Jokowi Minta Menkes Lakukan Transformasi Kesehatan Besar-besaran
Budi menjelaskan, puncak dari transformasi tersebut adalah seluruh masyarakat Indonesia memiliki akses kesehatan yang berkualitas dan murah.
Untuk menjalankan perintah tersebut, Budi menetapkan transformasi kesehatan pada enam pilar.
Jokowi Minta Menkes Lakukan Transformasi Kesehatan Besar-besaran
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar dilakukan transformasi kesehatan secara besar-besaran.
Untuk menjalankan perintah tersebut, Budi menetapkan transformasi kesehatan pada enam pilar. Pertama, transformasi layanan primer. Kedua, transformasi layanan rujukan. Ketiga, transformasi sistem ketahanan kesehatan.
Keempat, transformasi sistem pembiayaan kesehatan. Kelima, transformasi sumber daya manusia (SDM) kesehatan. Terakhir, transformasi teknologi kesehatan.
Budi menjelaskan, puncak dari transformasi tersebut adalah seluruh masyarakat Indonesia memiliki akses kesehatan yang berkualitas dan murah.
Masyarakat tidak perlu ke luar negeri untuk berobat, dokternya sejahtera, fundamental pembiayaan kesehatan yang kuat, hingga mandiri soal alat kesehatan termasuk yang berteknologi tinggi.
“Jadi perintah Pak Presiden saat itu lakukan transformasi kesehatan besar-besaran, karena kita terbukti tidak siap menghadapi pandemik (Covid-19) sebesar ini,” kata Budi melalui keterangan tertulis, Jumat (15/12).
“Itu juga perintah undang-undang yang mengatakan negara wajib memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kalau nanti berobat masih ke Malaysia atau Singapura, itu artinya kita enggak berdaulat,”
ungkap Budi.
merdeka.com
Syarat RI Capai Kedaulatan Kesehatan
Wakil Direktur Utama Bio Farma Group, Soleh Udin Al-Ayubi, meyakini Indonesia bisa mencapai kedaulatan kesehatan dalam 10 tahun ke depan jika pemerintah serius untuk mempersiapkannya.
Dia optimistis dengan hal itu karena sepak terjang Bio Farma sebagai perusahaan farmasi telah diakui dunia.
Kendati begitu, Soleh menegaskan kedaulatan kesehatan bukan berarti Indonesia mampu mengatasi seluruh penyakit tanpa dukungan pihak lain.
Melainkan Indonesia lebih siap menghadapi berbagai penyakit, baik dari segi infrastruktur, tenaga kesehatan, hingga obat-obatan dan vaksinnya.
“Ketahanan kesehatan nasional memang PR kita sebagai bangsa. Kalau memang pemerintah serius mempersiapkan itu, mestinya 5-10 tahun (ke depan) kita bisa pegang. Tapi butuh konsistensi dan keterlibatan semua pihak,”
kata Soleh.
merdeka.com
“Tapi ketahanan kesehatan nasional itu bukan berarti kita bisa memenuhi semuanya sendirian, alone. Enggak akan ada yang bisa sendirian. Kita tetap harus berkolaborasi dengan partner global dari berbagai negara. Karena ada banyak penyakit, apakah itu yang menular maupun tidak, yang terlalu besar untuk dihadapi sendiri oleh 1 atau 2 negara,” tambah dia.
Soleh membeberkan sejumlah pencapaian Bio Farma di tingkat dunia, seperti menyediakan 76 persen kebutuhan vaksin polio global. Produk Bio Farma sendiri telah dipakai oleh hampir 700 juta orang di dunia setiap tahunnya.
Terkait kebutuhan dalam negeri, Bio Farma mampu memproduksi 8 dari 14 vaksin yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
Dari 35 bahan baku obat yang menjadi prioritas utama, BUMN ini sudah bisa mengembangkan 17 bahan baku dan sedang mempersiapkan yang ke-18.
Dari 11.000 obat yang beredar di tanah air, Bio Farma mampu menyediakan sebanyak 1.061 obat atau sekitar 10 persen.
“Walaupun PR kita masih banyak sekali, tapi kita harus bangga dengan pencapaian Bio Farma. Kami sebagai BUMN akan menggunakan seluruh kemampuan untuk bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Di saat yang sama, kami berperan secara global. Jadi Bio Farma ini adalah BUMN yang paling siap go global,”
ungkap Soleh.
merdeka.com