Kabupaten Poso, zona merah terorisme Indonesia
Merdeka.com - Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah agaknya benar-benar menjadi zona merah bagi teroris di Indonesia. Bila melongok ke belakang, di daerah yang berjarak 225 kilometer dari pusat kota Palu, itu memang kerap terusik serangan terorisme. Belasan orang jadi korban, baik dari masyarakat, polisi, hingga pelaku teror sendiri.
Sepanjang tahun ini, kota Poso memang terdengar lebih damai bila dibanding tahun sebelumnya. Namun, rupanya kedamaian tak berlangsung lama, pagi tadi, Senin (03/6), pukul 08.25 WITA, mendadak publik dikagetkan dengan serangan bom bunuh diri di Halaman Mapolres Poso.
Seorang pria tidak dikenal meledakkan diri di halaman Mapolres. Dia dilaporkan datang mengendarai sepeda motor jenis Honda Supra ke markas polisi tersebut. Informasi yang dihimpun merdeka.com, pelaku memberhentikan laju sepeda motor di depan Masjid At-Taqwa, kompleks halaman Mapolres Poso.
-
Siapa yang melakukan aksi penembak misterius? Masyarakat dan Media saat itu menyebut para eksekutor sebagai Petrus atau Penembak Misterius. Mereka yakin ada aparat negara di belakang aksi ini. Namun saat itu pemerintah menyangkal.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Bagaimana pelaku bom bunuh diri menyerang? Pelaku menggunakan rompi berisi bahan peledak. Mengutip Al Jazeera, setidaknya 70 orang tewas dan lebih dari 300 orang lainnya terluka. Korban tewas didmoinasi oleh wanita dan anak-anak.
-
Mengapa preman itu menantang ke Polsek? Saat diajak, sang preman justru menantang. 'Diarahin papi ke Polsek Palmerah supaya masalah kelar,' imbuhnya. Bahkan, dia mengaku jika memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Polri.
Berikutnya, tiba-tiba terjadi ledakan. Namun demikian, tidak ada korban jiwa dalam ledakan ini, kecuali pelaku. Seperti dikutip Antara, Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah AKBP Soemarno mengatakan, hingga saat ini jenazah belum bisa dievakuasi.
Secara geografis, wilayah Kabupaten Poso memang rata-rata masih diselimuti kawasan hutan dengan kontur tanah berlembah dan bergunung-gunung. Sebab secara geologi, wilayah ini masuk dalam deretan pegunungan lipatan, yakni; Pegunungan Fennema dan Tineba di bagian barat, Takolekaju di bagian barat daya, Verbeek di bagian tenggara, serta Pompangeo dan Lumut di bagian timur laut.
Sementara kawasan Poso lain terletak di pesisir pantai perairan Teluk Tomini dan Teluk Tolo. Dengan kondisi geografis dan geologis seperti itu, bagi sebagian orang dalam hal ini kelompok teroris, wilayah Poso adalah wilayah yang tepat untuk melakukan persembunyian, pelatihan, dan aksi teror.
Buktinya, dalam beberapa tahun terakhir ini di wilayah yang pernah dilanda konflik horizontal itu melahirkan beberapa aksi teror. Misalnya serangkaian serangan teroris sepanjang Oktober 2012 lalu. Sebuah bom diletakkan oleh seseorang di atas kap mobil Toyota Avanza di salah satu garasi rumah seorang warga Desa Kawua meledak.
Lokasi ledakan berdekatan dengan markas kesatrian Kompi B Batalion Infantri 714/Sitiwu Maroso. Uniknya, di hari yang sama polisi juga menemukan bom di sekitaran Gereja Ekklesia. Tak berhenti di situ, aksi teror berlanjut dengan penemuan dua mayat anggota polisi yang terkubur dalam satu lubang di daerah Tamanjeka, Kecamatan Poso Pesisir.
Setelah pembunuhan dua anggota polisi itu, sebuah kelompok mengatasnamakan diri Komando Mujahidin Indonesia Timur (KMIT) mengirim surat tantangan terbuka kepada tim detasemen khusus anti teror (densus 88) Mabes Polri. Tantangan itu dibuktikan, beberapa hari kemudian sebuah bom rakitan meledak di Pos Polisi Lalu Lintas Smaker, Poso.
Beberapa hari kemudian sebuah bom rakitan kembali ditemukan yang diletakkan dalam kaleng cat ukuran satu kilogram di Dusun Tonipa, Kecamatan Poso Pesisir. Bom ini berhasil dijinakkan oleh tim Gegana Polri.
