Dipukuli Mario Dandy, David Ozora Bakal Cacat Permanen Akibat Luka Parah di Bagian Otak
Dokter Rumah Sakit Mayapada, Yeremia Tatang ungkap kesehatan David Latumahina atau Cristalino David Ozora tak bisa pulih 100 persen.
Dipukuli Mario Dandy, David Ozora Bakal Cacat Permanen Akibat Luka Parah di Bagian Otak
Dokter Rumah Sakit Mayapada, Yeremia Tatang ungkap kesehatan David Latumahina atau Cristalino David Ozora tak bisa pulih 100 persen.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi saksi persidangan perkara penganiayaan dengan terdakwa Mario Dandy dan Shane Lukas.
Yeremia Tatang menerangkan, David menjalani perawatan di Rumah Sakit Mayapada selama hampir 53 hari. Meski kini sudah keluar dari rumah sakit bukan berarti pengobatan dinyatakan selesai.
"Betul yang mulia. Jadi waktu itu kita pulangkan mengingat kondisi fisiknya lebih membaik, tetapi untuk masalah emosi dan kognisinya lebih baik. Kita kembalikan kepada keluarga supaya dia beradaptasi sembari kita pantau monitor berkala setiap bulan," kata Tatang di PN Jakarta Selatan, Kamis (20/7).
Foto: Mario Dandy saat mengikuti sidang.
Kemudian, hakim meminta penjelasan terkait dengan keterangannya yang pernah dituangkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP), di mana disebutkan luka-luka yang diterima David Ozora bisa membuat cacat permanen.
Foto: Mario Dandy saat mengikuti sidang.
"Saudara dalam berita acara mengatakan bahwa dapat mengakibatkan cacat permanen, di antara 'dapat', tapi saudara melihat progres terakhir, pemeriksaan terakhir, progresnya seperti apa? Menurut pendapat saudara bisa tidak ini anak ini bisa pulih?" tanya hakim.
"Kalau 100 persen sepertinya tidak," jawab Tatang.
Tatang mengatakan, ia menemukan adanya bekas luka pada otak David yang secara otomatis kekuatan kaki dan tangannya terganggu.
"Jadi otomatis ketika generatornya mengalami masalah, otomatis kabel listriknya itu bermasalah," ujar dia.
Karena itu, Tatang menjelaskan bekas luka di otaknya yang membuat pemulihan itu tidak bisa 100 persen
"Maksudnya selamanya," tanya Hakim. "Iya," jawab Tatang.
Tatang menerangkan, mencontohkan seperti kasus orang stroke. Walaupun semua faktor risiko terkontrol tapi tetap orang tersebut pasti akan mengalami dalam tanda kutip disabilitas.
Foto: Ayahanda David Ozora.
Kekuatan motorik tangan pasti tidak sama dengan motorik kakinya. Hal ini juga berlaku ketika terjadi bekas luka di area cedera tersebut dan menimbulkan bekas pasti dia tidak akan kembali 100 persen seperti semula. "Lalu demikian tidak bisa 100 persen karena ada bekas luka dan itu saudara berpendapat selamanya, namun demikian dari yang tak bisa 100 persen bisa ndak diharapkan masih bisa bersosialisasi dapat aktualisasi diri," tanya hakim lagi."Sampai saat ini itu bersosialisasi bisa, tapi emang ada gejala eksplosing perkataan tidak bagus muncul terjadi spontan karena ada area otaknya yang rusak jadi fungsi untuk mengontrol emosi berlebihan masih terganggu, saya berikan obat supaya tidak meledak sekali tapi obat ini masih dalam proses bekerja," jawab Tatang. Reporter: Ady Anugrahadi/Liputam6.com