Cerita Bos MahakaX dan Founder Creativeintel, Karya Kreatifnya Pernah Dianggap 'Sampah'
Reza, panggilan akrabnya belakangan ini memproduksi horror experiential dari Film Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul dan Museum Patah Hati.
Kini dia bisa membalikkan anggapan 'sampah' jadi pujian.
Cerita Bos MahakaX dan Founder Creativeintel, Karya Kreatifnya Pernah Dianggap 'Sampah'
Ishak Reza merupakan CCO MahakaX dan juga Founder Creativeintel. Reza, panggilan akrabnya belakangan ini memproduksi horror experiential dari Film Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul dan Museum Patah Hati.
Horror experiential dari Film Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul ini menyajikan sensasi horor yang diset sedemikian rupa hingga pengunjung bisa merasakan rasa mencekam seperti dalam film horor itu.
Sementara Museum Patah Hati menyajikan beberapa fitur yang bisa dinikmati penunjung dan diharapkan bisa mengobati rasa sakit akibat putus cinta dan beranjak dari masa lalu atau move on.
Berikut wawancara merdeka.com dengan Ishak Reza:
...
1. Perjalanan Mas Reza sampai ke titik ini tidaklah mudah, ceritakan pengalaman yang menarik atau unik selama berkarier di industri kreatif?
Saya memulai karir saya sebagai Freelance Graphic Designer di tahun 2007. Saat itu fokus saya lebih ke design packaging snack. Ada beberapa snack yang saya tangani termasuk juga packaging snack ekspor untuk market di Thailand, Vietnam dan China. Beberapa tahun kemudian, saya kepincut dengan proses kreatif di pembuatan iklan. Saya kemudian masuk ke salah satu multinational creative agency di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat.
Di sinilah saya fokus belajar bagaimana menciptakan sebuah ‘bujukrayu’ (a.k.a iklan) yang efektif dan relevan untuk menjual sebuah produk. Saya cukup beruntung saat itu karena dipercayakan memegang banyak Brand dari berbagai industri mulai dari Brand Rokok, Maskapai, Tourism Board, Telekomunikasi, Obat-obatan, kebutuhan rumah tangga hingga makanan dan minuman untuk market di Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Turki.
Namun setelah 6 tahun membuat puluhan kampanye dan iklan untuk Brand, saya merasa pengetahuan saya hanya sebatas membuat iklan tapi tidak begitu mengerti tentang bisnis secara keseluruhan. Seperti sales, product marketing, manajemen keuangan dan lain-lain. Apalagi saat itu, dunia digital dan media sosial sedang berkembang banget.
.....
Banyak teman-teman saya yang waktu itu tidak habis pikir kenapa sudah nyaman di creative agency bahkan memegang beberapa brand multinasional, kok saya mau pindah ke perusahaan yang baru, memulai dari ‘bawah’ lagi dan tidak jelas secara role (Palu Gada/mengerjakan segalanya).
Waktu itu saya sempet kepikiran, apakah keputusan untuk ‘banting setir’ ini adalah sebuah kesalahan. Tapi ya namanya penasaran, saya ‘hajar-bleh’ aja deh. Ternyata Saya belajar banyak mulai dari digital marketing, UI/UX, manajemen keuangan, manajemen team, partnership sampai dengan growth hacking.
Saya mulai dapat kepercayaan lebih dalam karir saya, sampai akhirnya saya diberi kepercayaan untuk memegang Marketing dan Co-productions film perusahaan OTT dari taiwan yang merupakan salah satu perusahaan OTT multinasional pertama yang masuk ke Indonesia.
Beberapa tahun kemudian, saya ditawari sebuah role di Google yang cukup unik. Seseorang yang memiliki basis kreatif tapi juga berpengalaman memegang bisnis/sales dan marketing. Karena walaupun role tersebut adalah role kreatif tapi akan duduk di divisi Sales. Setelah melalui proses interview yang cukup panjang, saya akhirnya masuk ke Google dan menghabiskan masa kerja 5 tahun di sana.
Setelah saya pikir-pikir, ternyata keputusan saya untuk ‘banting setir’ waktu itu bukanlah sebuah kesalahan tapi lebih ke proses belajar.
Saat ini, sebagai Chief Creative Officer di mahakaX, role saya lebih ke melihat, membentuk dan mengembangkan kemampuan kreatif dan juga komersil di unit-unit bisnis dibawah mahakaX. Apa yang saya terapkan saat ini adalah semua ‘anugrah ilmu’ yang saya pelajari dari orang-orang yang bekerja di atas dan bersama dengan saya.
2. Pernah karyanya di-underestimate orang lain?
Pernah pastinya. Banyak sekali ide-ide yang saya buat pada saat bekerja di creative agency dianggap ‘sampah’, ‘kering’ dan ‘tidak menarik’. Sakit memang saat itu. Tapi setelah saya lihat lagi karya-karya saya yang saat itu tidak lolos dari creative director saya, ya memang … jelek hehe. Tapi ya justru karena di-push terus dan mulai tahu standar-standar baru yang lebih tinggi. Makin lama, underestimation itu semakin menurun dan terkonversi jadi pujian. Kalau di-underestimate itu wajar kok. Kita ‘gak bisa bikin karya yang semua orang suka, apalagi selalu bagus. Bagi saya kalau di-underestimate, saya selalu ingin tahu poinnya apa dan jadi pelajaran untuk karya berikutnya.
3. Puas Usai Menciptakan Pengalaman Horror Experiential Kisah Tanah Jawa dan Museum Patah Hati?
Tentunya, kita di creativeintel, sangat puas dengan respon yang sangat positif dari masyarakat khususnya di Horror Experience Kisah Tanah Jawa dan Museum Patah Hati. Tapi tetap ada beberapa masukan pengunjung yang kita pelajari dan akan kita aplikasikan di karya berikutnya. Kita punya visi untuk menghadirkan lebih banyak karya hiburan yang relevan untuk lebih banyak orang lagi. Oleh karena itu, kita akan terus mempelajari market Indonesia dan terus berinovasi dengan karya-karya hiburan yang fresh.
4. Mas Reza melihat industri kreatif di Indonesia sekarang ini?
Industri kreatif di Indonesia akan jadi salah satu tulang punggung ekonomi kita. Dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia dan negara kepulauan terbesar di dunia, negara kita memiliki budaya yang luar biasa. Makanya orang-orangnya juga sangat kreatif. Yang dibutuhkan saat ini adalah dukungan pemerintah dan swasta seperti kita di mahakaX, yang akan terus mencari, mendukung dan mengembangkan ‘kreator kreatif’ tanah air untuk mengembang ide-ide dan karya-karya kreatif mereka lewat inkubasi edukasi, pendanaan dan exposure media. Sehingga lebih banyak lagi ide-ide kreatif yang tereksekusi dan dikenal orang banyak bahkan sampai ke mancanegara.