Cerita Siswa SMA di NTT Ujian Akhir di Tengah Banjir
Merdeka.com - Belasan siswa kelas XII SMA Swasta Sinter Claus Sion Sukabilulik di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terpaksa mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) di tengah banjir yang merendam sekolahnya. Mereka menjawab soal sambil mengangkat kaki agar tidak terendam air.
Meskipun tanpa alas kaki, para siswa dan siswi semangat mengikuti ujian di dalam kelas dengan air setinggi mata kaki orang dewasa. Sekolah mereka masih darurat, dindingnya kayu dan berlantai semen kasar.
Kepala Sekolah SMA Sinter Claus Sion Sukabilulik Yulius Bria Koe kepada merdeka.com mengatakan, hujan selama tujuh jam tanpa henti pada Minggu (16/4) membuat banjir di wilayah Kecamatan Malaka Barat. Luapan air tersebut akhirnya merendam permukiman termasuk sekolah yang dia pimpin.
-
Siapa yang membantu siswa SD menyeberangi sungai? Dandim 1501/Ternate Letkol Arm Adietya Yuni Nurtono membenarkan ada anggotanya yang sukarela membantu siswa SD menyeberangi sungai karena jalur itu merupakan jalan pintas dibanding memutar sejauh 1,3 kilometer.
-
Apa yang siswa SMP itu lakukan? 'Korban langsung melompat ke luar jendela, saat melompat korban sempat tersangkut di genteng lantai 2 Gedung SMPN 73, kkemudian jatuh ke lantai 1,' sambungnya.
-
Kenapa anak-anak di Desa Gabus Serang harus seberangi sungai? Mereka harus sebrangi Sungai Cidurian menggunakan rakit bambu lantaran tak ada fasilitas jembatan.
-
Dimana banjir terjadi? Sejumlah kereta api jarak jauh dari Jakarta tujuan Surabaya mengalami keterlambatan hingga dua sampai tiga jam dari jadwal yang seharusnya, akibat banjir di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.
"Ia benar, hari Senin kemarin anak-anak ujian akhir sekolah dengan kondisi sekolah dan ruangan terendam banjir. Tapi saya perhatikan, anak-anak sangat semangat datang untuk ujian walaupun tanpa alas kaki," ungkapnya melalui telepon, Rabu (19/4).
Menurutnya, banjir tersebut merupakan kiriman dari Sungai Benenain yang setiap tahun meluap hingga ke kecamatan Malaka Barat. "Walaupun sekolah kebanjiran tapi kami tetap mewajibkan siswa untuk mengikuti ujian," ujar Yulius Bria Koen.
Ia menambahkan, hingga hari ini air masih menggenangi halaman sekolah maupun di dalam kelas sudah mulai surut. "Kalau di halaman sekolah airnya setinggi betis orang dewasa, kalau di dalam kelas itu tingginya di mata kaki orang dewasa," ungkap Yulius Bria Koen.
KBM di Gedung Darurat
Kepala Sekolah SMA Sinter Claus Sion Sukabilulik, Yulius Bria Koe menambahkan, anak-anak awalnya ke sekolah harus menempuh jarak puluhan kilometer dan harus menyeberangi sungai. Untuk mendekatkan pelayanan pendidikan, gedung darurat pun dibangun.
Awalnya ini merupakan sekolah jarak jauh atau titipan SMA Fajar Haitimuk Malaka pada 2013, yang telah memiliki izin operasional pada 2019 lalu dengan akreditasi C.
"Kami punya tiga ruang kelas yang masih dikatakan jauh dari kata layak, sedangkan ruang guru dan kepala sekolah, kami pakai rumah warga," jelas Yulius Bria Koen.
Pihaknya memiliki lahan seluas satu hektare yang dipersiapkan untuk membangun gedung sekolah jika sudah mendapatkan bantuan pemerintah atau donasi dari para pemerhati pendidikan.
"Ke depan kalau ada bantuan pemerintah atau donasi pendidikan, kami akan bangun gedung yang lebih layak. Kami sudah ada lahan dan material seperti batu dan pasir sudah terkumpul oleh orang tua siswa. Kami harap ada yang membantu kami," ujarnya.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para siswa SD di Kota Padang, Sumatera Barat bahu-membahu bersama guru menjemur buku yang basah akibat banjir yang melanda sekolah mereka.
Baca SelengkapnyaPerjuangan seorang mahasiswa yang kebanjiran saat hendak seminar ini viral, berakhir dapat pujian.
Baca SelengkapnyaSetiap hari mereka menyeberang sungai itu tanpa didampingi orang tua
Baca SelengkapnyaGuru itu sedang mendampingi siswa-siswi yang akan mengikuti ujian berbasis komputer.
Baca SelengkapnyaSebanyak tujuh kecamatan teredam banjir dan satu kecamatan lainnya longsor.
Baca SelengkapnyaSejumlah sekolah di Kabupaten Demak menerapkan pembelajaran secara daring atau online.
Baca SelengkapnyaAnak-anak terpaksa digendong warga agar sepatu dan baju mereka tidak basah saat melintasi sungai Regoyo.
Baca SelengkapnyaMenurut laporan media lokal, sedikitnya 17 siswa telah tewas dalam insiden tragis ini.
Baca SelengkapnyaBanjir rob hari ini merupakan banjir yang tertinggi dalam tiga hari terakhir. Ketinggian banjir rob kali ini mencapai satu meter.
Baca SelengkapnyaPerjalanan bertaruh nyawa itu terpaksa ditempuh para pelajar SD di dua desa karena akses menuju sekolah hanya melalui jembatan rusak tersebut.
Baca SelengkapnyaTanah longsor menimpa Pesantren At-Taqwiim di Karangasem menyebabkan seorang santri meninggal dunia dan dua lainnya luka-luka.
Baca Selengkapnya