Berikutnya pada akhir Oktober 2012, aparat gabungan yang terdiri dari TNI dan Polri terlibat baku tembak sekelompok orang yang disebut-sebut sebagai anak buah Santoso di Desa Kelora, Kecamatan Poso, Pesisir Utara. Dalam insiden itu, satu orang teroris tewas dan dua orang lain berhasil ditangkap.
Bentrokan antara aparat gabungan dengan kelompok Santoso berlanjut bulan berikutnya. Pada 2 November aparat menangkap dua terduga teroris. Namun hari berikutnya, di Desa Kayamaya, Poso Kota, Sulawesi Tengah, insiden balas dendam terjadi. Bentrok pecah dengan aksi saling tembak.
Waktu itu para terduga teroris melempari aparat dengan bom. Perang ini berujung pada tewasnya satu orang terduga teroris dan satu orang berhasil tertangkap. Polisi menyebut rangkaian serangan terbuka pada Oktober hingga November 2012 itu sebagai aksi KMIT yang dipimpin Santoso alias Abu Wardah.
Santoso adalah mentor pelatihan teroris yang dilakukan di Poso beberapa tahun lalu. Dia diduga menjadi orang yang berperan memanggil para pengikutnya untuk kembali ke Poso. Contohnya, terduga teroris Jipo, orang Bima yang datang ke Poso untuk melakukan pelatihan teror.
"Peran Santoso untuk merekrut kembali, keterlibatannya sangat besar mendatangkan kembali (pengikut) yang di Jawa dan seperti yang NTB ini. Mereka selama ini terkait diajak untuk pelatihan ini," terang Karo Penmas Polri Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli di kantornya, beberapa waktu lalu.
Meski sebelumnya beberapa teroris sudah turun gunung dan pergi dari Poso, tidak demikian dengan Santoso. Polri masih terus mendeteksi keberadaanya di gunung Biru. "Kita belum tahu. Mana tahu dia masih bersembunyi di sana belum ketemu saja," kata Boy lagi.
Santoso adalah pengikut dari dua gembong teroris yang telah tewas Dr Azharai dan Noordin M Top. Ia mempunyai kemampuan membuat bom dengan daya ledak tinggi (high explossive). Dalam aksinya, Santoso mengambil target pasar, gereja, sekolah, dan pusat-pusat pemerintahan.
Selain itu, Santoso juga mahir dalam berperang. Kelebihannya ini didapat langsung dari Kepulauan Mindanao, Filipina. Dia disebut-sebut pernah terlibat aktif dalam kerusuhan di Maluku, Poso, dan sejumlah pengeboman di Makassar. Hal itu menjadi bukti bila sel-sel jaringan terorisme di Poso belum melemah pasca tewasnya Noordin Mohammad Top pada 2009 silam. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pelaku datang berteriak sambil membawa sebatang besi
Baca SelengkapnyaPelaku yang hanya seorang diri menghancurkan kaca kantor dan mengacak-acak seluruh ruangan Pospol
Baca SelengkapnyaWalaupun sudah diamankan, namun motif pelaku masih belum terungkap.
Baca SelengkapnyaPeristiwa penembakan itu diawali dengan aksi kejar-kejaran sebuah mobil yang masuk ke halaman Markas Polda Lampung
Baca SelengkapnyaHengki mengatakan, pelaku sempat menjauh kala ditegur petugas. Tetapi, tiba-tiba, pelaku kembali mendekati petugas dan melakukan penyerangan.
Baca SelengkapnyaBarang-barang milik S yang ada kaitan dengan tindakan dilakukannya disita polisi
Baca SelengkapnyaMeski begitu, ia memastikan hingga kini belum ada peningkatan eskalasi ancaman teroris di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTerkait dengan kejadian pastinya peristiwa tersebut, ia pun meminta untuk bersabar.
Baca SelengkapnyaPolisi menyatakan pria yang menyerang polisi jaga di rumah dinas Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bukan termasuk jaringan terorisme.
Baca SelengkapnyaPolisi mengungkap penyebab kematian anggota Polresta Manado Brigadir RA bunuh diri dengan menembak kepala di Jaksel.
Baca SelengkapnyaDi sana tampak beberapa kilatan cahaya kuning yang diduga letusan dari tembakan pelaku dari dalam mobil VRZ.
Baca SelengkapnyaSaat ini proses identifikasi masih berlangsung oleh tim RS Cipto Mangunkusumo.
Baca Selengkapnya