Hasil Tes Narkoba Dibuka Kepala BNN Sulsel, Begini Respons Kubu Suhartina Bohari
Hasil tes narkoba itu membuat asa Suhartina Bohari mencalonkan diri di Pilkada Maros pupus.
Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan Brigadir Jenderal Budi Sajidin mengungkapkan hasil tes narkoba Wakil Bupati Maros Suhartina Bohari saat Grand Final Duta Antinarkoba Maros, Jumat (6/12) lalu. Budi mengaku awalnya tak percaya jika hasil tes narkoba Suhartina Bohari positif.
"Dulu itu waktu serah terima jabatan, saya masih di Jakarta. Pak Sudaryanto, ketua tim waktu itu, kemudian lapor sama saya, pak ini (hasil tes narkoba Suhartina Bohari) positif. Coba dicek lagi, masa wakil bupati pakai," kata Budi.
Proses Pemeriksaan
Budi mengaku meminta kepada Sudaryanto untuk memeriksa ulang Suhartina Bohari. Bahkan, hasil pemeriksaan ulang dilakukan laboratorium.
"Saya bilang coba dites lagi. Akhirnya di laboratorium yang hasilnya kalau obat batuk, ya obat batuk, obat mencret ya obat mencret, kalau narkoba ya narkoba. Enggak bisa dibohongin. Jadi mau ditukar-tukar, enggak bisa," tutur Budi.
Budi juga mengungkapkan berdasarkan wawancara, Suhartina mengakui mengonsumsi narkoba. Kembali, Sudaryanto yang mengatakan Suhartina mengakui menggunakan narkoba.
"Saya bilang hasil wawancara gimana? narkoba pak. Akhirnya pada saat rapat pleno dengan KPU dan kedokteran dari Unhas yang putuskan enggak bisa. Jadi mohon maaf," kata Budi.
Bantah Jegal Pencalonan Suhartina
Budi menegaskan hasil tes narkoba Suhartina bukan rekayasa. Ia pun membantah jika BNNP Sulsel ingin menjegal Suhartina maju di Pilkada Maros.
"Saya mohon maaf, buka rekayasa siapa-siapa. Itu memang hasil yang tidak dibohongin dan Pak Sudaryanto tanggungjawab dunia akhirat," tegas Budi.
"Ya memang benar-benar itu (Suhartina positif narkoba). Jadi saya tidak menghambat siapa pun, itu memang kenyataan yang harus kita lalui," imbuh dia.
BNN Bakal Tes Urine Pernikahan dan Masuk Perguruan Tinggi
Budi juga berpesan kepada anak muda untuk menjauhi narkoba. Pasalnya, ke depan BNN akan menguji tes urine saat akan nikah dan masuk perguruan tinggi.
"Kenapa, ke depan mau jadi sarjana pun akan saya tes urine, mau masuk universitas harus tes urine, mau nikah harus tes urine, besok mau cari kerja pun harus ada tes urine. Kenapa? karena kalau dipimpin orang yang pemakai narkoba, tulalit, engga bagus memberi contoh yang baik," kata dia.
Respons Kubu Suhartina
Terpisah, Pengacara Suhartina Bohari, Alfian Palaguna mengaku kliennya tidak pernah menyampaikan mengakui menggunakan narkoba. Meski demikian, Suhartina pernah menyampaikan bahwa saat tes kesehatan Calon Kepala Daerah di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Wahidin Sudirohusodo Makassar pernah mendapatkan pertanyaan apakah pernah mengonsumsi narkoba, miras, atau rokok.
"Jadi kesimpulan kami, wawancara yang dimaksud kepala BNN Sulsel itu terkait mengonsumsi rokok dan alkohol. Terkait narkoba, saya kira penyampaian klien kami sejauh ini dia tidak pernah diwawancarai," ujar Alfian.
Alfian mengakui ada tes yang menggunakan tujuh parameter itu yaitu tes urine. Alfian membantah jika kliennya menggunakan narkoba.
"Selama ini klien kami tidak menggunakan obat obat yang dimaksud itu. Yang ada dalam masa sebelum dilakukan tes kesehatan (cakada), klien kami sempat mengonsumsi beberapa obat obatan yang menyangkut kesehatan beliau seperti halnya renox," tegas dia.
Alfian pun meminta agar BNNP Sulsel tidak mengungkit terus terkait hasil tes kesehatan cakada. Ia juga sangat menyayangkan hasil tes tersebut diumbar ke publik.
"Kemudian terkait dengan pernyataan Kepala BNNP Sulsel, hal itu seharusnya sudah diakhiri. Kenapa, karena hasil tes kesehatan wakil Bupati Maros pada saat itu diperuntukkan administrasi pencalonan kepala daerah, tidak sepatutnya diumbar-umbar ke publik dan terus dikembangkan," ucap dia.