Kelebihan dan Kekurangan Susu Ikan, Minuman Pengganti Susu Sapi di Program Makan Gratis Prabowo
Ramai wacana memperkenalkan susu ikan sebagai minuman alternatif pengganti susu sapi di program makan gratis Prabowo-Gibran.
Program unggulan Prabowo-Gibran, makan bergizi gratis kembali menjadi sorotan publik. Kali ini, ramai wacana memperkenalkan susu ikan sebagai minuman alternatif pengganti susu sapi.
Dietisien dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Fitri Hudayani menyampaikan susu yang dibuat dari ekstrak daging ikan bisa menjadi pilihan sumber protein hewani.
"Keunggulan ikan dibandingkan dengan sumber hewani lainnya adalah ikan memiliki jenis lemak yang baik dan juga sumber omega 3 yang baik untuk kesehatan, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan otak," kata Fitri dilansir Antara, Selasa (10/9).
Namun, dia mengingatkan produsen susu ikan saat ini belum banyak. Mereka yang ingin secara konsisten memasukkan susu ikan ke daftar menu sebaiknya mempertimbangkan ketersediaan produk ini.
"Karena produk ini masih belum banyak dikenal dan dikonsumsi banyak masyarakat maka perlu dipertimbangkan juga apakah mudah didapatkan jika akan dimasukkan ke dalam daftar menu sehari, sehingga dapat terjaga konsistensi keberadaannya dalam menu," kata Fitri.
Fitri menyampaikan susu ikan juga mengandung alergen yang bisa memicu reaksi alergi pada orang tertentu. Jadi, riwayat alergi perlu diperhatikan saat hendak menyajikan susu ikan.
Selain itu, Fitri mengemukakan perlunya mempertimbangkan penerimaan terhadap rasa dan aroma susu ikan karena mungkin tidak semua orang menyukainya. Dia mengatakan saat ini sudah ada beragam pilihan sediaan ekstrak ikan bagi orang yang membutuhkan suplemen protein.
"Sebenarnya produk ekstrak ikan sudah ada dalam bentuk lain selain minuman, misalnya kapsul ikan, ekstrak ikan, tepung ikan, yang biasanya bisa diberikan pada orang yang membutuhkan asupan protein lebih, misalnya orang dengan status gizi kurang atau orang dengan penyakit infeksi yang kebutuhan proteinnya meningkat," kata Fitri menjelaskan.
Fitri menekankan pada prinsipnya beragam bahan pangan diperlukan untuk menyajikan menu makanan dengan gizi seimbang. Susu saja tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi tubuh.
"Yang terpenting adalah membiasakan masyarakat, khususnya anak, ibu hamil, dan ibu menyusui, untuk memiliki perilaku makan sehat dengan mengkonsumsi dengan variasi makanan yang beragam," katanya.
Apa Itu Susu Ikan?
Susu ikan disorot usai PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) atau ID Food mengatakan tengah mengkaji susu tersebut sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan susu dalam Program Makan Bergizi Gratis.
Doktor Bidang Biokimia Susu yang juga dosen Fakultas Peternakan IPB, Epi Taufik, mengatakan bahwa selama ini belum pernah mendengar istilah tersebut.
"Sejauh yang saya tahu di dunia belum ada istilah susu ikan," kata Epi dalam pesan singkat kepada Health Liputan6.com.
Epi juga mempertanyakan soal palatabilitas bila mengonsumsi susu ikan.
"Palatabilitas itu adalah orang yang mengonsumsi suka/bisa memakan/meminumnya enggak? Kalau jus atau susu kedelai, oat, almond banyak di dunia," tambahnya.
Mengenai pengembangan susu ikan sebagai inovasi teknologi, Epi mempersilakan. Namun, ia menyarankan tidak mengaitkan dengan program susu gratis. "School milk program di mana mana di dunia, ya, susu sapi atau susu hewan," kata Epi.
Susu ikan ditengarai berasal dari pemrosesan ekstrak protein ikan. Namun, Epi mengatakan bahwa susu ikan tidak termasuk kategori susu menurut definisi standar.
Bila merujuk CODEX Alimentarius (CODEX STAN 206-1999), susu adalah sekresi atau cairan yang keluar normal dari hewan perah atau mamalia yang diperoleh dari satu atau lebih pemerahan tanpa penambahan atau ekstraksi darinya. Hasil perahan untuk dikonsumsi sebagai susu cair atau untuk diproses lebih lanjut.
Bila mengikuti CODEX, susu itu berasal dari perahan dari hewan mamalia, seperti sapi, domba, kambing, kerbau, kuda, unta dan lainnya tanpa adanya campuran bahan lain.