Jokowi Mau Ubah Pelabuhan Lama Makassar jadi City Centre, Ini Alasannya
Jokowi mengaku untuk mewujudkan program tersebut, perlu persetujuan dari Pj Gubernur Sulsel dan Wali Kota Makassar.
Jokowi menjelaskan alasan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Makassar diubah menjadi City Centre.
Jokowi Mau Ubah Pelabuhan Lama Makassar Jadi City Centre, Ini Alasannya
Presiden Joko Widodo ingin mengubah Terminal Peti Kemas Pelabuhan Makassar menjadi City Centre. Hal itu setelah Jokowi meresmikan Makassar New Port (MNP) yang menghabiskan anggaran Rp5,4 triliun.
"Oh iya, pelabuhan yang lama akan kita siapkan menjadi City centre-nya Makassar," ujarnya saat peresmian MNP, Kamis (22/2).
Meski demikian, Jokowi mengaku untuk mewujudkan program tersebut, perlu persetujuan dari Pj Gubernur Sulsel dan Wali Kota Makassar. Jika dua kepala daerah tersebut tidak setuju, maka program city centre tidak akan terjadi.
"Tentu saja izin Pak wali kota dulu, Pak gubernur dulu. Kalau beliau-beliau tidak mengizinkan ya tidak jadi," sebutnya.
Jokowi menjelaskan alasan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Makassar diubah menjadi City Centre. Salah satunya adalah lokasi Terminal Peti Kemas yang berada di tengah Kota Makassar.
"Karena itu kan lokasinya sangat bagus sekali, di pusat kota. Kalau dibuat sesuatu kan akan memberikan nilai tambah yang baik bagi kota Makassar,"
tuturnya.
merdeka.com
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Makassar New Port di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Jokowi berharap, kehadiran pelabuhan dengan nilai investasi Rp5,4 triliun tersebut dapat meningkatkan nilai efisiensi bagi biaya logistik di Tanah Air.
"Ini akan menjadi pelabuhan besar di Indonesia bagian timur yang kita harapkan bisa mengefisiensikan biaya-biaya logistik yang ada di Tanah Air kita," ujar Jokowi di Makassar New Port, Kamis (22/2).
"Tidak sedikit lho ya anggaran investasi untuk Makassar New Port ini Rp5,4 triliun. Sangat besar sekali," sambungnya.
Jokowi mengingatkan, persaingan antarnegara saat ini sangat ketat. Baik produk-produk hasil dalam negeri maupun negara lain. Oleh karena itu, Jokowi menekankan pentingnya efisiensi untuk memenangkan persaingan antarnegara.
"Siapa yang memiliki efisiensi yang baik, itulah yang memenangkan pertandingan, itulah yang akan memenangkan persaingan," ungkapnya.
Menurutnya, biaya logistik di Indonesia masih berada di angka 24 persen pada 10 tahun lalu.
Penyebabnya lokasi antara pelabuhan, kawasan industri, hingga pabrik-pabrik yang tidak saling terintegrasi, sehingga biaya logistik menjadi tidak efisien.
Jokowi pun mengapresiasi biaya logistik di Indonesia yang saat ini sudah turun ke angka 14 persen. Meski masih lebih tinggi dibanding dengan negara lain, dia meyakini kehadiran Makassar New Port akan membantu menurunkan biaya logistik di Tanah Air.
"Makassar New Port ini adalah terbesar setelah Tanjung Priok. Kedalamannya 16 meter, juga termasuk pelabuhan terdalam yang sangat baik untuk bersandarnya kapal-kapal besar untuk mengangkut kontainer," ucap Jokowi.
Selain biaya logistik, Jokowi juga mengapresiasi dwelling time yang turun dari yang semula tujuh hari menjadi di bawah tiga hari.
Terkait kapasitas, Makassar New Port juga memiliki kapasitas hingga 2,5 juta TEUs sehingga diharapkan dapat bersaing dengan pelabuhan-pelabuhan besar di negara lain.
"Inilah kekuatan, potensi yang terus kita perbaiki sehingga 'competitiveness' kita, daya saing kita menjadi lebih baik dari negara-negara lain," tuturnya.