Cerita Siswa di NTT Masuk Sekolah Jam 5 Pagi: Bangun Jam 3, Jam 8 Mulai Ngantuk

Merdeka.com - Hari kedua SMA Negeri 1 Kupang menjalankan kebijakan pemerintah provinsi tentang masuk sekolah pukul 05.30 Wita. Karena hujan, banyak siswa-siswi yang masih terlambat masuk kelas.

Bibiyana Rambu Babang, salah satu siswa berprestasi asal Kabupaten Sumba Timur yang direkomendasikan sekolah di SMA Negeri 1 Kupang mengatakan, awalnya kaget saat guru menginformasikan bahwa masuk sekolah tepat pukul 05.30 Wita, karena biasanya bangun tidur pukul 06.00 pagi untuk mempersiapkan diri ke sekolah.

Menurutnya, sekarang bangun pagi harus lebih awal, misalnya pukul 03.00-03.30 Wita karena harus menyiapkan bekal maupun perlengkapan sekolah, ditambah lagi dengan cuaca yang tidak menentu.

"Cuaca saat ini kan dingin, jadi saat bangun pagi pasti kami mengulur waktu, sehingga bangun jam tiga atau setengah empat pagi itu paling ideal," ujar Bibiyana, Kamis (2/3).

Walau demikian, Bibiyana mengaku sudah mulai menikmati kebijakan ini di hari kedua. Dia menganggap masuk sekolah subuh itu sangat seru dan menyenangkan.

"Sekolah seperti ini seru dan menyenangkan. Kemarin hari pertama rasanya berat tapi hari ini mulai biasa dan seru pokoknya," ungkap Bibiyana.

Dia merasa matanya kantuk saat jam mata pelajaran kedua pada pukul 08.00 hingga 09.00 Wita. "Rasa mengantuk ada, karena kami datang ke sekolah mulai jam 04.30 wita, jadi jam 08.00 sampai jam 09.00 itu sudah mulai mengantuk. Mungkin belum terbiasa," kata Bibiyana.

Namun, Bibiyana mengaku merasa takut saat ke sekolah saat masih gelap. Karena bisa saja bertemu orang-orang mabuk atau kejahatan lainnya.

"Saya ada rasa takut juga, misalnya saat jalan ke sekolah tiba-tiba ketemu orang mabuk, tapi puji Tuhan dua hari belum ketemu dan semoga tidak ketemu sama sekali," pungkasnya.

Bibiyana menginformasikan kebijakan itu kepada kedua orangtuanya di Waingapu Sumba Timur. Awalnya mereka khawatir, namun mereka mendukung kebijakan itu demi pendidikan dan masa depan anaknya.

"Saat beritau orang tua di Sumba Timur mereka khawatir dan takut, karena kami belum tau situasi dan kondisi Kota Kupang. Tapi karena kata orang tua itu aturan yang harus dijalankan, apalagi kami anak tanggungan pemerintah yang bersekolah di Kupang," tambahnya.

Bibiyana Rambu Babang merupakan siswa berprestasi tanggungan pemerintah Kabupaten Sumba Timur, yang mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di SMA Negeri 1 Kupang.