Kasau dapat laporan helikopter AW-101 telah tiba di Lanud Halim
Merdeka.com - Pembelian pesawat helikopter AgustaWestland 101 oleh TNI AU tengah menjadi kontroversi. Rencana pengadaan heli buatan Inggris yang diproyeksikan sebagai pesawat VVIP Kepresidenan tahun 2015 ini dibatalkan karena mendapat penolakan dari Presiden Joko Widodo. Namun, ternyata pesawat AW-101 itu telah tiba di Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur.
Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengaku mendapat laporan kedatangan pesawat tersebut sekitar 5 hari lalu. Namun, pesawat AW-101 belum diserahkan dari pabrikan ke TNI AU. Hadi tidak merinci berapa jumlah unit pesawat yang sudah di tiba di Lanud Halim Perdana Kusuma.
"Saya mendapat laporan tentunya posisinya di mana itu sudah ada di Halim," kata Hadi di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/2).
-
Kapan TNI AU menerima alutsista baru? TNI AU telah menerima alutsista baru sebanyak delapan unit Helikopter H225M, lima unit pesawat angkut C-130 J Super Hercules buatan Lockheed Martin, lima unit pesawat jenis NC-212i buatan PT Pindad Indonesia (PTDI), delapan unit drone tempur CH-4 buatan China, serta Radar RAT-31 DL/M.
-
Apa itu alutsista TNI AU? Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dibutuhkan sebagai urat nadi pertahanan. Pelindung langit Indonesia.
-
Kapan F-16 TNI AU datang? Indonesia membeli 12 pesawat F-16 A/B dari AS dan datang pada tahun 1989.
-
Kapan Hadi Tjahjanto menjabat sebagai Panglima TNI? Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto adalah mantan Panglima TNI yang menjabat sejak 2017 sampai 2021.
-
Siapa Bapak TNI AU? Ternyata setelah dewasa ia justru menjadi tokoh yang berpengaruh di dunia penerbangan dan dikenal sebagai Bapak TNI Angkatan Udara.
-
Siapa pendiri TNI AU? Marsekal Suryadi Suryadarma adalah pendiri TNI AU. Dia membangun kekuatan udara hampir dari nol.
Pengadaan pesawat ini dinilai janggal oleh banyak pihak. Sebab, pada Desember 2016, Presiden Jokowi telah menolak pembelian pesawat ini karena harganya cukup mahal. Ditambah, heli VVIP kepresidenan Super Puma dianggap masih layak digunakan.
Namun, ternyata TNI AU tetap jadi membeli Heli AW-101 pada akhir tahun 2016. Kali ini, TNI AU membeli dengan peruntukkan yang berbeda yakni sebagai pesawat angkut berat bukan pesawat VVIP Kepresidenan. Hadi telah membentuk tim independen untuk menginvestigasi prosedur dan mekanisme pembelian pesawat tersebut.
Tim yang dipimpin oleh Irjen TNI AU ini berjumlah sekitar 10-12 orang. Hadi menjelaskan, tim investigasi telah mendalami terkait masalah administrasi mulai dari perencanaan, pengadaan, anggaran hingga penerimaan pesawat.
"Independen dari AU. Dipimpin Irjen TNI AU. Kurang lebih 10 sampai 12 orang. Efektifnya baru kerja 3 hari," ujarnya.
Dalam melakukan penelusuran, tim investigasi juga akan berkomunikasi dengan Danpom TNI AU untuk masalah kelengkapan administrasi pengadaan pesawat. Setiap hasil temuan dari tim, lanjutnya, akan dilaporkan ke Danpom TNI AU.
"Investigasi sampai sejauh mana proses perencanaan, pengadaan sampai pesawat sudah ada di indonesia. Saat ini sedang kita laksanakan pendalaman dipimpin Irjen AU terkait masalah administrasi," jelasnya.
Hadi belum bisa memastikan apakah pembelian heli AW-101 resmi dibatalkan atau terus dilanjutkan meski telah ditolak oleh Presiden Jokowi, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Masalahnya, dia telah melihat dokumen pengiriman dan secara otomatis pesawat tersebut harus diterima TNI AU dalam waktu dekat.
"Itu lah yang sedang kita cari. Karena ketika saya menjabat, heli kan sudah diproses datang. Hari ini pun sudah ada di tempat. Saya lihat dokumennya semua, dan itu memang sudah sampai dokumen pengiriman. Otomatis barang itu sudah harus kita terima," tegasnya.
Mantan Irjen Kementerian Pertahanan ini juga belum bisa menjawab soal kemungkinan pembatalan pembelian heli angkut berat itu. Begitu pula, soal kemungkinan kompensasi jika ada pembatalan, Hadi belum bisa berkomentar lebih. Namun, dia menyebut pengadaan heli tersebut senilai 55 juta USD.
