Dewas Ungkap Modus Pungli Rutan KPK, Tahanan Setor Rp5 Juta per Bulan ke Lurah buat Bawa Ponsel
Sipir Rutan KPK terima setoran dari tahanan disebut 'Lurah'
Sipir Rutan KPK terima setoran dari tahanan disebut 'Lurah'
Dewas Ungkap Modus Pungli Rutan KPK, Tahanan Setor Rp5 Juta per Bulan ke Lurah buat Bawa Ponsel
Dewan Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membongkar skandal pungli yang terjadi di rumah tahanan (rutan) KPK. Dalam modusnya, para tahanan KPK menyetorkan uang bulanan melalui orang yang dituakan di rutan kemudian diserahkan ke pegawai KPK yang disebut 'Lurah'.
Hal itu terungkap pada saat sidang putusan pegawai KPK di gedung Dewas KPK.
"Bahwa uang bulanan dari para tahanan KPK dikumpulkan melalui Korting yaitu tahanan yang 'dituakan' yang selanjutnya diberikan kepada petugas rutan KPK yang ditunjuk sebagai 'Lurah' yang mempunyai tugas untuk mengambil uang bulanan dari Korting atau I orang kepercayaan/keluarga dan selanjutnya membagikannya kepada para Terperiksa,"
ujar anggota Dewas KPK, Albertina Ho saat membacakan pertukaran putusan, Kamis (15/2).
Albertina menyebut para tahanan mendapatkan fasilitas berupa handphone. Untuk pertama kali penyelendupan handphone, para tahanan harus menggocek uang sebesar Rp10 juta - Rp20 juta.
Selian itu, para tahanan juga dikenakan biaya bulanan.
"Biaya bulanan untuk penggunaan handphone selama di dalam rutan KPK sekitar Rp5 juta/bulan,"
Diperkirakan, total uang setoran yang diberikan ke 'Lurah' itu berkisar Rp60 juta - Rp70 perbulannya. Uang itu kemudian disetorkan ke Lurah baik secara tunai maupun non-tunai.
"Bahwa uang bulanan sejumlah sekitar Rp60 juta - Rp70 juta diambil oleh para "Lurah" dari Korting atau orang kepercayaan/keluarga tahanan/korting secara tunai di sekitar Taman Tangkuban Perahu Swiss Bell Hotel, belakang Pasar Festival atau melalui tarikan tunal di ATM dari rekening atas nama Surisma Dewi dan atas nama Auna Yusrin Fathya pada Bank BCA," pungkas dia.
Diketahui, skandal pungli itu telah terjadi sejak 2018 hingga 2023. Berikut rincian uang pegawai 12 KPK yang terlibat.
a. Terperiksa | Deden Rochendi dengan total keseluruhan sekitar Rp425.500.000.
b. Terperiksa Il Agung Nugroho dengan total keseluruhan sekitar Rp182.000.000
c. Terperiksa III Hijrial Akbar dengan total keseluruhan sekitar Rp111.000.000
d. Terperiksa IV Candra dengan total keseluruhan sekitar Rp114.100.000
e. Terperiksa V Ahmad Arif dengan total keseluruhan sekitar Rp98.600.000
f. Terperiksa VI Ari Teguh Wibowo dengan total keseluruhan sekitar Rp109.100.000
g. Terperiksa VII Dri Agung S. Sumadri dengan total keseluruhan sekitar Rp102.600.000
h. Terperiksa VIII Andi Mardiansyah dengan total keseluruhan sekitar Rp101.600.000
i. Terperiksa IX Eko Wisnu Oktario dengan total keseluruhan sekitar Rp95.600.000
j. Terperiksa X Farhan bin Zabidi dengan total keseluruhan sekitar Rp95.600.000
k. Terperiksa XI Burhanudin dengan total keseluruhan sekitar Rp65.000.000 (enam puluh lima juta rupiah), dengan rincian tahun 2018 dari Sdr, Arfin Puspomelistyo sebesar Rp3.000.000 (tiga juta rupiah) dan sebesar Rp60.000.000 (enam puluh juta rupiah) pada saat menjadi "Lurah" serta sebesar Rp2.000.000 (dua juta rupiah) pada tahun 2023 dalam 4 (empat) kali pemberian secara tidak tidak langsung dari tahanan
L. Terperiksa XII Muhamad Rhamdan dengan total keseluruhan sekitar Rp95.600.000