Cuaca Ekstrem, Warga di Pulau Enggano Mulai Kesulitan Pangan
Merdeka.com - Warga di Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu mulai kesulitan mendapatkan bahan pangan setelah lebih dari tiga pekan tak ada kapal yang berlabuh di pulau tersebut akibat gelombang tinggi.
Ketua Forum Kepala Desa, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu Reddy Heloman mengatakan saat ini persediaan beras yang tersisa di pulau terluar itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama seminggu kedepan.
"Kalau beras yang dijual di warung-warung sudah habis, yang tersisa tinggal beras panen masyarakat dan itupun sudah menipis hanya cukup untuk satu minggu kedepan," kata dia saat dihubungi melalui telepon, Kamis (30/7).
-
Bagaimana harga beras di pasaran? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
-
Bagaimana cara warga mendapatkan beras murah? Di Grobogan, ratusan warga menyerbu operasi pasar beras murah oleh Disperindag Grobogan pada Minggu (26/2) pagi. Dalam waktu setengah jam, tiga ton beras murah dari Bulog habis terjual. Pembelian beras dibatasi hanya satu karung isi 5 kilogram setiap orang. Setelah membeli beras warga mencelupkan jarinya ke tinta.
-
Kenapa harga beras masih mahal? Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium berada di kisaran Rp16.490,- per Kg. Harga beras terpantau masih mahal.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Kenapa beras mahal? Harga beras yang melambung tinggi memaksa warga antre panjang untuk membeli beras murah. Warga menilai pemerintah gagal menjaga pasokan bahan pangan yang berujung pada melonjaknya harga yang ditanggung oleh masyarakat.
-
Kenapa harga beras naik di Jawa Tengah? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
Beras sisa panen petani setempat itu, kata Reddy, dijual dengan harga Rp12 ribu per kilogram dan itu pun sedikit sekali petani yang mau menjualnya karena lebih memilih untuk keperluan keluarga mereka ketimbang dijual.
Reddy menyebut, selain beras persediaan bahan pangan lainnya seperti bawang merah, bawang putih, sayur-sayuran, gula pasir dan kopi juga sudah habis.
Bahkan, kata dia, beberapa waktu lalu harga bawang merah di pulau tersebut tembus Rp100 ribu per kilogram.
"Kalau pun ada yang jual harganya itu mahal sekali karena dibawa menggunakan pesawat perintis dari Kota Bengkulu, ongkos bawanya itu lebih mahal dibanding lewat kapal," paparnya.
Ia menambahkan, saat ini satu-satunya transportasi yang tersedia untuk keluar maupun menuju pulau tersebut yakni menggunakan pesawat perintis dari Bandara Fatmawati Soekarno Kota Bengkulu.
Itu pun, kata dia, jumlah penerbangannya sangat terbatas yakni hanya satu kali seminggu untuk minggu ganjil dan dua kali seminggu untuk minggu genap.
"Karena yang transportasi yang ada saat ini hanya tinggal pesawat ya kami berharap jadwal penerbangannya bisa ditambah, karena setiap kali keberangkatan itu selalu penuh pesawatnya, sementara yang mau berangkat banyak," ucap Reddy.
Selain kesulitan bahan pangan, cuaca ekstrem yang mengakibatkan kapal tak bisa berlabuh di pulau tersebut juga membuat perekonomian warga tersendat.
Pasalnya, seluruh hasil pertanian dan perikanan warga pulau tersebut membusuk dan tak lagi bernilai karena tak ada kapal yang bisa mengangkutnya keluar dari pulau tersebut.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) (BMKG) Bengkulu Klaus Damanik Apoh mengatakan gelombang dengan tinggi sekitar enam meter masih akan terjadi diperairan Pulau Enggano hingga beberapa hari kedepan.
Menurutnya, gelombang tinggi itu dipengaruhi kencangnya angin monsun atau angin timur dari Australia yang biasa terjadi saat musim kemarau seperti saat ini.
Ia memprediksi kondisi tersebut akan berlangsung hingga pergantian musim dari kemarau ke musim penghujan pada September hingga Desember mendatang.
"Ya selama musim angin monsun Australia ini terjadi ya tetap akan ada terus peringatan dini gelombang tinggi dan intinya sampai selesai musim kemarau," demikian Klaus.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Baca SelengkapnyaAda beberapa penyebab terjadinya lonjakan harga beras ini, termasuk molornya musim tanam dan musim panen.
Baca SelengkapnyaPadahal Pemerintah gencar membagikan bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menyebabkan daya beli turun dan omzet berkurang.
Baca SelengkapnyaBahkan, pelanggan terpaksa merogoh uang lebih dari biasanya untuk menambah porsi nasi agar menjadi lebih banyak.
Baca SelengkapnyaBadan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan kenaikan harga beras terjadi akibat defisit di sejumlah sentra produksi.
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaArea persawahan di Jakarta tersebut terdampak kekeringan panjang
Baca SelengkapnyaAktivitas panen padi saat ini masih terbatas di sejumlah daerah. Kondisi tersebut membuat harga gabah kering di tingkat petani menjadi sangat tinggi.
Baca SelengkapnyaJika sebelumnya harga beras berada di kisaran Rp 8.000 per liter, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per liter.
Baca SelengkapnyaHal ini merespon kenaikan harga beras seiring menipisnya stok akibat El Nino.
Baca Selengkapnya