"Ini harus kita dalami juga apakah ada proses ketika sudah beli karena ada masalah di dalam negeri kita mesti kembalikan atau tidak. Kita akan runut semuanya. Karena kita menjabat ketika semuanya sudah ada. Saya benar-benar harus menata, mencari lalu memberi atasan kepada Panglima TNI selaku atasan saya," ungkap Hadi.
Disinggung soal langkah pengembalian, Hadi mengaku masih menunggu hingga tim investigasi mendapatkan keterangan dan data lengkap terkait pengadaan heli itu. Hasil investigasi akan diserahkan ke Panglima TNI untuk kemudian ditindaklanjuti.
"Saya belum bisa memberikan jawaban. Saya akan kumpulkan data-data itu sebenarnya. Tim baru kita bentuk seminggu setelah saya dilantik dan ini sudah mulai berjalan," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengaku tidak mengetahui soal pembelian pesawat helikopter AgustaWestland AW 101. Sebab, awalnya rencana pengajuan pembelian pesawat AW 101 berasal dari Sekretaris Negara. Pesawat AW 101 ini diperuntukkan untuk pesawat kepresidenan.
"Begini, itu dulu pesawat Kepresidenan. Pesawar presiden itu melalui setneg. Uangnya dari setneg. Jadi menteri pertahanan enggak tau apa-apa, dia enggak tahu apa-apa," kata Ryamizard
Setelah mendapat penolakan Presiden Joko Widodo, tiba-tiba muncul perencanaan dari TNI AU atas pesawat jenis yang sama dengan peruntukan helikopter angkut berat.
Akan tetapi, menurut Ryamizard, anggaran pembelian pesawat itu telah dibayarkan oleh Kemenkeu untuk memfasilitasi rencana pengadaan pesawat VVIP Kepresidenan dari Setneg. Untuk itu, Ryamizard membantah anggaran yang dikeluarkan Kemenkeu atas nama Kementerian Pertahanan.
"Jadi waktu dia enggak boleh, baru ke Kemhan tapi kan uang itu sudah dibayar. Bukan melalui Kemhan, melalui Kemenkeu. Karena Kemenkeu memfasilitasi kalau kepresidenan langsung ke setneg, gitu. Jadi waktu kerja, panglima enggak tahu. Saya juga," tukasnya.
Seperti diketahui, TNI AU mengusulkan akan membeli helikopter AgustaWestland AW-101 bikinan Westland Helicopters di Inggris dan Agusta di Italia untuk Presiden ketika melakukan kunjungan ke daerah terpencil. Usulan tersebut banyak mendapatkan kritikan lantaran pembelian heli tidak melibatkan perusahaan dalam negeri, PT Dirgantara Indonesia.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pesawat C-130J-30 Super Hercules TNI AU, pesawat angkut militer produksi Lockheed Martin, Amerika Serikat tiba Lanud Halim Perdanakusuma
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo Subianto menyerahkan lima unit pesawat NC-212i kepada TNI Angkatan Udara (AU) di Lanud Halim Perdanakusuma pada hari Selasa (12/12) pagi.
Baca SelengkapnyaSelain pesawat Super Hercules, dalam waktu dekat juga akan datang dua pesanan pesawat Airbus A400M multirole tanker dan transport (MRTT).
Baca SelengkapnyaWaktu berjalan, kasus korupsi Helikopter AW-101 berlanjut ke persidangan. Hingga akhirnya terdakwa Irfan Kurnia Saleh dijatuhkan vonis 10 tahun.
Baca SelengkapnyaTiga kepala staf TNI dan Menhan Prabowo Subianto membantu Presiden Jokowi memakai jaket bomber
Baca SelengkapnyaMomen menarik interaksi Presiden Joko Widodo bersama Menhan, Panglima TNI, dan tiga kepala staf TNI.
Baca SelengkapnyaSatu pesawat intai Boeing 737 dari Skuadron Udara 5 Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin dikerahkan untuk berpatroli di wilayah udara Jakarta
Baca SelengkapnyaAda Lima Pesawat C-130J-30 Super Hercules dipesan Kemenhan dari dari pabrik Lockheed Martin di Marietta, Georgia Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaKPK Temui Panglima TNI terkait kasus suap Kepala Basarnas
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Prabowo Subianto memimpin penyerahan helikopter H225M
Baca SelengkapnyaWakasau Marsdya TNI Andyawan Martono melaksanakan pertemuan dengan sejumlah pemimpin Angkatan Udara (AU) dunia
Baca SelengkapnyaMomen tersebut terjadi saat serah terima tiga alutsista udara di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur
Baca Selengkapnya