Dua Warganya Ditembak di Malaysia, Pj Gubernur Aceh Desak KBRI Kirim Nota Diplomatik dan Usut Tuntas
Total ada lima WNI ditembak APMM di perairan Selangor. Satu di antaranya meninggal dunia.

Kasus penembakan Warga Negara Indonesia (WNI) di perairan Malaysia ikut menyita perhatian Penjabat gubernur Aceh Safrizal ZA. Pasalnya, dua dari lima WNI yang ditembak petugas Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM) itu berasal dari Aceh.
Safrizal mendesak agar kasus tersebut diusut tuntas. Dia meminta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) mengirimkan nota diplomatik dan mendorong agar dilakukan penyelidikan menyeluruh atas insiden itu.
“Termasuk apakah penggunaan kekuatan mematikan oleh aparat APMM sudah sesuai prosedur,” kata Safrizal, Rabu (29/1).
Penembakan WNI ini terjadi di perairan Tanjung Rhu, Selangor, sekitar pukul 03.00 WIB, Jumat (24/1) lalu.
Para korban merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang unprocedural dan hendak pulang lewat jalur laut.
APMM mengklaim para WNI itu melakukan perlawanan saat dicegat di perairan Tanjung Rhu hingga petugas melepaskan tembakan. Seorang WNI asal Riau dalam rombongan itu tewas.
Sementara dua warga Aceh, Andry Ramadhana berusia 30 tahun, warga Desa Keude Pante Raja, Kecamatan Pante Raja, Pidie Jaya, terluka di bagian lengan.
Sedangkan satu korban lagi Muhammad Hanafiah, 40 tahun, adalah warga Desa Alue Bugeng Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur. Hanafiah tertembak di paha.
Safrizal menyayangkan tindakan APMM menembak WNI hingga menyebabkan salah seorang yang berasal dari asal Riau tewas dan dua warga Aceh ikut terluka.
“Pemerintah Aceh menyesalkan jatuhnya korban jiwa dalam insiden ini,” ungkapnya.