP digelar? Ketua KPU, Hasyim Asy'ari saat mengikuti sidang pemeriksaan dugaan pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu (KEPP) dengan pihak pengadu Nus Wakerkwa di Gedung DKPP, Jakarta, Jumat (26/4/2024).
-
Siapa yang DPR minta tindak tegas? Polisi diminta menindak tegas orang tua yang kedapatan mengizinkan anak di bawah umur membawa kendaraan.
-
Siapa anggota DPRD Jawa Tengah? Wafa dipastikan menjadi anggota DPRD Jawa Tengah, sedangkan Luthfi dipastikan terpilih menjadi anggota DPRD Rembang.
-
Siapa ketua DPR? Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin sampaikan apresiasi.
-
Mengapa Tengku Dewi hadir di persidangan? Tengku Dewi ketika berada di dalam ruang sidang. Namun, di persidangan kali ini Andrew Andika tidak hadir.
Ditemui merdeka.com di lokasi, Ellyna menceritakan awal mula proses malapraktik yang dia alami. Dia harus merelakan ususnya dipotong 35 cm setelah menjalani tiga kali operasi karena divonis menderita usus buntu. Padahal, kata Ellyna, keluhannya berobat hanya karena demam. Tapi dokter langsung memvonis dirinya terkena usus buntu, padahal si dokter hanya memegang perutnya tanpa diagnosa lebih lanjut dan persetujuan orang tua sebelum menjalani operasi.
"Saya cuma merasa demam namun dokter mengatakan usus buntu. Saya menjalani operasi dan usus saya dipotong 35 cm." ucap Ellyna.
Ellyna dan keluarga mengaku sudah mendatangi KPAI, Komnas HAM, YLBHI, Dinas Sosial, Kontras dan LSM lainnya namun semua tak menanggapi dengan serius. Mereka meminta bantuan hukum dari beberapa LSM tersebut setelah kasusnya dihentikan lewat Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) yang dikeluarkan Polda Riau.
Idea juga menceritakan awal mula keberangkatannya ke Jakarta mencari keadilan pada 28 Oktober 2009. Saat itu dia dijanjikan kasusnya akan diselesaikan di Riau. Namun karena tak kunjung melihat ada iktikad baik dia akhirnya memutuskan kembali Ke Jakarta sejak 22 Mei 2010 hingga sekarang.
Selama di Jakarta, dia mengaku pernah kos di sekitar Jakarta Timur. Idea mengaku sudah melewati seluruh birokrasi yang ada. Dia sudah mendatangi DPRD Kabupaten, provinsi dan kini mereka menetap Di DPR Pusat yang dikenal sebagai rumah wakil rakyat.
Setelah mendirikan tenda di depan gedung DPR, Idea mengaku, saat waktu mandi dia datang ke Kementerian Kehutanan di Gedung Manggala Wanabhakti. Untuk keperluan sehari-hari sendiri mereka mendapat makan dan minum dari orang sekitar walau mereka mengaku tak meminta hal tersebut.
Idea juga mengaku sudah pernah tidur di depan Monas selama 111 hari demi tuntutannya didengar. Mereka mengaku tak akan pergi sebelum Kemenkes memberi mereka jaminan kesehatan dan hukum ditegakkan.
"Bagaimana jika kami yang membunuh seorang dokter pasti akan ada gelombang dari ikatan dokter untuk menuntut kami tapi bagaimana jika menuntut dokter yang melakukan malapraktik seperti ini apa akan ada keadilan " kata Idea berapi-api.
"Kami tidak akan pulang sampai tuntutan kami didengar. Bagaimana jika ini terjadi pada siapa saja apa mau diam saja. Mereka pembuat kebijakan saya harap dapat mendengar orang kecil seperti kami" tambah Idea.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tali jemuran itu mereka menggantung ratusan poster berisi tuntutan yang menjadi simbol digantungnya nasib PRT karena tak kunjung disahkannya RUU PPRT.
Baca SelengkapnyaMereka menuntut DPR untuk menunda pembahasan RUU Kesehatan dalam Omnibus Law.
Baca SelengkapnyaApdesi menggelar demo untuk menuntut revisi undang-undang desa segera disahkan pada sidang Paripurna 6 Februari 2024 mendatang.
Baca SelengkapnyaAksi massa yang menuntut DPR untuk mematuhi Putusan MK terkait pencalonan kepala daerah dan batas usia calon kepala daerah.
Baca SelengkapnyaPara pekerja rumah tangga melakukan aksi puasa massal mendesak RUU PPRT disahkan. Mereka akan tetap puasa sampai RUU PPRT disahkan menjadi Undang-Undang.
Baca SelengkapnyaReza meluapkan keresahannya. Ia kesal melihat demokrasi tercoreng.
Baca SelengkapnyaBeberapa pagar yang berhasil dirobohkan massa kemarin telah diperbaiki sementara dengan menggunakan pagar besi seadanya.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Komisi III Sufmi Dasco meminta aksi mogok para hakim tidak menggangu kinerja atau persidangan.
Baca SelengkapnyaMahasiswa dan masyarakat menggelar demo di gedung DPR/MPR, Kamis 22 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaLettu GDW diduga sedang sakit dan dalam pengawasan saat peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaPolisi memburu pelaku perusakan gedung DPR saat demo Apdesi.
Baca Selengkapnya