Guyonan tokoh NU dan Muhammadiyah tentang 'membaca niat'
Merdeka.com - Guyonan ini dilontarkan Kiai Wahab Hasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ketika terjadi perdebatan sengit di antara kalangan Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) di parlemen. Waktu itu terjadi perdebatan panjang apakah Masyumi ikut Kabinet Hatta atau tidak melaksanakan Perjanjian Renville antara Indonesia dan Belanda pada 17 Januari 1948.
Dalam buku 'Dari Pesantren untuk Indonesia' yang disunting Ubaidillah Sadewa diceritakan, saat itu Perjanjian Renville ditolak keras oleh kalangan Masyumi. Masyumi merupakan federasi empat ormas Islam yang diizinkan kala itu, yakni; Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam Indonesia.
Kiai Wahab yang mewakili NU termasuk ikut mengusulkan agar Masyumi terlibat dalam Perjanjian Renville. Pertimbangannya, bila Masyumi berada di dalam kabinet akan lebih mudah menentang kebijakan kabinet.
-
Apa perbedaan utama NU dan Muhammadiyah? NU merupakan organisasi yang menganut paham Islam Sunni yang mengikuti tradisi keagamaan yang telah ada sejak masa kolonial. Mereka menghargai dan menghormati tradisi-tradisi keagamaan seperti tahlil, doa arwah, dan ziarah kubur. Di sisi lain, Muhammadiyah memiliki pandangan yang lebih puritan dan lebih menekankan pada ibadah yang benar dan tegas dalam kerangka yang sederhana, dengan menekankan pentingnya pemahaman ajaran agama yang murni.
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah punya pandangan berbeda? Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari. Keduanya merupakan representasi ulama nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.
-
Siapa yang mendirikan NU dan Muhammadiyah? NU atau Nahdlatul Ulama, didirikan oleh ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Surabaya pada 31 Januari 1926. Sementara itu, Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912.
-
Siapa pendiri NU dan Muhammadiyah? Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 31 Januari 1926 di Surabaya. NU didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional sebagai reaksi atas prestasi ideologi gerakan modernisme Islam yang mengusung gagasan purifikasi puritanisme. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.
-
Bagaimana cara NU dan Muhammadiyah menjalankan dakwah? Pola hubungan tersebut mempunyai kesinambungan dengan pola dakwah Nahdlatul Ulama’ yang mengambil wilayah dakwah kultural. Ini menyebabkan arah dan perjuangan dakwah Nahdlatul ulama’ tidak bisa dilepaskan dari proses dan perkembangan budaya dan tradisi yang ada di masyarakat.
Namun sebelum keputusan final, ada perdebatan seru di dalam rapat Masyumi. Terkadang, dalam perdebatan itu juga meluncur guyonan-guyonan renyah di antara tokoh empat ormas Islam tersebut. Salah satu guyonan yang diingat adalah antara Kiai Wahab dan Kiai Raden Hajid, tokoh Muhammadiyah.
Waktu itu Raden Hajid bertanya kepada Kiai Wahab, "Setiap calon menteri yang akan duduk dalam kabinet tersebut harus mempunyai niat bagaimana?" lalu dijawab oleh Kiai Wahab, "Niatnya I'Zalul Mungkarat (melenyapkan yang mungkar)."
"Kalau begitu, niatnya harus dilafalkan (dibacakan)," kata Raden Hajid mengusulkan.
Kiai Wahab spontan menjawab, "Mana dalil Alquran dan haditsnya mengenai talaffuzh bin niyyat (membaca niat)?" serentak peserta rapat pun tertawa riuh.
Kisah guyonan dua tokoh NU dan Muhammadiyah itu dibenarkan oleh Kiai Hasib Wahab, anak dari Kiai Wahab Hasbullah. "Iya ceritanya memang seperti itu," kata Kiai Hasib.
Sebagaimana diketahui, NU dan Muhammadiyah berbeda pendapat soal harus atau tidaknya membaca niat salat (ushalli). Warga NU biasanya sebelum salat membaca ushalli, sementara Muhammadiyah tidak. Namun sindiran itu sebatas guyonan.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pahami perbedaan bacaan tasyahud akhir antara Muhammadiyah dan NU, jangan sampai salah.
Baca SelengkapnyaDua organisasi ini dianggap sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerbedaan NU dan Muhammadiyah dapat meningkatkan toleransi bangsa.
Baca SelengkapnyaTahlilan merupakan amalan kelas internasional. Pasalnya ulama sekaliber IbnuTaimiyah dan Ibnul Qayyim al-jauziyah setuju hadiah pahala bacaan Al-Qur'an.
Baca SelengkapnyaBacaan sholat Muhammadiyah perlu diketahui bagi orang yang mengikuti ajaran ini.
Baca SelengkapnyaTahiyat akhir adalah salah satu bagian dari rukun salat.
Baca SelengkapnyaMengucapkan selamat Natal dalam Islam, perlu memperhatikan hukumnya.
Baca SelengkapnyaGus Yahya tidak melarang setiap pengurus NU mengutarakan pendapat pribadinya.
Baca SelengkapnyaMustofa mengatakan, kegiatan yang dilakukan oleh Aliansi Santri Gus Dur menggugat, tidak sesuai dengan sikap Nahdliyin.
Baca SelengkapnyaKetua PBNU Abdullah Latopada menegaskan wacana MLB NU diisukan hanya dari segelintir orang
Baca SelengkapnyaGus Yahya menegaskan akan memberikan sanksi kepada pengurus yang mengatasnamakan NU untuk kegiatan politik praktis.
Baca Selengkapnya