Empat Sentilan Keras Hasto ke Maruarar, Singgung Lupa Nasihat Ayah 'Kekuasaan dan Uang Jadi Berhala'
Sentilan ini merespons sejumlah pernyataan Maruarar soal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyentil keras politikus Partai Gerindra Maruarar Sirait. Sentilan ini merespons sejumlah pernyataan Maruarar soal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Maruarar sempat menyinggung pemilih non muslim di Jakarta akan meninggalkan Pramono Anung-Rano Karno dan beralih mendukung Ridwan Kamil-Suswono. Menurut Maruarar, sikap pemilih non muslim itu karena Anies Baswedan yang lekat dengan citra 'politisasi agama' sudah mendeklarasikan dukungan kepada Pramono Anung-Rano Karno.
Maruarar juga membanggakan duet Ridwan Kamil-Suswono yang didukung Presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Maruarar membandingkan jagoannya dengan duet Pramono Anung-Rano Karno yang diusung PDIP.
Hasto Sebut Maruarar Mainkan Isu SARA
Hasto menyesalkan pernyataan Maruarar. Menurut Hasto, pernyataan Maruarar itu terdengar sombong dan masuk kategori memainkan isu SARA. Dia yakin Prabowo yang merupakan Ketum Gerindra tak suka mendengar Maruarar menyeret SARA dalam Pilkada Jakarta 2024.
"Kalau itu didengar Pak Prabowo sekalipun saya yakin Presiden Prabowo juga tidak akan suka dengan pernyataan dari pembantunya yang bernada sombong. Yang tidak kondusif di dalam menciptakan iklim politik yang baik," kata
Hasto mengingatkan Marurar soal Undang-Undang tentang Pemilu. Dalam Undang-Undang tersebut, peserta Pemilu dilarang menggunakan isu SARA.
Maruarar Lupa Nasihat Ayah
Hasto menilai Maruarar melupakan nasihat ayahnya Sabam Sirait. Sabam Sirait pernah menulis buku tentang 'Politik Itu Kotor'. Hasto juga mengaku pernah mendengar petuah dari Sabam Sirait bahwa kekuasaan dan uang bisa menjadi berhala.
"Mungkin karena beliau (Maruarar) sudah masuk di dalam zona nyaman, rumahnya di Jalan diponegoro, sangat mentereng dan kemudian melupakan itu," kata Hasto.
Hasto akan mengirimkan buku Politik Itu Kotor karya Sabam Sirait ke Maruarar. Dia berharap dengan mendapatkan buku tersebut, Maruarar bisa merenungi nasihat-nasihat dari sang ayah dan menerapkannya dalam panggung politik.
"Jangan sampai kekuasaan dan harta menjadi berhala hanya karena kekuasaan dan kemudian berbagai upaya dilakukan," ucapnya.
Hasto Minta Maruarar Kritik 'Partai Cokelat'
Hasto kemudian meminta Maruarar mengkritik keterlibatan Partai Cokelat dalam Pilkada 2024. Namun, Hasto tidak menyebut siapa yang dimaksud dengan Partai Cokelat.
"Pak Ara seharusnya juga berani mengkritik terhadap berbagai fakta yang disampaikan oleh teman-teman media tentang keterlibatan Partai Cokelat," ujar Hasto.
"Sehingga buat apa nantang-nantang untuk menang kalau dilakukan dengan cara yang tidak baik, kalau hanya mengandalkan dukungan dari Partai Cokelat," sambungnya.
Hasto sangat menyayangkan sikap Maruarar. Menurutnya, sosok Maruarar saat ini berbeda jauh dengan sebelumnya. Maruarar merupakan mantan kader PDIP. Dia memilih hengkang dari PDIP pada Pilpres 2024 dan mengikuti sikap politik Jokowi.
Jokowi mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Sementara PDIP mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
"Kami sangat menyayangkan sebagai sosok yang dulu bersama dengan Pak Ara degradasinya sudah sangat jauh," ucap Hasto.
Balas Maruarar, Hasto Sebut Prabowo Tak Pernah Tidur
Hasto kemudian menjawab pernyataan Maruarar bahwa merapatnya Anies ke kubu Pramono dan Rano seperti membangunkan macan tidur. Macan tidur yang dimaksud Maruarar adalah Prabowo dan Jokowi.
Hasto menegaskan, Prabowo tak pernah tidur. Prabowo justru selalu bekerja keras. Menurut Hasto, sosok Prabowo sangat berbeda dengan Jokowi.
"Nah kalau Pak Jokowi memang mencoba ya menggunakan sebenarnya macan-macan lain yang dipakai. Jadi keterlibatan Partai Cokelat itu nyata," kata Hasto.
Hasto lalu menyinggung Pilkada Sumatera Utara. Dia merasa sangat prihatin Jenderal TNI Purnawirawan Edy Rahmayadi yang maju kembali sebagai Gubernur Sumatera Utara 'diganggu'. Hasto mengambil contoh dana saksi untuk Edy dipersulit karena ada cawe-cawe Jokowi.
"Dana saksi saja itu tidak tersedia. Tetapi justru dengan berbagai bloking- bloking terhadap sumber logistik termasuk Bu Risma di Jawa Timur, malah memunculkan kesatupaduan dengan rakyat," ucap Hasto.