Eksklusif! Pemain Pupuk Subsidi Ungkap Cara Monopoli Pasar, Bikin Petani Menjerit
Polisi mengungkap biang kerok penyaluran pupuk subsidi langka buat petani.
Polisi mengungkap biang kerok penyaluran pupuk subsidi langka buat petani. Ternyata ada oknum yang menguasai pupuk tidak sesuai aturan. Dalam pengungkapan kasus itu, polisi mengamankan puluhan ton pupuk subsidi yang dijual di atas harga eceran tertinggi (HET).
Kapolres Garut, AKBP Mochamad Fajar Gemilang mengatakan, pengungkapan kasus pupuk subsidi yang dilakukan pihaknya sebagai salah satu wujud dukungan program 100 hari Presiden Prabowo Subianto.
"Kami berhasil amankan pelaku usaha yang diduga menyimpan, menyalurkan pupuk subsidi, yang tidak sesuai ketentuan," kata Fajar.
Fajar menjelaskan, pelaku yang ditangkap berinisial A (49) warga Kecamatan Garut Kota, Garut, Jawa Barat. Dari tangan pelaku, polisi mengamankan 25 ton pupuk subsidi salam kemasan 500 karung.
"Yang bersangkutan saat ini sedang diperiksa, yang nantinya akan dilakukan penyidikan. Apabila telah dilengkapi bukti yang cukup, kita naikan ke proses penyidikan. Sampai saat ini masih kita dalami," jelasnya.
Fajar mengungkap modus yang dilakukan pelaku untuk menguasai pupuk subsidi. A awalnya membeli ratusan karung pupuk subsidi itu dari toko penjualan pupuk. Kemudian menyimpan dan menjualnya kembali di atas HET.
"Misalkan NPK, urea itu kan harganya rata-rata Rp2.300 ribu (per kilogram), yang bersangkutan ini jual Rp4 ribu hingga Rp5 ribu (per kilogram)," ungkapnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, kepada polisi A mengaku sudah menjalankan kegiatannya menjual pupuk subsidi atas HET selama enam bulan dan dijual di wilayah Kabupaten Garut. Ia berjanji akan terus melakukan pengembangan, dan menurutnya tidak menutup kemungkinan akan menangkap pelaku lainnya.
Pelaku Ungkap Modusnya
Sementara, Adi (bukan nama sebenarnya) salah seorang warga yang mengaku pernah menjadi pemain pupuk subsidi menyebut, praktik tersebut banyak terjadi di Garut.
Bahkan, ia pun sudah mengetahui identitas A, sosok yang bermain dalam kaitan pupuk subsidi itu.
"Memang di grup pengusaha pupuk ini sudah ramai siapa yang ditangkap, dan memang kita juga tahu siapa saja yang bermain di setiap kecamatan di Garut ini. Ini tandanya para pengusaha juga memang sudah tahu permainan di lapangan seperti bagaimana," sebut Adi.
Adi menjelaskan, secara aturan pupuk subsidi hanya bisa dibeli oleh petani yang terdata dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK).
Sejumlah syarat pun disyaratkan ketika para petani hendak membeli pupuk subsidi, baik kartu tani, KTP, atau bahkan Kartu Keluarga.
Namun meski begitu, di lapangan cukup banyak pemain yang sudah memiliki syarat tersebut sehingga kemudian bisa membeli pupuk subsidi dalam jumlah besar.
Dijual ke Petani Untungnya Kecil
Namun walau begitu, dipastikan bahwa antara pembeli dengan penjual memiliki keterkaitan tersendiri dan saling mengenal sehingga bisa keluar dengan aman.
"Kasarnya begini, penjual pupuk ini kalau dijual resmi ke petani untungnya sangat kecil, beda dengan kalau dijual seperti ke pemain itu. Jadi kalau mau untung, penjual ini menjualnya ke pemain dengan harga di atas HET juga," jelasnya.
Selain itu juga, menurut Adi, pupuk subsidi yang dijual ke pemain mayoritas karena tidak ditebus oleh petani atau identitas yang ada di RDKKnya fiktif.
"Jadi istilahnya biar pupuk subsidi ini habis, meski tidak ditebus petani jadinya dijual cepat saja ke pemain," ungkapnya.
Pupuk-pupuk subsidi yang dibeli pemain, menurutnya memang mayoritas dijual kembali ke masyarakat. Salah satu wilayah favorit yang menjadi tempat tujuan penjualan di Garut adalah selatan.
"Daerah selatan ini memang daya serap pupuk subsidi yang dijual diatas HET cukup tinggi. Kemungkinan yang tertangkap ini barangnya baru datang dan belum sempat didistribusikan ke selatan juga," pungkasnya.